Britania Raya Bahasa Inggrisnya

Britania Raya Bahasa Inggrisnya

Persaingan dengan Rusia

Sepanjang abad ke-19, Britania dan Rusia saling bersaing untuk mengisi kekosongan kekuasaan yang ditinggalkan olah Utsmaniyah, Persia dan Dinasti Qing. Persaingan di Eurasia ini oleh Arthur Connolly disebut sebagai Permainan Besar (The Great Game).[100] Kekalahan yang diderita oleh Rusia di Persia dan Turki memunculkan kekhawatiran Britania akan ambisi imperialis Rusia untuk menguasai Asia Tengah dan ketakutan akan adanya invasi darat Rusia ke India.[101] Pada tahun 1839, Britania mendahului Rusia dengan menginvasi Afganistan, yang memicu meletusnya Perang Inggris-Afganistan, tetapi perang ini adalah bencana bagi Britania.[80] Saat Rusia menginvasi Balkan pada tahun 1853, kekhawatiran akan adanya dominasi Rusia di Mediterania dan Timur Tengah memicu Britania dan Prancis untuk menyerang Semenanjung Krimea dan melumpuhkan Angkatan Laut Rusia.[80] Peristiwa ini memicu berkobarnya Perang Krimea yang meletus pada tahun 1854-1856 antara Kekaisaran Rusia melawan sekutu yang terdiri dari Britania, Prancis, Kerajaan Sardinia, dan Kesultanan Utsmaniyah. Perang ini dianggap sebagai perang modern pertama dalam sejarah dunia, baik dari segi teknik maupun penggunaan senjata,[102] dan merupakan satu-satunya perang global yang terjadi antara Britania dengan imperium lainnya selama masa Pax Britannica. Perang ini berhasil dimenangkan dengan gemilang oleh Britania dan sekutunya.[80] Setelah perang usai, situasi di Asia Tengah tetap tidak terselesaikan selama dua dekade lebih. Britania mencaplok Baluchistan pada tahun 1876 dan Rusia menguasai Kirghizia, Kazakhstan dan Turkmenistan. Untuk sementara waktu, perang lain antar kedua negara tersebut memang bisa dihindari, tetapi di sisi lain terjadi perebutan supremasi antar kedua belah pihak di Asia Tengah, terutama dalam penyebaran pengaruh dan ideologi politiknya masing-masing. Kesepakatan antara Britania dan Rusia baru benar-benar bisa tercapai setelah ditetapkannya batas-batas kekuasaan kedua negara dalam Perjanjian Britania-Rusia pada tahun 1907.[103] Lumpuhnya Angkatan Laut Rusia dalam Pertempuran Port Arthur saat terjadinya Perang Rusia-Jepang juga semakin memperbesar peluang Britania dalam menguasai Asia.[104]

Belanda sebenarnya telah mendirikan Koloni Cape di ujung selatan Afrika pada tahun 1652 sebagai pos persinggahan bagi kapal-kapalnya yang sedang dalam perjalanan ke Hindia Timur. Namun, Britania secara resmi mengakuisisi Koloni Cape pada tahun 1806—termasuk Bangsa Boer yang berdiam di sana—setelah mendudukinya pada tahun 1795 untuk mencegah koloni tersebut jatuh ke tangan Prancis yang pada saat itu berhasil mengalahkan Belanda.[105] Para imigran dari Kepulauan Britania mulai berdatangan sejak tahun 1820. Hal ini memicu menyingkirnya ribuan Bangsa Boer yang tidak setuju dengan hukum Britania ke arah utara dan mendirikan negara republik bebas sendiri (kebanyakan tidak bertahan lama) pada periode 1830-an sampai awal 1840-an.[106] Dalam prosesnya, Bangsa Boer berulang kali bentrok dengan tentara Britania, yang memiliki agenda sendiri sehubungan dengan ekspansi kolonial di Afrika Selatan dan menguasai permukiman bangsa-bangsa asli Afrika, termasuk Bangsa Sotho dan Zulu. Pada akhirnya, Bangsa Boer berhasil mendirikan dua negara republik baru yang memiliki umur lebih lama: Republik Afrika Selatan atau Republik Transvaal (1852-1877; 1881-1902) dan Negara Bebas Oranye (1854-1902).[107] Pada tahun 1902, Britania berhasil menduduki kedua republik tersebut, yang memicu meletusnya Perang Boer.[108]

Pada tahun 1869, Terusan Suez yang menghubungkan Laut Tengah dengan Samudra Hindia dibuka oleh Napoleon III. Pembukaan terusan ini pada awalnya ditentang oleh Britania, tetapi begitu mengetahui nilai strategis terusan ini, Britania langsung berhasrat untuk menguasainya.[109] Pada tahun 1875, Pemerintah Konservatif Benjamin Disraeli membeli 44 persen—sekitar £4 juta (£370 juta pada tahun 2024)—saham penguasa Mesir; Ismail Pasha dalam kepemilikan Terusan Suez. Meskipun pembelian ini tidak memberikan kontrol langsung atas Terusan Suez, Britania secara tidak langsung telah menanamkan pengaruhnya di Mesir. Dengan adanya kontrol dari Prancis dan Britania terhadap keuangan Mesir, Mesir pun akhirnya diduduki penuh oleh Britania Raya pada tahun 1882.[110] Prancis, yang merupakan pemegang saham mayoritas atas Terusan Suez, berupaya untuk melemahkan posisi Britania,[111] tetapi kedua negara tersebut pada akhirnya berhasil mencapai suatu persetujuan dengan disahkannya Konvensi Konstantinopel pada tahun 1888 yang memutuskan bahwa Terusan Suez adalah wilayah netral.[112]

Ketika aktivitas Prancis, Belgia dan Portugis di bagian hulu Sungai Kongo sudah mengancam kedudukan Britania di Afrika, Konferensi Berlin diadakan pada tahun 1884 dan 1885 dengan tujuan untuk mengatur persaingan antar bangsa-bangsa Eropa di Afrika, yang selanjutnya dikenal sebagai “Perebutan Afrika” (dalam artian pendudukan efektif agar mendapat pengakuan internasional atas klaim teritorial).[113] Perebutan ini berlanjut hingga tahun 1890-an, yang menyebabkan Britania mempertimbangkan kembali keputusannya untuk menarik diri dari Sudan pada tahun 1885. Sekompi pasukan gabungan tentara Britania dan Mesir berhasil mengalahkan Tentara Mahdi pada tahun 1886 dan mencegah usaha Prancis untuk menduduki Fashoda pada tahun 1898. Setelah itu, Sudan diklaim sebagai Kondominium Britania-Mesir, meskipun pada kenyataannya Sudan merupakan koloni Britania.[114]

Kemenangan Britania di Afrika Timur dan Selatan mendorong Cecil Rhodes—pelopor ekspansi Britania ke Afrika—untuk membangun sebuah jalur kereta api dari Cape ke Kairo guna menghubungkan Terusan Suez dengan Afrika bagian selatan yang kaya dengan mineral.[115] Pada tahun 1888, Rhodes beserta perusahaannya yang bernama British South Africa Company mencaplok dan menduduki sebuah wilayah yang kemudian dinamakan sesuai namanya; Rhodesia.[116]

Imperium Britania kedua (1783–1815)

Selama abad pertama pengoperasiannnya, British East India Company (EIC) cuma terfokus pada perdagangan di India, sama sekali tidak terpikir untuk menantang Kesultanan Mughal, yang memberi izin berdagang pada tahun 1617 karena posisi serta kekuasaannya di India lebih kuat dari Inggris.[50] Namun hal ini berubah pada abad ke-18. Ketika Kesultanan Mughal membatasi hak-hak EIC, Britania dengan EIC berjuang menjatuhkan Kesultanan Mughal—yang dibantu oleh Prancis—dalam Perang Carnatic pada periode 1740-an dan 1750-an. Dalam Pertempuran Plassey 1757, Britania yang dipimpin oleh Robert Clive berhasil menaklukkan Mughal beserta sekutu Prancisnya. Kemenangan ini menjadikan Britania sebagai penguasa serta kekuatan militer dan politik terbesar di India.[51] Selama dekade berikutnya, Britania secara bertahap sukses memperluas wilayah teritori yang berada di bawah kekuasaannya di India, baik dengan menguasainya secara langsung ataupun melalui penguasa lokal yang berada di bawah ancaman kekuatan tentara Britania di India.[52] Kemaharajaan Britania (sebutan untuk India Britania) akhirnya tumbuh menjadi harta yang paling berharga bagi Imperium Britania, dijuluki "permata dalam mahkota", mencakup wilayah yang lebih besar dari Kekaisaran Romawi, India menjadi koloni yang paling penting bagi kekuatan Britania, sekaligus membantu mendefinisikan statusnya sebagai imperium terbesar di dunia.[53]

Imperium Britania pertama (1583–1783)

Pada tahun 1578, Ratu Elizabeth I memerintahkan Humphrey Gilbert untuk memulai penjelajahan seberang lautan.[17] Gilbert kemudian berlayar menuju Hindia Barat dengan tujuan untuk membajak kapal-kapal Spanyol dan memulai kolonisasi di Amerika Utara. Namun, ekspedisi ini dihentikan sebelum mencapai Samudera Atlantik.[18][19] Pada tahun 1583, Gilbert melakukan pelayaran kedua. Dalam pelayaran itu, ia berhasil mencapai Newfoundland dan mengklaim wilayah itu sebagai koloni Inggris pertama, meskipun pada saat itu pulau tersebut tidak berpenghuni. Gilbert tidak berhasil kembali ke Inggris, kemudian ia digantikan oleh saudara tirinya, Walter Raleigh, yang diberi mandat oleh Ratu Elizabeth I pada tahun 1584. Raleigh berhasil membangun koloni di Roanoke (sekarang North Carolina), tetapi kurangnya persediaan makanan menyebabkan upaya untuk membangun koloni lebih lanjut gagal dilakukan.[20]

Tahun 1603, Raja James VI dari Skotlandia naik takhta menjadi raja Inggris dan mengesahkan Traktat London 1604 yang mengakhiri permusuhan dengan Spanyol. Setelah berdamai dengan saingan utamanya, upaya Inggris terfokus untuk mengambil alih wilayah-wilayah koloni negara lain dan membangun koloni seberang lautan sendiri.[21] Imperium Britania mulai terbentuk pada awal abad ke-17, yang mencakup wilayah-wilayah di Amerika Utara dan pulau-pulau kecil di Karibia serta membentuk kongsi dagang bernama East India Company (EIC) untuk mengelola dan mengendalikan perdagangan di wilayah koloni Britania. Periode ini hingga terjadinya Perang Kemerdekaan Amerika Serikat yang menyebabkan lepasnya Tiga Belas Koloni Britania di akhir abad ke-18 disebut sebagai "Imperium Britania pertama".[22]

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Bahasa Inggris Britania Raya adalah standar dialek bahasa Inggris yang digunakan di Britania Raya.[4] Bahasa ini juga dipakai di negara-negara yang pernah menjadi salah satu jajahan Imperium Britania, terutama Persemakmuran Bangsa-Bangsa (kecuali bahasa Inggris Kanada, yang sangat dipengaruhi oleh bahasa Inggris Amerika Serikat).

Terdapat beberapa kosakata bahasa Inggris Britania Raya yang jarang dipakai pada varian bahasa Inggris baku lainnya (terutama bahasa Inggris Amerika Serikat), yaitu:

Citra Satelit Britania Raya bulan April 2002

Britania Raya adalah pulau di lepas pantai barat laut daratan Eropa. Luas pulau ini 209.331 km², merupakan pulau terluas di Eropa, dan ke-9 di dunia.[5][note 1] Pada tahun 2011, pulau ini berpenduduk 61 juta jiwa, dan menjadikannya pulau ke-3 terbanyak penduduknya, setelah Pulau Jawa di Indonesia, dan Honshu di Jepang.[7][8] Pulau ini adalah yang terbesar di Kepulauan Britania, yang juga meliputi Pulau Irlandia di sisi barat dengan lebih dari 1.000 pulau-pulau kecil di sekitarnya.[9]

Nama Britania ditambah "Raya" (bahasa Latin: Britannia major, bahasa Prancis: Grand-Bretagne, lit. "Britania Besar") untuk membedakan dengan wilayah Bretagne/Brittany (bahasa Latin: Britannia minor, lit. Britania Kecil) di Prancis. Karena bahasa resmi pemerintahan Inggris mulai dari tahun 1066 adalah bahasa Prancis, maka nama ini dipakai terus sampai bahasa Inggris menjadi bahasa resmi. Oleh para sejarawan, nama "Bretayne the Grete" dipakai pada tahun 1338. Namun, secara resmi nama ini baru dipakai oleh Raja James I pada tanggal 20 Oktober 1604. Kala itu dia bersumpah menyatakan bahwa dia adalah "Raja Britania Raya" dan tidak hanya Skotlandia dan Inggris saja, sebab Wales juga termasuk wilayahnya.

Britania Raya secara geografis mengacu pada nama pulau. Secara politis, nama ini merujuk pada keseluruhan negara Inggris, Skotlandia dan Wales, termasuk pulau-pulau kecil di lepas pantainya.[10] Secara teknis, "Britania Raya" tidak mencakup Irlandia Utara, jadi jika menggunakan istilah tersebut untuk merujuk pada keseluruhan Kerajaan Bersatu yang mencakup Irlandia Utara, meskipun Kamus Bahasa Inggris Oxford menyatakan "...istilah ini juga digunakan secara longgar untuk merujuk pada Kerajaan Bersatu."[11][12]

Demikian pula, Britania dapat merujuk pada semua pulau di Britania Raya, atau hanya pulau terbesarnya saja, atau pengelompokan negara secara politik.[13] Tidak ada perbedaan yang jelas, bahkan dalam dokumen pemerintah: buku tahunan pemerintah Britania Raya menggunakan kedua istilah Britania[14] dan Kerajaan Bersatu.[15]

Singkatan bahasa INggris GB dan GBR (Great Britain) digunakan sebagai pengganti UK (United Kingdom) di beberapa kode internasional untuk merujuk ke Britania Raya, termasuk Universal Postal Union, tim olahraga internasional negara ini, NATO, kode negara ISO 3166-2 dan ISO 3166-1 alpha-3.

Di Internet, .uk adalah ranah internet tingkat teratas untuk Britania Raya. Ranah internet .gb digunakan secara terbatas, namun kini tidak digunakan lagi; meskipun pendaftaran yang ada masih ada (terutama oleh organisasi pemerintah dan penyedia email), pendaftar nama domain tidak akan menerima pendaftaran baru.

Di Olimpiade, tim negara ini unik, karena Tim GB digunakan oleh Asosiasi Olimpiade Britania Raya untuk mewakili Tim Olimpiade Britania Raya. Federasi Olimpiade Irlandia mewakili seluruh pulau Irlandia, dan olahragawan Irlandia Utara dapat memilih untuk mewwakili salah satu tim,[16] most choosing to represent Ireland.[17]

Halaman ini berisi artikel tentang negara berdaulat. Untuk pulau yang merupakan wilayah dari negara ini, lihat

Perserikatan Kerajaan Britania Raya dan Irlandia Utara

Digunakan sehubungan dengan Skotlandia (kanan) dan daerah lainnya (kiri)

- Sensus Penduduk 2021/22

Britania Raya,[n] dengan nama resmi Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia Utara,[o] atau secara informal dikenal dengan nama Inggris Raya, adalah negara di Eropa Barat Laut, terletak di lepas pantai Eropa daratan.[21][22] Negara ini terdiri dari Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara.[p][23] Di negara Britania Raya terdapat Pulau Britania Raya, bagian timur laut Pulau Irlandia, dan sebagian besar pulau-pulau berukuran kecil di Kepulauan Britania.[24] Irlandia Utara berbatasan di darat dengan Republik Irlandia; selebihnya, Britania Raya dikelilingi oleh Samudra Atlantik, Laut Utara, Selat Inggris, Laut Keltik, dan Laut Irlandia. Luas total Britania Raya adalah 94.354 mil persegi (244.376 km2),[e][12] dengan populasi yang diperkirakan hampir menyentuh 67,6 juta jiwa per tahun 2022.[13]

Pada tahun 1707, Kerajaan Inggris (di dalamnya terdapat Wales) dan Kerajaan Skotlandia memutuskan untuk bersatu melalui Perjanjian Persatuan sehingga menciptakan negara baru bernama Kerajaan Britania Raya. Undang-Undang Persatuan 1800 menjadikan Kerajaan Irlandia sebagai bagian dari Kerajaan Britania Raya sehingga menciptakan Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia yang efektif sejak tahun 1801. Sebagian besar Pulau Irlandia pada akhirnya memisahkan diri dari Britania Raya pada tahun 1922 dengan nama Negara Bebas Irlandia, maka dari itu diresmikan Undang-Undang Nama Monarki dan Parlemen 1927 sehingga negara ini memiliki nama baru, Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia Utara, yang masih digunakan sampai sekarang.

Britania Raya merupakan negara industri pertama dan kekuatan utama dunia selama sebagian besar abad ke-19 dan awal abad ke-20, terutama selama zaman "Pax Britannica" yang dimulai dari tahun 1815 hingga 1914.[25][26] Pada puncak kejayaan di tahun 1920-an, Imperium Britania Raya menguasai hampir seperempat luas daratan dan populasi Bumi, dan menjadi kekaisaran terbesar dalam sejarah. Namun, keterlibatannya dalam Perang Dunia Pertama dan Perang Dunia Kedua telah melemahkan kekuatan ekonomi Britania Raya ditambah gelombang dekolonisasi yang menyeruak ke seluruh dunia mengakibatkan sebagian besar jajahan Britania Raya memerdekakan diri.[27][28][29] Pengaruh Britania Raya dapat diamati dalam sistem hukum dan politik di banyak bekas jajahannya, dan budaya Britania Raya masih berpengaruh secara global, khususnya dalam bidang bahasa, sastra, musik dan olahraga. Bahasa Inggris adalah bahasa yang paling banyak dituturkan dan bahasa asli ketiga yang paling banyak dituturkan.[30]

Britania Raya adalah negara monarki konstitusional dan demokrasi parlementer.[q][32] Britania Raya memiliki tiga yurisdiksi berbeda; Inggris dan Wales, Skotlandia dan Irlandia Utara.[33] Sejak tahun 1998, Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara memikiki pemerintahan terdevolusi dan badan legislatifnya masing-masing sedangkan Inggris dipemerintahi langsung oleh Pemerintah Britania Raya.[34] Ibu kota sekaligus kota terbesar di Britania Raya (juga merupakan ibu kota dari negara konstituen Inggris) adalah London, sebuah metropolis dunia dengan populasi metropolitan lebih dari 14 juta jiwa. Kota Edinburgh, Cardiff, dan Belfast adalah ibu kota masing-masing untuk negara konstituen Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara. Kota besar lainnya yang belum disebutkan yaitu Birmingham, Manchester, Glasgow, Liverpool dan Leeds.

Britania Raya adalah negara maju dan memiliki ekonomi terbesar keenam menurut produk domestik bruto (PDB) nominal. Negara ini diakui sebagai negara pemilik nuklir, dan berada di peringkat keempat dunia dalam anggaran militer.[35][36] Britania Raya telah menjadi anggota permanen Dewan Keamanan PBB sejak pertama kali dibentuk pada tahun 1946. Negara ini adalah anggota dari Persemakmuran Bangsa-Bangsa, Majelis Eropa, G7, OECD, NATO, Five Eyes, AUKUS dan CPTPP.

Nama United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland diperkenalkan pada tahun 1927 dalam Undang-Undang Penamaan Kerajaan dan Parlemen. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa kemerdekaan de facto Negara Bebas Irlandia, yang mengakibatkan terpecahnya Irlandia pada tahun 1922, meninggalkan Irlandia Utara sebagai satu-satunya bagian Pulau Irlandia yang masih berada di bawah kekuasaan Britania Raya.[37] Sebelumnya, menurut Undang-Undang Kesatuan 1800, yang menyatukan Kerajaan Britania Raya dan Kerajaan Irlandia pada tahun 1801, nama resminya adalah Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia. Britania Raya sebelum tahun 1801 kadang-kadang disebut sebagai "Kerajaan Bersatu Britania Raya".[38][39][40][41] Dalam Pasal 1 Undang-Undang Kesatuan 1927 dinyatakan bahwa Inggris dan Skotlandia "bersatu menjadi satu kerajaan bernama Britania Raya."[42][43][catatan 1] Istilah "kerajaan bersatu" digunakan secara tidak resmi abad ke-18 untuk menjelaskan negara baru, tetapi hanya secara resmi, saat penyatuan Irlandia pada tahun 1801.[44]

Meskipun Britania Raya sebagai negara berdaulat mencakup Inggris, Skotlandia, Wales dan (yang kontroversial) Irlandia Utara, tetapi Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara memiliki pemerintahan sendiri.[45][46] Situs resmi Perdana Menteri Britania Raya menggunakan istilah "negara dalam negara" untuk menggambarkan Britania Raya.[47] Sedangkan mengenai Irlandia Utara, nama yang digunakan "bisa menjadi kontroversial, dengan pilihan yang sering kali mengungkapkan preferensi politik seseorang."[48] Istilah lainnya yang digunakan untuk menggambarkan status Irlandia Utara adalah "region" dan "provinsi".[49][50]

Great Britain atau Britania Raya juga sering disebut sebagai Britain. Sumber-sumber pemerintah Britania Raya acapkali menggunakan istilah ini sebagai bentuk singkat untuk Britania Raya, sementara media massa pada umumnya juga menggunakan istilah tersebut, namun hal ini menunjukkan bahwa istilah "Britania Raya" itu hanya mengacu pada pulau utama yang meliputi Inggris, Skotlandia dan Wales.[51][52][53] Bagaimanapun juga, di negara-negara lain, istilah Great Britain lebih umum digunakan, terutama di Amerika Serikat, istilah Great Britain ini dianggap sebagai sinonim untuk "United Kingdom" (Kerajaan Bersatu").[54][55] Selain itu, tim Olimpiade United Kingdom juga berlaga di bawah nama Great Britain atau "Tim GB".[56][57] GB dan GBR adalah kode negara standar untuk Britania Raya (lihat ISO 3166-2:GB), dan akibatnya sering digunakan oleh organisasi internasional untuk merujuk ke Kerajaan Bersatu.

Pada tahun 2006, desain baru paspor Britania Raya mulai digunakan. Halaman pertama paspor tersebut menampilkan bentuk panjang nama negara dalam bahasa Inggris, Wales, dan Gaelik Skotlandia.[58] Dalam bahasa Wales, bentuk panjang nama negara adalah "Teyrnas Unedig Prydain Fawr a Gogledd Iwerddon", dengan "Teyrnas Unedig" digunakan sebagai nama pendek di situs resmi pemerintah.[59] Sedangkan dalam bahasa Gaelik Skotlandia, bentuk panjangnya adalah "Rìoghachd Aonaichte na Breatainne Mòire is Èireann a Tuath" dan bentuk pendeknya "Rìoghachd Aonaichte".

Kata sifat British umumnya digunakan untuk merujuk pada hal yang berhubungan dengan Britania Raya. Istilah ini tidak memiliki konotasi hukum yang pasti, namun istilah ini digunakan secara umum untuk merujuk pada kewarganegaraan Britania dan hal-hal yang berhubungan dengan nasionalitas.[60] Istilah "British" digunakan secara berbeda untuk menggambarkan identitas nasional warga Britania, atau untuk mengidentifikasi diri sebagai "orang Britania", atau sebagai orang Inggris, Skotlandia, Wales, Irlandia Utara, Irlandia,[61] atau keduanya.[62]

Dalam bahasa Indonesia istilah United Kingdom diterjemahkan menjadi "Kerajaan Bersatu", "Persatuan Kerajaan", atau "Perserikatan Kerajaan". Untuk membedakan dengan Inggris, maka ketika menyebut negara ini, digunakan nama Britania Raya.

Permukiman manusia modern yang kelak akan menjadi Britania Raya sudah terbentuk sejak sekitar 30.000 tahun yang lalu.[63] Pada akhir zaman prasejarah, populasi di wilayah ini diperkirakan telah terbentuk. Periode ini dinamakan dengan masa Kelts Insular, yang terdiri dari Britania Britonik dan Irlandia Gaelik.[64] Penaklukan oleh Romawi yang dimulai pada tahun 43 SM diikuti oleh invasi pemukim Jerman Anglo-Saxon ke wilayah yang kelak akan membentuk Wales.[65] Sebagian besar wilayah yang dihuni oleh Anglo-Saxon disatukan menjadi Kerajaan Inggris pada abad ke-10.[66] Sementara itu, penutur Gaelik di Inggris barat laut (yang terhubung ke Irlandia di timur laut dan secara tradisional telah terjadi migrasi dari sana pada abad ke-5)[67][68] bersatu dengan bangsa Pict dan kemudian membentuk Kerajaan Skotlandia pada abad ke-9.[69]

Pada tahun 1066, bangsa Normandia menyerang Inggris dan setelah penaklukannya, Normandia berhasil merebut sebagian besar Wales, menaklukkan sebagian besar Irlandia dan membentuk permukiman di Skotlandia, yang membawa masing-masing negara tersebut ke periode baru feodalisme yang berdasarkan model Prancis Utara dan kebudayaan Normandia-Prancis.[70] Kedatangan bangsa Normandia ini membawa pengaruh besar, namun pada akhirnya tetap mampu berasimilasi dengan kebudayaan lokal di masing-masing negara.[71] Raja Inggris pada abad pertengahan berhasil menaklukkan Wales namun upayanya untuk menaklukkan Skotlandia mengalami kegagalan. Setelah itu, Skotlandia tetap mempertahankan kemerdekaannya, meskipun sering berkonflik dengan Inggris. Monarki Inggris, dalam upayanya untuk merebut koloni Prancis, juga sering kali terlibat konflik dengan Prancis, terutama dalam Perang Seratus Tahun.[72]

Memasuki periode modern awal, Inggris dihadapkan pada konflik agama sebagai akibat reformasi dan diperkenalkannya gereja Protestan di masing-masing negara.[73] Wales sepenuhnya di klaim sebagai bagian dari Kerajaan Inggris,[74] dan Irlandia ditetapkan sebagai kerajaan dalam persatuan personal dengan Kerajaan Inggris.[75] Wilayah milik bangsa Gaelik Katolik yang merdeka disita oleh Kerajaan Inggris dan diberikan kepada pemukim Protestan dari Inggris dan Skotlandia, yang selanjutnya membentuk Irlandia Utara.[76] Pada tahun 1603, Kerajaan Inggris, Skotlandia dan Irlandia bersatu dalam penyatuan personal saat James VI, Raja Skotlandia, mewarisi mahkota Kerajaan Inggris dan Irlandia. James kemudian memindahkan istananya dari Edinburgh ke London. Meskipun demikian, setiap negara tetap menjadi entitas politik yang terpisah dan mempertahankan lembaga politik yang juga terpisah.[77][78] Pada pertengahan abad ke-17, ketiga kerajaan terlibat dalam serangkaian perang berkelanjutan (termasuk Perang Saudara Inggris) yang menyebabkan tergulingnya monarki dan terbentuknya negara republik kesatuan berumur pendek bernama Persemakmuran Inggris, Skotlandia dan Irlandia.[79][80] Meskipun monarki berhasil dipulihkan kembali, hal ini menandai (dengan meletusnya Revolusi Agung pada tahun 1688) bahwa sama seperti monarki-monarki Eropa lainnya, monarki mutlak tidak akan menang. Konstitusi Britania kemudian dikembangkan berdasarkan monarki konstitusional dan sistem parlementer.[81] Selama periode ini, terutama di Inggris, berkembangnya kekuatan angkatan laut mendorong dilakukannya penjelajahan seberang lautan untuk menjajah dan mendirikan koloni, terutama di Amerika Utara (lihat Imperium Britania).[82][83]

Pada tanggal 1 Mei 1707, Kerajaan Bersatu Britania Raya terbentuk sebagai hasil penyatuan politik Kerajaan Inggris dan Skotlandia berdasarkan Perjanjian Kesatuan yang disetujui pada tanggal 22 Juli 1706. Perjanjian ini kemudian disahkan oleh Parlemen Inggris dan Skotlandia dalam Undang-Undang Kesatuan 1707.[84][85][86]

Pada abad ke-18, Britania Raya memainkan peran penting dalam mengembangkan ide-ide Barat, terutama yang berkaitan dengan sistem parlementer dan menghasilkan kontribusi yang signifikan dalam bidang sastra, seni, dan ilmu pengetahuan.[87] Britania (terutama Inggris) memelopori Revolusi Industri yang mengubah perekonomian negara serta memicu berkembangnya Imperium Britania. Selama periode ini, Britania Raya, seperti negara-negara besar lainnya, terlibat dalam eksploitasi kolonial, termasuk perdagangan budak Atlantik, meskipun dengan disahkannya Undang-Undang Perdagangan Budak pada tahun 1807 Britania juga berperan penting dalam memerangi perdagangan budak.[88] Koloni di Amerika Utara telah menjadi fokus utama kegiatan kolonial Britania. Dengan kekalahan mereka dalam Perang Kemerdekaan Amerika Serikat, ambisi kolonial Britania berpaling ke wilayah lain, terutama ke India.[89]

Pada tahun 1800, saat perang masih berkecamuk dengan Prancis, Parlemen Britania Raya dan Irlandia mengesahkan Undang-Undang Kesatuan yang menyatukan dua kerajaan tersebut dan menciptakan Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia pada tanggal 1 Januari 1801.[90]

Setelah kekalahan Prancis dalam Perang Revolusi dan Perang Napoleon (1792-1815), Britania Raya mulai muncul sebagai kekuatan angkatan laut dan ekonomi utama yang tak tertandingi di dunia pada abad ke-19 (dengan London yang menjadi kota terbesar di dunia sejak tahun 1830).[91] Menjadi yang tak tertandingi di lautan, Inggris selanjutnya mengadopsi peran sebagai polisi global, yang kemudian dikenal dengan Pax Britannica.[92][93] Periode ini juga menjadi momen pertumbuhan ekonomi, kolonial dan industri yang pesat bagi Britania Raya. Britania Raya (dengan Inggris sebagai kekuatan utama) digambarkan sebagai "bengkel dunia",[94] dan Imperium Britania tumbuh sebagai imperium terbesar yang mencakup India, sebagian besar Afrika, dan wilayah lainnya. Bersamaan dengan kontrol tidak resmi yang dimilikinya, posisi dominan Britania Raya dalam perdagangan dunia ini berarti bahwa secara efektif Britania Raya bisa mengendalikan perekonomian banyak negara, seperti Tiongkok, Argentina dan Thailand.[95][96] Sementara itu, di dalam negeri terjadi pergeseran ke kebijakan perdagangan bebas dan laissez-faire. Negara ini mengalami peningkatan populasi yang besar selama abad tersebut, yang disertai dengan terjadinya gelombang urbanisasi besar-besaran, terutama ke London dan Manchester. Hal ini pada akhirnya menyebabkan munculnya tekanan sosial dan ekonomi yang signifikan.[97] Pada akhir abad ke-20, negara-negara lain seperti Jerman, Amerika Serikat, dan Uni Soviet mulai menyalib dominasi industri Britania Raya di kancah internasional.[98]

Britania Raya, bersama dengan Rusia, Prancis dan (setelah tahun 1917) Amerika Serikat adalah beberapa negara-negara besar yang menentang Imperium Jerman dan sekutunya dalam Perang Dunia I (1914-1918).[99] Angkatan Bersenjata Britania Raya berkembang pesat hingga memiliki lebih dari lima juta tentara,[100] dan melibatkan banyak negara-negara imperiumnya beserta beberapa daerah di Eropa. Hal ini menjadikannya sebagai Negara Barat Terdepan dalam Perang Dunia I. Britania Raya mengakhiri Perang Dunia I dengan kehilangan sekitar dua setengah juta jiwa dan utang nasional yang besar.[100] Setelah perang, Britania Raya menerima mandat Liga Bangsa-Bangsa atas bekas jajahan Jerman dan Utsmaniyah. Hal ini membuat Imperium Britania semakin luas, mencakup seperlima dari luas total bumi dan seperempat dari total populasi dunia pada saat itu.[101] Munculnya Nasionalisme Irlandia dan konflik yang terjadi selama tahun 1920-an mengakibatkan terpecahnya Irlandia pada tahun 1921.[102] Sebagai hasilnya, Negara Bebas Irlandia yang merdeka dengan status domini terbentuk pada tahun 1922, sedangkan Irlandia Utara tetap memilih untuk menjadi bagian Britania Raya.[103] Era Depresi Besar (1929-1932) terjadi ketika Britania Raya belum pulih sepenuhnya dari dampak peperangan dan menyebabkan munculnya kesusahan serta kerusuhan politik dan sosial di berbagai kota di Britania.[104]

Britania Raya adalah salah satu negara Sekutu dalam Perang Dunia II dan ikut serta dalam deklarasi pembentukan PBB. Setelah kekalahan sekutu Eropanya dalam tahun pertama perang, Britania Raya melanjutkan laga melawan Jerman, terutama dalam Pertempuran Britania dan Pertempuran Atlantik. Setelah kemenangannya, Britania Raya menjadi salah satu dari Tiga Kekuatan Besar yang bertemu untuk perencanaan dunia pasca-perang dunia. Perang ini meninggalkan Britania Raya dalam keterpurukan. Keuangan negara runtuh. Bantuan Marshall dan pinjaman dari Amerika Serikat dan Kanada-lah yang membantu Britania Raya dalam proses menuju pemulihan setelah Perang Dunia II.[105]

Partai Buruh yang berkuasa pada tahun-tahun pascaperang dunia segera memulai program perubahan radikal, yang menghasilkan dampak yang signifikan terhadap kehidupan masyarakat Britania selama dekade berikutnya.[106] Di dalam negeri, industri-industri penting dan utilitas publik dinasionalisasi, Negara Kesejahteraan dibentuk, dan Layanan Kesehatan Nasional didirikan untuk mengelola kesehatan publik.[107] Menanggapi munculnya nasionalisme lokal, pemerintahan Partai Buruh menanggapinya dengan menerapkan kebijakan dekolonisasi negara-negara jajahan. Proses ini dimulai dengan pemberian kemerdekaan pada India dan Pakistan pada tahun 1947.[108] Selama tiga dekade berikutnya, sebagian besar negara-negara Imperium Britania yang diberi kemerdekaan dan menjadi negara berdaulat bergabung menjadi Negara-Negara Persemakmuran.

Meskipun peran politik Britania di kancah internasional menurun pasca terjadinya Krisis Suez pada tahun 1956, Britania Raya tetap menjadi salah satu dari lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan merupakan negara ketiga yang mengembangkan senjata nuklir (dengan bom atom pertama diuji pada tahun 1952). Penyebaran internasional bahasa Inggris juga menunjukkan pengaruhnya yang masih [atau pernah] dominan di dunia, terutama dalam bidang sastra dan budaya. Sementara itu, pada tahun 1960-an, budaya populernya juga berkembang dan memengaruhi dunia. Akibat kekurangan tenaga kerja pada tahun 1950, Pemerintah Britania menggalakkan dilakukannya migrasi besar-besaran dari Negara-Negara Persemakmuran. Hal ini menjadikan Britania sebagai negara multi-etnis selama dekade selanjutnya.[109] Pada tahun 1973, Britania Raya bergabung dengan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), dan ketika MEE berganti nama menjadi Uni Eropa pada tahun 1992, Britania Raya mencatatkan diri sebagai salah satu dari 12 negara pendirinya. Pada akhir 1960-an dan seterusnya, di Irlandia Utara merebak kekerasan komunal dan paramiliter (juga memengaruhi bagian lain dari Britania Raya dan Republik Irlandia). Peristiwa ini secara konvensional dikenal sebagai the Troubles. Peristiwa ini pada umumnya dianggap telah berakhir seiring dengan ditandatanganinya Persetujuan Belfast pada tahun 1998.[110][111][112]

Setelah periode lambatnya pertumbuhan ekonomi dan kemerosotan industri pada tahun 1970-an, Pemerintah Konservatif tahun 1980-an memulai kebijakan radikal deregulasi, khususnya dalam sektor keuangan, pasar tenaga kerja yang fleksibel, penjualan perusahaan-perusahaan negara (privatisasi), dan penarikan pajak kepada orang asing.[113] Sejak tahun 1984, dibantu dengan ditemukannya Minyak Laut Utara, Britania Raya mengalami era pertumbuhan ekonomi yang pesat.[114] Pada akhir abad ke-20 terjadi perubahan besar dalam Pemerintahan Britania Raya dengan pembentukan pemerintahan nasional bagi Irlandia Utara, Wales dan Skotlandia setelah dilakukannya referendum pralegislatif,[115] serta penggabungan secara hukum pada Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia. Pada tahun 2000-an, terdapat kontroversi yang berlangsung di dalam negeri mengenai invasi militer Britania Raya ke luar negeri, khususnya ke Irak dan Afghanistan.[116]

Luas total dari Britania Raya adalah sekitar 243.610 kilometer persegi (94.060 sq mi). Negara ini menempati bagian utama dari Kepulauan Britania,[117] termasuk Pulau Britania Raya, seperenam dari Pulau Irlandia di barat laut dan beberapa pulau-pulau kecil yang mengelilinginya. Britania Raya terletak di antara Samudra Atlantik Utara dan Laut Utara. Pantai tenggaranya berjarak sekitar 35 kilometer (22 mi) dari pantai utara Prancis, yang dipisahkan oleh Selat Inggris.[118] Pada tahun 1993, 10% dari luas total kawasan Britania terdiri dari hutan, 46% digunakan sebagai kawasan padang rumput untuk kepentingan peternakan, sedangkan 25%-nya digunakan untuk tujuan pertanian.[119] Observatorium Kerajaan di Greenwich, London merupakan titik pusat dari Meridian Utama.

Britania Raya terletak di antara 49° sampai 61° lintang utara, dan 9° BB sampai 2° BT. Irlandia Utara berbagi perbatasan darat sepanjang 360-kilometer (224 mi) dengan Republik Irlandia.[118] Britania Raya mempunyai garis pantai sepanjang 17.820 kilometer (11.073 mi).[120] Negara ini dihubungkan ke benua Eropa oleh Terowongan Channel, terowongan bawah laut sepanjang 50 kilometer (31 mi) (38 kilometer (24 mi) di bawah laut). Terowongan ini merupakan terowongan bawah laut terpanjang di dunia.[121]

Inggris menempati separuh lebih dari total luas Britania Raya, dengan luas sekitar 130.395 kilometer persegi (50.350 sq mi).[122] Sebagian besar topografi Inggris terdiri dari dataran rendah,[119] dengan kawasan pegunungan berada di barat laut garis Tees-Exe, termasuk Pergunungan Cumbria di sepanjang Danau District, Pennines dan bukit kapur di Puncak District, Exmoor, dan Dartmoor. Sungai-sungai dan muara utama di Inggris adalah Sungai Thames, Sungai Severn dan Humber. Gunung tertinggi di Inggris adalah gunung Scafell Pike (978 meter (3.209 ft)) yang berlokasi di Danau District. Sungai utamanya adalah Severn, Thames, Humber, Tees, Tyne, Tweed, Avon, Exe dan Mersey.[119]

Skotlandia menempati kurang lebih sepertiga dari total luas Britania Raya, dengan luas 78.772 kilometer persegi (30.410 sq mi),[123] termasuk pulau-pulau yang jumlahnya hampir delapan ratus pulau,[124] terutama di sebelah barat dan utara dari daratan utama Britania. Pulau-pulau ini di antaranya Hebrides, Orkney, dan Shetland. Topografi Skotlandia agak menonjol karena adanya Sesar Batas Dataran Tinggi (Highland Boundary Fault), sebuah sesar patahan geologi yang membentang dari Pulau Arran di bagian barat hingga ke Stonehaven di sebelah timur.[125] Garis sesar ini juga memisahkan Skotlandia menjadi dua wilayah yang saling berbeda, yaitu dataran tinggi di utara dan barat dan dataran rendah di bagian selatan dan timur. Wilayah dataran tinggi topografinya lebih kasar dan mencakup sebagian besar tanah pegunungan Skotlandia, termasuk Ben Nevis (1.343 meter (4.406 ft)), yang merupakan puncak tertinggi di Kepulauan Britania.[126] Sedangkan wilayah dataran rendah topografinya lebih rata, terutama yang berada di kawasan antara Firth of Clyde dan Firth of Forth yang dikenal sebagai Central Belt, dan di sinilah terletak sebagian besar penduduk Skotlandia, termasuk kota terbesar, Glasgow, dan ibu kota serta pusat pemerintahan Skotlandia, Edinburgh.

Wales menempati kurang lebih sepersepuluh dari luas total Britania Raya, dengan luas sekitar 20.779 kilometer persegi (8.020 sq mi).[127] Topografi Wales sebagian besar bergunung-gunung, cuma kawasan Wales Selatan yang kurang gunungnya dibandingkan dengan Wales Utara dan Tengah. Kawasan kependudukan dan perindustrian utama terletak di Wales Selatan, yang meliputi kota-kota di pesisir pantai seperti Cardiff, Swansea dan Newport, serta juga kawasan South Wales Valleys di sebelah utara kota-kota tersebut. Gunung-gunung tertinggi di Wales berada di Snowdonia, termasuk gunung Snowdon (bahasa Wales: Yr Wyddfa), dengan ketinggian sekitar 1.085 meter (3.560 ft) dan merupakan puncak tertinggi di Wales.[119] Terdapat 14 (atau 15) gunung di Wales yang tingginya mencapai 3.000 kaki (914 m). Gunung-gunung ini secara kolektif dikenal dengan sebutan Welsh 3000s. Wales memiliki garis pantai sepanjang lebih dari 1.200 km (750 mil). Terdapat beberapa pulau yang lokasinya berdekatan dengan daratan Wales; yang terbesar adalah Anglesey (Ynys Môn) di barat laut.

Irlandia Utara hanya menempati 14.160 kilometer persegi (5.470 sq mi) dari luas total Britania Raya dan sebagian besar topografinya terdiri dari perbukitan. Kawasan ini juga mencakup danau Lough Neagh (388 kilometer persegi (150 sq mi)), yang merupakan danau terbesar di Britania Raya dan Pulau Irlandia.[128] Puncak tertinggi di Irlandia Utara adalah Slieve Donard pada ketinggian 852 meter (2.795 ft) di Pegunungan Mourne.[119]

Britania Raya memiliki iklim subtropis, dengan curah hujan berlimpah sepanjang tahun.[118] Suhunya bervariasi, menyesuaikan dengan musim tetapi suhunya jarang turun di bawah −11 °C (12 °F) atau melampaui 35 °C (95 °F).[129] Angin pada umumnya datang dari arah barat daya, sering kali membawa cuaca yang sedang dan lembap dari Samudra Atlantik.[118] Bagian timur merupakan wilayah yang paling kering karena terlindung dari angin ini. Arus Atlantik yang dihangatkan oleh Arus Gulf menghantarkan cuaca musim dingin yang sedang, terutama di wilayah bagian barat, di mana musim dinginnya pada umumnya lembap, khususnya di dataran tinggi. Musim panas paling panas terjadi di bagian tenggara Inggris yang lokasinya paling dekat dengan benua Eropa, sedangkan yang paling sejuk terdapat di wilayah bagian utara. Salju padat biasanya turun pada musim dingin dan awal musim semi di dataran tinggi, namun jarang sekali salju padat yang turun di wilayah yang bukan dataran tinggi.[130]

Masing-masing negara di Britania Raya memiliki sistem administratif dan demarkasi geografis tersendiri. Kebanyakan sudah terbentuk sebelum berdirinya Britania Raya. Akibatnya, tidak ada strata umum unit administratif yang secara resmi digunakan di Britania Raya.[131] Sampai abad ke-19, dilakukan sejumlah perubahan kecil menyangkut peraturan tersebut, namun perubahan ini tidak berlaku secara seragam pada pemerintahan daerah di Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara.[132]

Unit-unit pemerintahan daerah di Inggris sangat kompleks, dengan pendistribusian fungsi yang bervariasi sesuai dengan peraturan daerah setempat. Undang-undang mengenai pemerintahan daerah di Inggris ditetapkan oleh Parlemen Britania Raya dan Pemerintah Britania Raya karena Inggris tidak memiliki parlemen yang berdiri sendiri. Sub-divisi tingkat atas di Inggris terdiri dari sembilan region kantor pemerintahan atau disebut juga dengan region kantor pemerintahan Uni Eropa.[133] Salah satu region, yaitu London Raya, telah melakukan pemilihan umum wali kota dan majelis langsung sejak tahun 2000 setelah dilakukannya referendum pada tahun 2008.[134] Pada awalnya dimaksudkan bahwa region lain juga akan diberi hak untuk melakukan pemilihan langsung atas majelis regional mereka, namun adanya penolakan dari majelis di Inggris Timur Laut dalam referendum tahun 2004 membuat rencana ini berhenti diajukan.[135] Pemerintahan daerah tingkat dua di Inggris terdiri dari county dan distrik atau otoritas kesatuan serta London yang terdiri dari 32 borough London. Anggota dewan dipilih dengan sistem pemilihan suara terbanyak (first-past-the-post voting) dengan anggota tunggal atau melalui sistem pemilihan suara kelompok (multi-member plurality) dengan banyak anggota.[136]

Pemerintahan daerah di Skotlandia terbagi atas 32 sub-divisi, dengan luas dan populasi yang bervariasi. Kota-kota seperti Glasgow, Edinburgh, Aberdeen dan Dundee memiliki dewan pemerintahan yang terpisah, begitu juga dengan wilayah yang berada dalam otoritas Dewan Dataran Tinggi (Highland Council) yang mencakup sepertiga dari luas total Skotlandia dan lebih dari 200.000 jiwa penduduk. Kekuasaan dalam pemerintahan lokal dipegang oleh anggota dewan terpilih, di mana saat ini terdapat 1.222 anggota dewan,[137] dan masing-masingnya dibayar dengan gaji paruh-waktu. Pemilihan umum dilakukan dengan sistem pemilihan suara tunggal berpindah (single transferable vote) dengan banyak anggota yang memilih tiga atau empat anggota dewan. Setiap dewan memilih seorang Provost atau Convenor untuk memimpin sidang dewan dan bertindak sebagai wakil daerahnya. Anggota dewan tunduk pada kode etik yang ditetapkan oleh Komisi Standar Skotlandia.[138] Asosiasi perwakilan pemerintahan daerah untuk Skotlandia adalah Konvensi Otoritas Lokal Skotlandia (Convention of Scottish Local Authorities, COSLA).[139]

Pemerintahan daerah di Wales terdiri dari 22 otoritas kesatuan (unitary authorities). Otoritas ini termasuk kota Cardiff, Swansea dan Newport yang memiliki kewenangan tersendiri atas otoritas mereka.[140] Pemilihan umum diadakan setiap empat tahun sekali dengan menggunakan sistem pemilihan suara terbanyak.[141] Pemilihan terakhir dilangsungkan pada bulan Mei 2008. Asosiasi Pemerintahan Daerah Wales (Welsh Local Government Association) mewakili kepentingan otoritas lokal di Wales.[142]

Pemerintah daerah di Irlandia Utara, sejak tahun 1973, terdiri dari 26 distrik, masing-masing anggota dewannya dipilih melalui sistem single transferable vote. Kekuasaan mereka terbatas pada layanan-layanan seperti pengelolaan sampah, [sic] pengawasan anjing liar, serta memelihara taman dan pemakaman.[143] Pada tanggal 13 Maret 2008, eksekutif menyetujui proposal pembentukan 11 dewan baru untuk menggantikan sistem yang lama.[144] Pemilihan umum lokal berikutnya ditunda sampai tahun 2011 untuk memfasilitasi pembentukan sistem yang baru ini.[145]

Britania Raya memiliki kedaulatan atas tujuh belas wilayah yang tidak membentuk bagian dari Britania Raya: empat belas Wilayah Seberang Laut Britania,[147] dan tiga Dependensi Mahkota (Crown Dependencies).[148]

Keempat belas Wilayah Seberang Laut Britania Raya tersebut adalah: Anguilla, Bermuda, Wilayah Antarktika Britania, Wilayah Samudra Hindia Britania, Kepulauan Virgin Britania Raya, Kepulauan Cayman, Kepulauan Falkland, Gibraltar, Montserrat, Saint Helena, Ascension dan Tristan da Cunha, Kepulauan Turks dan Caicos, Kepulauan Pitcairn, Georgia Selatan dan Kepulauan Sandwich Selatan, dan Kawasan Pangkalan Berdaulat di Siprus.[149] Klaim Britania atas Antarktika tidak diakui secara universal.[150] Secara keseluruhan, Wilayah Seberang Laut Britania ini mencakup luas sekitar 667.018 mil persegi (1.727.570 km2) dan jumlah penduduk sekitar 260.000 jiwa.[151] Wilayah-wilayah ini adalah sisa-sisa dari Imperium Britania dan beberapa wilayah telah secara khusus memilih untuk tetap menjadi bagian dari Britania Raya (Bermuda pada tahun 1995 dan Gibraltar pada tahun 2002).

Dependensi Mahkota Britania Raya adalah wilayah-wilayah yang dimiliki oleh Kerajaan Britania Raya, berkebalikan dengan Wilayah Seberang Laut Britania yang dimiliki oleh Pemerintah Britania Raya.[152] Wilayah-wilayah ini terdiri dari Kepulauan Channel dan Bailiwicks di Jersey dan Guernsey yang terdapat di Selat Inggris serta Pulau Man di Laut Irlandia. Secara yurisdiksi dan administratif, wilayah-wilayah ini bukanlah bagian dari Britania Raya ataupun Uni Eropa, meskipun Pemerintah Britania memiliki kewenangan atas hubungan internasional dan pertahanan nasional mereka. Pemerintah Britania juga memiliki kewenangan untuk menerapkan peraturan dan UU atas nama Britania Raya. Kekuasaan untuk mengesahkan UU yang melibatkan pulau-pulau tersebut terletak pada majelis legislatif di masing-masing pulau, dengan persetujuan dari Kerajaan (Dewan Privy, atau, seorang Letnan-Gubernur untuk hal-hal tertentu di Pulau Man).[153] Sejak tahun 2005, masing-masing Dependensi Mahkota ini memiliki seorang Perdana Menteri yang bertindak sebagai Kepala Pemerintahan.[154]

Britania Raya adalah sebuah negara kesatuan di bawah monarki konstitusional. Raja Charles III merupakan kepala negara Britania Raya dan juga 15 Negara-Negara Persemakmuran lainnya. Kerajaan memiliki "hak untuk mengkonsultasikan, hak untuk menganjurkan dan hak untuk memperingatkan."[155] Konstitusi Britania Raya bersifat tidak terkode (uncodified constitution),[156] yang merupakan salah satu dari tiga negara di dunia yang menggunakan sistem ini.[catatan 2] Oleh sebab itu, konstitusi Britania Raya sebagian besar terdiri dari sumber tertulis yang berbeda-beda, termasuk undang-undang, preseden ketetapan hakim, serta perjanjian internasional dan konvensi konstitusional. Karena tidak adanya perbedaan teknis antara undang-undang biasa dengan "undang-undang konstitusional", Parlemen Britania Raya dapat melakukan "reformasi konstitusi" hanya dengan mengesahkan Akta Parlemen, dan dengan demikian memiliki kekuasaan untuk mengubah atau menghapus hampir semua unsur tertulis ataupun yang tidak tertulis dalam konstitusi. Namun, tidak ada parlemen yang boleh mengesahkan undang-undang yang tidak bisa diubah oleh parlemen pada masa depan.[157]

Britania Raya memiliki sistem pemerintahan parlementer yang berlandaskan pada sistem Westminster yang telah ditiru di seluruh dunia sebagai warisan dari Imperium Britania. Parlemen Britania Raya yang bersidang di Istana Westminster terdiri dari dua kamar (dewan), yaitu Dewan Rakyat (House of Commons) yang beranggotakan anggota terpilih, dan Dewan Pertuanan (House of Lords) yang beranggotakan anggota terlantik. Setiap Rancangan Undang-Undang (RUU) yang disahkan membutuhkan Persetujuan Kerajaan (Royal Assent) supaya bisa menjadi undang-undang baru.

Posisi Perdana Menteri selaku Kepala Pemerintahan Britania Raya,[158] dipegang oleh seorang anggota parlemen yang mampu meraih kepercayaan dari mayoritas anggota House of Commons. Biasanya yang memperoleh kepercayaan ini adalah pemimpin partai politik terbesar di kamar (dewan) itu. Perdana Menteri beserta kabinetnya dilantik secara resmi oleh Ratu untuk membentuk Pemerintahan Baginda (Her Majesty’s Government). Namun, sebenarnya Perdana Menterilah yang memilih menteri-menterinya, dan secara konvensional Ratu menghormati pilihan Perdana Menteri tersebut.[159]

Anggota kabinet lazimnya dipilih dari kalangan anggota partai Perdana Menteri di kedua kamar, kebanyakan berasal dari Dewan Rakyat, yang harus mereka pertanggungjawabkan. Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh Perdana Menteri dan Kabinet, mereka semua disumpah di hadapan Dewan Privy Britania Raya (Privy Council of the United Kingdom), dan dinobatkan menjadi Menteri Mahkota (Ministers of the Crown). Rt. Hon. David Cameron, pemimpin Partai Konservatif, memegang jabatan Perdana Menteri, Bendahara Agung dan Menteri Pelayanan Sipil sejak 11 Mei 2010.[160] Untuk pemilihan anggota Dewan Rakyat, Britania Raya saat ini terbagi menjadi 650 daerah pemilihan.[161] Masing-masing daerah pemilihan memilih seorang anggota parlemen dengan cara "pluralitas sederhana (simple plurality voting system). Pemilihan umum diadakan oleh Kerajaan atas nasihat dari Perdana Menteri. Akta Parlemen 1911 dan 1949 mewajibkan pemilu baru diadakan dengan waktu tidak lebih lima tahun berselang dari pemilu sebelumnya.[162]

Tiga partai politik utama di Britania Raya adalah Partai Konservatif, Partai Buruh, dan Liberal Demokratis. Dalam Pemilihan Umum Britania Raya 2010, tiga partai tersebut berhasil memenangkan 622 dari 650 kursi di Dewan Rakyat,[163] dengan rincian: 621 kursi diperoleh dari pemilu, dan satu kursi berasal dari hasil pemilu kecil yang tertunda di Thirsk dan Malton.[164] Kursi-kursi yang selebihnya diraih oleh partai-partai kecil yang hanya bertanding di kawasan tertentu saja, yaitu Partai Nasional Skotlandia (hanya di Skotlandia), Plaid Cymru (hanya di Wales), dan Partai Buruh dan Demokratis Sosial, Partai Kesatuan Demokratis, Partai Kesatuan Ulster, dan Sinn Féin (hanya di Irlandia Utara, namun Sinn Féin juga bertanding dalam Pemilu di Republik Irlandia). Sesuai dengan kebijakan partai, tidak ada anggota parlemen terpilih dari partai Sinn Féin yang pernah menghadiri Dewan Rakyat untuk berbicara atas nama daerah pemilihan mereka karena anggota parlemen diharuskan untuk mengambil sumpah setia kepada Ratu (yang mana hal ini ditentang oleh Sinn Féin). Meskipun demikian, para anggota parlemen yang berasal dari Sinn Féin (saat ini berjumlah lima orang) masih diperkenankan untuk mempergunakan fasilitas kantor yang tersedia di Westminster sejak tahun 2002.[165] Untuk pemilihan Parlemen Eropa, Britania Raya saat ini diwakili oleh 72 anggota parlemen yang terpilih di 12 daerah pemilihan multi-anggota.[166]

Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara masing-masing memiliki pemerintahan atau badan eksekutif tersendiri yang dipimpin oleh seorang Menteri Pertama (First Minister) (atau, dalam kasus Irlandia Utara, dwi-kekuasaan; Menteri Pertama dan Wakil Menteri Pertama), dan badan legislatif unikameral (sistem satu kamar atau eka-dewan). Inggris sebagai negara terbesar di Britania Raya tidak memiliki badan eksekutif atau legislatif tersendiri, sebaliknya fungsi-fungsi tersebut dipikul secara langsung oleh Kerajaan dan Parlemen Britania Raya. Situasi ini telah menimbulkan persoalan menyangkut hakikat bahwa anggota parlemen dari Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara dapat melakukan pemungutan suara atas permasalahan yang berkenaan dengan Inggris yang ditangani oleh delegasi badan legislatif negara masing-masing.[167]

Pemerintah dan Parlemen Skotlandia memiliki wewenang yang luas atas setiap hal yang secara spesifik tidak dikhususkan untuk menjadi wewenang dari Parlemen Britania Raya, termasuk masalah pendidikan, kesehatan, undang-undang Skotlandia dan pemerintah daerah.[168] Dalam pemilu 2011, Partai Nasional Skotlandia (SNP) memenangkan mayoritas suara di Parlemen Skotlandia dan pemimpinnya, Alex Salmond, terpilih menjadi Menteri Pertama Skotlandia.[169][170] Pemerintah Wales dan Majelis Nasional untuk Wales (National Assembly for Wales) memiliki kekuasaan yang lebih terbatas dibanding dengan yang diserahkan ke Skotlandia.[171] Namun setelah disahkannya Akta Majelis pada tahun 2006, majelis dapat membuat undang-undang dalam bidang-bidang tertentu tanpa harus meminta persetujuan dari Westminster. Dalam pemilu 2011, Partai Buruh yang dipimpin oleh Carwyn Jones berhasil memenangkan suara mayoritas.[172] Badan-badan eksekutif dan legislatif di Irlandia Utara memiliki wewenang yang setara dengan yang diserahkan kepada Skotlandia. Badan eksekutifnya dipimpin oleh dua orang, masing-masingnya mewakili Majelis Kesatuan dan Nasionalis. Untuk saat ini, jabatan tersebut dipegang oleh Peter Robinson (Partai Kesatuan Demokratis) sebagai Menteri Pertama dan Martin McGuinness (Sinn Féin) sebagai Wakil Menteri Pertama.[173]

Britania Raya tidak memiliki undang-undang tertulis dan konstitusi lainnya yang mengatur mengenai pelimpahan kekuasaan ke Skotlandia, Wales atau Irlandia Utara. Di bawah doktrin kedaulatan Parlemen, Parlemen Britania Raya secara teori memiliki kewenangan untuk menghapuskan Parlemen Skotlandia, Majelis Wales atau Majelis Irlandia Utara.[174][175] Pada tahun 1972, Parlemen Britania Raya secara sepihak membekukan Parlemen Irlandia Utara, menetapkan preseden yang relevan dengan tata cara pelimpahan kekuasaan.[176] Dalam praktiknya, ada kemungkinan bahwa Parlemen Britania Raya akan menghapuskan segala hal yang berkaitan dengan pelimpahan kekuasaan ini mengingat kendala politik yang diciptakan oleh hasil referendum yang masih belum jelas.[177] Kendala politik yang timbul berkenaan dengan pelimpahan kekuasaan pada Irlandia Utara lebih besar ketimbang Wales dan Skotlandia, mengingat bahwa pelimpahan kekuasaan ke Irlandia Utara juga bersandar pada perjanjian internasional yang disetujui bersama Pemerintah Irlandia.[178]

Britania Raya adalah salah satu anggota tetap Dewan Keamanan PBB, anggota Negara-Negara Persemakmuran, G8, G7, G20, NATO, OECD, WTO, Majelis Eropa, OSCE, dan Uni Eropa. Britania Raya memiliki “Hubungan Istimewa” dengan Amerika Serikat,[179][180] dan menjalin kemitraan yang erat dengan Prancis (entente cordiale) dalam pengembangan senjata nuklir. Britania Raya juga berhubungan erat dengan Republik Irlandia dalam hal berbagi Kawasan Perjalanan Umum (Common Travel Area) dan banyak warga negara Irlandia yang menjadi anggota Angkatan Bersenjata Britania Raya.[181] Selain itu, Britania Raya juga berhubungan erat dengan Portugal sejak disahkannya Perjanjian Windsor pada tahun 1386. Hubungan ini merupakan hubungan internasional tertua di dunia yang masih tetap bertahan hingga saat ini.[182] Sekutu erat Britania lainnya termasuk negara-negara Uni Eropa lainnya dan negara-negara anggota NATO, Persemakmuran, serta Jepang. Keberadaan dan pengaruh global Britania Raya diperluas lagi melalui hubungan perdagangan, investasi asing, bantuan pembangunan resmi dan angkatan bersenjata.[183]

Militer Britania Raya secara resmi dikenal sebagai Angkatan Bersenjata Yang Mulia (Her Majesty's Armed Forces). Namun, juga dikenal dengan nama Angkatan Bersenjata Britania Raya atau Angkatan Bersenjata Mahkota (Armed Forces of the Crown).[184] Angkatan Bersenjata ini mencakup Angkatan Laut atau Naval Service (termasuk Royal Navy, Royal Marinir dan Royal Fleet Auxiliary), Angkatan Darat Britania (British Army), serta Angkatan Udara Kerajaan (Royal Air Force).[185] Semua pasukan-pasukan ini dikelola oleh Kementerian Pertahanan dan dikendalikan oleh Dewan Pertahanan, serta dipimpin oleh Sekretaris Negara untuk Pertahanan. Komandan Kepala untuk Angkatan Bersenjata Britania Raya adalah Monarki Britania Raya,[186] yaitu Raja Charles III, yang mana kepada ialah para pasukan angkatan bersenjata bersumpah setia.

Secara historis, Angkatan Bersenjata Britania Raya telah memainkan peran kunci dalam membangun Imperium Britania sebagai kekuatan yang dominan di dunia. Angkatan Bersenjata ini telah terlibat dalam sejumlah perang besar yang melibatkan kekuatan dunia lainnya, seperti Perang Tujuh Tahun, Perang Napoleon, Perang Krimea, Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Berulang kali mencapai kejayaan, Britania Raya telah memengaruhi peristiwa dunia dengan kebijakannya dan muncul sebagai kekuatan militer dan ekonomi terkemuka di dunia. Meskipun Imperium Britania telah runtuh, Britania Raya tetap menjadi kekuatan besar dunia dan Angkatan Bersenjata Britania Raya adalah salah satu angkatan bersenjata terbesar dan paling berteknologi canggih di dunia.

Angkatan Bersenjata Britania Raya bertanggung jawab untuk melindungi Britania Raya dan wilayah-wilayah seberang lautnya, mempromosikan kepentingan keamanan Britania Raya ke penjuru dunia, serta mendukung upaya-upaya perdamaian internasional. Angkatan Bersenjata ini berpartisipasi secara aktif dalam operasi-operasi gabungan internasional seperti NATO, Perjanjian Pertahanan Lima Negara, RIMPAC, dan sebagainya. Garnisun dan berbagai fasilitas militer didirikan di Pulau Ascension, Belize, Brunei, Kanada, Diego Garcia, Kepulauan Falkland, Jerman, Gibraltar, Kenya, Siprus, dan Qatar.[187]

Menurut berbagai sumber, termasuk Stockholm International Peace Research Institute dan Kementerian Pertahanan, Britania Raya memiliki pengeluaran militer tertinggi keempat di dunia. Jumlah anggaran militer saat ini menghabiskan sekitar sekitar 2,3% - 2,6% dari total PDB nasional.[188]

Royal Navy adalah salah satu dari tiga angkatan laut air-biru (blue-water navy) yang terkemuka di dunia, dua negara lainnya adalah Prancis dan Amerika Serikat).[189] Angkatan laut ini bertanggung jawab untuk melindungi Penangkal Nuklir Britania (UKs Nuclear Deterrent) melalui empat Kapal Selam Kelas Vanguard. Royal Navy mengoperasikan sejumlah besar armada kapal, termasuk kapal induk, kapal perang amfibi, Landing Platform Dock, kapal selam nuklir, kapal perusak berpeluru kendali, fregat, mine-countermeasure vessel, dan kapal patroli. Dalam waktu dekat, dua kapal induk baru, yaitu HMS Queen Elizabeth dan HMS Prince of Wales juga akan melayani Royal Navy.

Pasukan Khusus Britania Raya (United Kingdom Special Forces), seperti Special Air Service dan Special Boat Service, menyediakan pasukan-pasukan yang cepat tanggap dan terlatih dalam mengatasi masalah-masalah terorisme, perbatasan, maritim, dan operasi amfibi. Seringkali kerahasiaan atau taktik terselubung dibutuhkan dalam pasukan ini.

Kebijakan pertahanan baru-baru ini menyatakan asumsi bahwa perlunya menyertakan gabungan pasukan koalisi dalam "operasi yang paling mendesak".[190] Dengan mengesampingkan intervensi di Sierra Leone, operasi militer Britania Raya di Bosnia, Kosovo, Afghanistan, Irak, dan terakhir, Libya, telah menggunakan pendekatan ini. Perang terakhir di mana militer Britania Raya berjuang sendiri adalah Perang Falklands pada tahun 1982, dan pada saat itu kemenangan berpihak kepada mereka.

Britania Raya tidak memiliki sistem hukum tunggal karena negara ini terbentuk oleh kesatuan negara-negara yang telah merdeka terlebih dahulu. Selain itu, dalam Pasal 19 dari Perjanjian Kesatuan 1706, dinyatakan bahwa negara menjamin kesinambungan perwujudan sistem hukum Skotlandia yang terpisah.[191] Saat ini, Britania Raya memiliki tiga sistem hukum yang berbeda, yaitu: Hukum Inggris, Hukum Irlandia Utara dan Hukum Skotlandia. Perubahan konstitusi baru-baru ini menyebabkan lahirnya Mahkamah Agung Britania Raya (Supreme Court of the United Kingdom) baru yang menggantikan Komite Banding House of Lords (Appellate Committee of the House of Lords) sejak bulan Oktober 2009.[192][193] Komite Yudisial Dewan Privi (Judicial Committee of the Privy Council) yang terdiri dari para anggota-anggota di Mahkamah Agung, merupakan pengadilan banding tertinggi bagi beberapa negara-negara Persemakmuran merdeka, Wilayah Seberang Laut Britania dan Dependensi Mahkota.

Hukum Inggris berlaku di Inggris dan Wales, dan hukum Irlandia Utara berdasarkan pada prinsip-prinsip hukum umum (common law).[194] Esensi dari hukum umum ini adalah bahwa hukum ini harus tunduk pada undang-undang Britania Raya. Pengadilan-pengadilan di Inggris dan Wales dikepalai oleh Pengadilan Senior (Senior Courts) yang terdiri dari Pengadilan Banding (Court of Appeal), Pengadilan Tinggi (High Court, untuk kasus-kasus perdata) dan Pengadilan Mahkota (Crown Court, untuk kasus-kasus pidana). Mahkamah Agung merupakan pengadilan tertinggi untuk kasus-kasus banding baik pidana maupun perdata di Inggris, Wales, dan Irlandia Utara, dan keputusan-keputusan yang dibuatnya mengikat semua pengadilan lain dalam yurisdiksi yang sama, dan sering kali memiliki efek persuasif di yurisdiksi yang lain.[195]

Skotlandia berlandaskan pada Hukum Skotlandia, sebuah sistem hibrid yang berasaskan pada prinsip hukum umum dan hukum sipil (civil law). Pengadilan-pengadilan utamanya adalah Pengadilan Sesi (Sessions Court) untuk kasus-kasus perdata,[196] dan Pengadilan Tinggi Penjabat (High Court of Justiciary) untuk kasus-kasus pidana.[197] Mahkamah Agung Britania Raya berfungsi sebagai pengadilan banding tertinggi untuk kasus-kasus perdata di bawah hukum Skotlandia.[198] Pengadilan Sheriff (Sheriff Court) menangani kasus-kasus perdata dan pidana, termasuk mengadakan persidangan pidana berjuri yang dikenal sebagai sheriff solemn court, ataupun pengadilan sheriff tanpa juri tanpa (sheriff summary court).[199] Sistem hukum Skotlandia ini unik karena memiliki tiga putusan dalam persidangan kasus pidana, yaitu: “bersalah”, “tidak bersalah” ataupun “tidak terbukti”. Putusan “tidak bersalah” dan “tidak terbukti” menyebabkan pembebasan tanpa kemungkinan dilakukannya sidang ulangan.[200]

Menurut data dari Statistik Kriminalitas Britania Raya, kriminalitas di Inggris dan Wales meningkat pada periode antara tahun 1981 dan 1995, meskipun telah terjadi penurunan secara keseluruhan dari 48% dalam kriminalitas pada periode 1995-2007/2008.[201] Populasi penghuni penjara di Inggris dan Wales juga meningkat hampir dua kali lipat pada periode yang sama menjadi lebih dari 80.000 narapidana, menjadikan Inggris dan Wales sebagai negara dengan peringkat tertinggi jumlah narapidananya di Eropa Barat dengan rasio 147 napi per 100.000 jiwa.[202] Layanan Penjara Baginda (Her Majesty's Prison Service), yang bertanggung jawab kepada Kementerian Kehakiman, mengelola sebagian besar penjara di Inggris dan Wales. Kriminalitas di Skotlandia sebaliknya turun hingga ke tingkat terendah dalam 32 tahun terakhir pada tahun 2009/2010 (turun sepuluh persen).[203] Pada saat yang sama populasi penjara Skotlandia dihuni oleh sekitar 8.000 tahanan,[204] di mana hal ini jauh di atas kapasitas desain penjara di Skotlandia.[205] Layanan Penjara Skotlandia, yang bertanggung jawab kepada Sekretaris Kabinet untuk Kehakiman, bertugas mengelola penjara-penjara di Skotlandia. Pada tahun 2006 sebuah laporan yang diterbitkan oleh Surveillance Studies Network menyatakan bahwa Britania Raya memiliki tingkat penjagaan penjara tertinggi dibandingkan dengan negara-negara industri Barat lainnya.[206]

Britania Raya mempunyai ekonomi pasar yang diatur sebagian.[207] Berdasarkan nilai tukar pasar, saat ini Britania Raya merupakan negara dengan ekonomi terbesar keenam di dunia dan terbesar kedua di Eropa setelah Jerman.[208] HM Treasury yang dikepalai oleh Menteri Keuangan Britania Raya, bertanggung jawab untuk mengembangkan dan melaksanakan kebijakan ekonomi dan keuangan Pemerintah Britania Raya. Bank of England adalah bank sentral Britania yang bertanggung untuk mengeluarkan mata uang negara, yaitu pound sterling. Bank di Skotlandia dan Irlandia Utara tetap diberi hak untuk mengeluarkan uang kertas sendiri, dengan catatan harus tetap menyimpan cadangan uang kertas Bank of England dalam jumlah yang cukup. Pound sterling adalah cadangan mata uang terbesar ketiga di dunia (setelah dolar AS dan Euro).[209] Keterlibatan Kerajaan dalam ekonomi dilaksanakan oleh Kanselir Perbendaharaan (Chancellor of the Exchequer). Sejak tahun 1997, jabatan Komite Kebijakan Moneter Bank of England dipimpin oleh gubernur Bank of England dan bertanggung jawab untuk menetapkan suku bunga pada tingkat yang diperlukan untuk mencapai target inflasi ekonomi keseluruhan yang ditetapkan oleh Canselor setiap tahunnya.[210]

Sektor jasa Britania Raya menyumbangkan sekitar 73% dari total PDB.[211] London adalah salah satu dari tiga "pusat komando" perekonomian global (bersama New York City dan Tokyo),[212] serta menjadi pusat keuangan terbesar di dunia (bersama New York).[213][214][215] London juga merupakan kota dengan PDB terbesar di Eropa.[216] Di samping itu, Edinburgh juga menjadi salah satu pusat keuangan terbesar di Eropa.[217] Sektor pariwisata sangat berperan penting dalam perekonomian Britania Raya, di mana lebih dari 27 juta wisatawan mengunjungi Britania Raya pada tahun 2004. Negara ini berada di peringkat keenam dalam tujuan wisata di dunia.[218] London juga tercatat telah menarik jumlah wisatawan yang lebih banyak dibandingkan dengan kota manapun di dunia. Pada tahun 2006, kota ini dikunjungi oleh sekitar 15.6 juta wisatawan, jauh di atas Bangkok di tempat kedua (10.4 juta kunjungan) dan Paris di tempat ketiga (9.7 juta).[219] Sektor industri kreatif menyumbangkan 7% GVA pada tahun 2005 dan rata-rata tumbuh sekitar 6% per tahun antara tahun 1997 dan 2005.[220]

Revolusi Industri berawal dari Britania Raya,[221] yang mula-mula berpusat pada industri tekstil, kemudian diikuti oleh industri berat yang lain seperti pembuatan kapal, pertambangan batubara, dan pembuatan baja.[222][223] Imperium Britania juga turut menciptakan pasar luar negeri bagi produk-produk Britania, yang memungkinkan Britania untuk mendominasi perdagangan internasional pada abad ke-19. Namun, setelah negara-negara lain juga berindustri, ditambah dengan kemerosotan ekonomi setelah dua perang dunia, Britania Raya mulai kehilangan keunggulan kompetitifnya. Industri-industri berat mengalami penurunan sepanjang abad ke-20. Meskipun demikian, manufaktur tetap menjadi bagian penting dari perekonomian walaupun hanya menyumbangkan 16,7% bagi pendapatan nasional pada tahun 2003.[224]

Industri otomotif merupakan sebuah bidang yang penting dalam sektor manufaktur di Britania Raya, mempekerjakan lebih dari 800.000 orang, dengan omzet sekitar 52 £ miliar, dan menghasilkan ekspor sekitar £26.6 miliar.[225] Industri kedirgantaraan di Britania Raya industri nasional terbesar kedua (atau ketiga, tergantung pada metode pengukurannya) dan memiliki omzet tahunan sekitar £ 20 miliar.[226][227][228] Industri kimia dan farmasi juga berperan penting dalam perekonomian Britania Raya. Industri ini memiliki pangsa pasar tertinggi ketiga di dunia (setelah Amerika Serikat dan Jepang).[229][230]

Pada kuartal terakhir tahun 2008, ekonomi Britania Raya mengalami resesi untuk pertama kalinya sejak tahun 1991.[231] Angka pengangguran meningkat dari 5,2% pada bulan Mei 2008 menjadi 7,6% pada Mei 2009, dan pada bulan Januari 2012, tingkat pengangguran untuk golongan yang berusia antara 18 sampai 24 tahun meningkat dari 11,9% menjadi 22,5%, yang mana ini merupakan angka tertinggi sejak pencatatan dimulai pada tahun 1992.[232][233] Total utang pemerintah Britania Raya naik dari 44,4% dari total PDB pada tahun 2007 menjadi 82,9% pada tahun 2011.[234]

Garis kemiskinan di Britania Raya umumnya ditetapkan sekitar 60% dari pendapatan rumah tangga rata-rata.[catatan 3] Pada tahun 2007-2008, kurang lebih 13,5 juta orang, atau 22% dari total populasi, hidup di bawah garis kemiskinan. Hal ini bermakna bahwa angka kemiskinan relatif di Britania Raya lebih besar dibandingkan dengan semua (kecuali empat) negara-negara anggota Uni Eropa lainnya.[235] Pada tahun yang sama, sebanyak 4,0 juta anak-anak, yaitu sekitar 31% dari total populasi anak-anak di Britania Raya, tinggal di rumah tangga yang berada di bawah garis kemiskinan ini (setelah memperhitungkan biaya perumahan). Angka ini mengalami penurunan sebanyak 400.000 anak sejak tahun 1998-1999.[236] Britania Raya juga tercatat mengimpor 40% dari total persediaan makanannya.[237]

Inggris dan Skotlandia adalah pemimpin dari Revolusi Ilmiah dari abad ke-17,[238] dan Britania Raya kemudian memelopori Revolusi Industri pada abad ke-18,[221] dan terus memproduksi para ilmuwan dan insinyur yang berperan besar dalam menciptakan penemuan-penemuan penting.[239] Ilmuwan terpenting dari abad ke-17 dan 18 termasuk Isaac Newton, yang menemukan hukum gerak dan gravitasi. Teorinya ini dipandang sebagai kunci dari ilmu pengetahuan modern.[240] Sementara dari abad ke-19 tercatat nama Charles Darwin, dengan teori evolusi melalui seleksi alam nya yang sangat fundamental bagi perkembangan biologi modern, dan James Clerk Maxwell, yang merumuskan teori elektromagnetik klasik, dan yang terbaru; Stephen Hawking, yang mencetuskan teori utama dalam bidang kosmologi, gravitasi kuantum dan investigasi lubang hitam.[241]

Penemuan ilmiah penting oleh ilmuwan Britania Raya dari abad ke-18 termasuk hidrogen oleh Henry Cavendish.[242] Dari abad ke-20: penisilin oleh Alexander Fleming,[243] dan struktur DNA oleh Francis Crick, dan banyak lagi penemuan-penemuan yang tak terhitung jumlahnya.[244] Penemuan mesin-mesin penting oleh orang-orang dari Britania pada abad ke-18 antara lain lokomotif uap, yang dikembangkan oleh Richard Trevithick dan Andrew Vivian,[245] dari abad ke-19 ada motor listrik oleh Michael Faraday, bola lampu pijar oleh Joseph Swan,[246] dan telepon praktis pertama yang dipatenkan oleh Alexander Graham Bell.[catatan 4][247] Pada abad ke-20, sistem pertelevisian pertama ditemukan oleh oleh John Logie Baird,[248] mesin jet oleh Frank Whittle, dasar dari komputer modern oleh Alan Turing, dan World Wide Web oleh Tim Berners-Lee.[249] Penelitian ilmiah dan pengembangan sangat penting di universitas-universitas di Britania Raya, dengan membangun banyak taman ilmu pengetahuan untuk memfasilitasi produksi dan kerja sama dengan industri.[250] Antara tahun 2004 dan 2008, Britania Raya menghasilkan 7% dari keseluruhan karya ilmiah di dunia penelitian (tertinggi ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Tiongkok), serta memperoleh 8% dari pangsa kutipan ilmiah (tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Serikat).[251] Jurnal-jurnal ilmiah yang diproduksi di Britania Raya antara lain: Nature, British Medical Journal dan The Lancet.[252]

Sistem transportasi di Britania Raya dilengkapi dengan rangkaian jalan raya radial sepanjang 29.145 mil (46.904 km), rangkaian jalan tol sepanjang 2.173 mil (3.497 km) dan jalan raya beraspal sepanjang 213.750 mil (344.000 km).[118] Pada tahun 2009, tercatat ada total 34 juta kendaraan yang berlisensi di Britania Raya.[255] Jaringan kereta api nasional (National Rail) melayani rute sepanjang 10.072 mil (16.116 km) di Pulau Britania Raya dan 189 mil (303 km) rute di Irlandia Utara, mengangkut lebih dari 18.000 penumpang dan dilalui oleh sekitar 1.000 kereta barang setiap harinya.[118] Ada rencana untuk membangun jalur berkecepatan tinggi baru menjelang tahun 2025.[256]

Pada tempo antara bulan Oktober 2009 hingga September 2010, semua bandar udara di Britania Raya menangani total 211,4 juta penumpang.[257] Pada periode itu, tiga bandar udara yang terbesar adalah Heathrow (65,6 juta penumpang), Gatwick (31,5 juta penumpang) dan Stansted (18,9 juta penumpang).[257] Bandar Udara London Heathrow yang terletak sekitar 24 kilometer (15 mi) di sebelah barat ibu kota London, adalah bandar udara dengan jumlah penumpang internasional terbesar di dunia.[253][254] Di samping itu, bandar udara ini juga menjadi hab utama dari maskapai British Airways, BMI dan Virgin Atlantic.[258]

Pada tahun 2006, Britania Raya menjadi konsumen energi kesembilan terbesar dan produsen energi ke-15 terbesar di dunia.[259] Pada tahun 2007, Britania mencatat total output energi sebanyak 9,5 kuadriliun BTU, yang terdiri dari minyak bumi (38%), gas alam (36%), batubara (13%), nuklir (11%) dan energi terbarukan lainnya (2%).[260] Pada tahun 2009, Britania memproduksi 1,5 juta barel dan memproduksi 1,7 juta barel minyak perhari.[261] Produksi minyak bumi negara saat ini mengalami penurunan, dan Britania telah menjadi importir bersih minyak sejak tahun 2005.[261] Pada tahun 2010, Britania Raya memiliki cadangan minyak mentah terbukti kurang lebih sebanyak 3,1 miliar barel; yang terbesar dibandingkan dengan negara-negara anggota Uni Eropa lainnya.[261]

Pada tahun 2009, Britania Raya merupakan penghasil gas alam terbesar di Uni Eropa, dan terbesar ke-13 di dunia.[262] Namun, produksi gas alam Britania juga mengalami penurunan dan negara ini menjadi importir gas alam sejak tahun 2004.[262] Pada tahun 2009, Britania Raya tercatat memproduksi sekitar 19,7 juta ton dan mengkonsumsi kurang lebih 60,2 juta ton batubara.[260] Tahun 2005, Britania memiliki cadangan batubara terbukti sebanyak 171 juta ton.[260] Diperkirakan bahwa negara ini mampu menghasilkan sebanyak 7 miliar hingga 16 miliar ton batubara di kawasan-kawasan daratan yang berpotensi dilakukannya gasifikasi batubara bawah tanah (underground coal gasification, UCG).[263] Berdasarkan konsumsi batubara di Britania Raya saat ini, jumlah sebanyak itu akan mencukupi untuk keseluruhan konsumsi negara selama 200 hingga 400 tahun mendatang.[264] Britania Raya juga menjadi lokasi bagi sejumlah perusahaan-perusahaan energi besar, termasuk dua dari enam perusahan minyak dan gas "supermayor" – BP dan Royal Dutch Shell – serta BG Group.[265][266]

Sensus penduduk dijalankan serentak di seluruh wilayah Britania Raya setiap sepuluh tahun sekali.[267] Office for National Statistics (Kantor Statistik Nasional) bertanggung jawab dalam mengumpulkan data untuk Inggris dan Wales. Sedangkan General Register Office for Scotland (Kantor Pendaftaran Umum Skotlandia) dan Northern Ireland Statistics and Research Agency (Statistik dan Badan Penelitian Irlandia Utara) bertanggung jawab untuk melakukan sensus di negara masing-masing.[268] Dalam sensus tahun 2001, jumlah penduduk Britania Raya adalah 58.789.194 jiwa; menjadi yang terbanyak ketiga di Uni Eropa, terbanyak kelima di Persemakmuran dan terbanyak ke-21 di dunia. Pada pertengahan tahun 2010, jumlah penduduk Britania Raya diperkirakan telah meningkat menjadi 62.262.000 jiwa.[269] Tahun 2010 juga menjadi tahun ketiga di mana pertumbuhan penduduk alami memberikan kontribusi yang lebih dibandingkan dengan migrasi internasional terhadap komposisi penduduk Britania.[269] Antara tahun 2001 sampai 2010, rata-rata peningkatan tahunan jumlah penduduk Britania adalah sekitar 0,6 persen. Hal ini sebanding dengan rata-rata peningkatan jumlah penduduk pada periode 1991-2001 (0,3 persen) dan pada periode 1981-1991 (0,2 persen).[269] Pertengahan 2007, diperkirakan bahwa untuk pertama kalinya, jumlah penduduk Britania Raya yang berusia pensiun lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk anak-anak yang berusia di bawah 16 tahun.[270] Diperkirakan bahwa jumlah penduduk yang berusia 100 tahun ke atas akan meningkat tajam hingga mencapai 626.000 jiwa menjelang tahun 2080.[271]

Jumlah penduduk Inggris pada pertengahan tahun 2008 diperkirakan sebanyak 51,44 juta jiwa.[269] Inggris merupakan salah satu negara yang paling padat penduduknya di dunia, dengan kepadatan 383 jiwa penduduk per kilometer persegi pada pertengahan tahun 2003,[272] di mana konsentrasi penduduk terbesar terdapat di London dan kawasan Inggris Tenggara.[273] Pada pertengahan 2010, total populasi di Skotlandia diperkirakan sebanyak 5,22  juta jiwa, Wales 3,01 juta dan Irlandia Utara 1,80 juta jiwa,[269] dengan kepadatan penduduk yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan Inggris. Dibandingkan dengan Inggris yang memiliki kepadatan penduduk 383 jiwa per kilometer persegi (990/sq mi), kepadatan penduduk Wales pada pertengahan tahun 2003 hanya 142/km2 (370/sq mi), Irlandia Utara 125/km2 (320/sq mi) dan Skotlandia 65/km2 (170/sq mi).[272] Dalam hal persentase, Irlandia Utara tercatat memiliki pertumbuhan penduduk tercepat di Britania Raya selama empat tahun berturut-turut sampai pertengahan 2008.[269]

Pada tahun 2009, rata-rata tingkat kesuburan total (TKT) di seluruh Britania Raya adalah 1,94 anak per wanita.[274] Meskipun angka kelahiran yang meningkat memberikan kontribusi dalam pertumbuhan penduduk, namun angkanya masih jauh di bawah puncak "ledakan kelahiran", yaitu 2,95 anak per wanita pada tahun 1964,[275] yang berada di bawah tingkat penggantian 2,1, tetapi lebih tinggi dari rekor terendah yang tercatat pada tahun 2001.[274] Pada tahun 2010, Skotlandia memiliki TKT terendah, yaitu hanya 1,75 anak per wanita. Di atasnya ada Wales (1,98), Inggris (2,00) dan Irlandia Utara (2,06).[276]

Keempat negara di Britania Raya masing-masingnya memiliki ibu kota, yaitu: Belfast (Irlandia Utara), Cardiff (Wales), Edinburgh (Skotlandia) dan London (Inggris). London juga merupakan ibu kota dari Britania Raya.[118]

Kawasan perkotaan terbesar di Britania Raya adalah sebagai berikut:

Secara historis, orang pribumi Britania dianggap sebagai keturunan dari berbagai kelompok etnis yang telah menetap di sana sebelum abad ke-11, yaitu bangsa Kelt, Romawi, Anglo-Saxon, Norse dan Normandia. Ada juga teori yang menyatakan bahwa orang Wales merupakan kelompok etnis tertua di Britania Raya.[280] Studi genetik baru-baru ini menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen gen bangsa Inggris mengandung kromosom Y Jermanik.[281] Namun analisis genetik terbaru lainnya juga menunjukkan bahwa sekitar 75 persen nenek moyang bangsa Inggris modern telah tiba di Kepulauan Britania sejak 6.200 tahun yang lalu, yaitu pada awal Zaman Neolitikum atau Zaman Batu Britania. Ditemukan juga bahwa orang Britania (British) pada umumnya "berbagi" nenek moyang yang sama dengan orang-orang Basque.[282][283][284]

Britania Raya memiliki sejarah mengenai migrasi pendatang nonkulit putih dalam skala kecil. Liverpool tercatat sebagai kota dengan populasi kulit hitam tertua di negara ini, yang terjadi sejak tahun 1730-an dan setelahnya,[285] dan juga komunitas Tionghoa tertua di Eropa, yaitu sejak kedatangan pelaut Tiongkok pada abad ke-19.[286] Pada tahun 1950, diperkirakan sekitar 20.000 penduduk nonkulit putih menetap di Britania Raya, sebagian besarnya merupakan kelahiran asing (lahir di luar Britania Raya).[287]

Sejak tahun 1945, migrasi besar-besaran dari Afrika, Karibia dan Asia Selatan telah menjadi warisan hubungan yang dijalinkan oleh Imperium Britania. Migrasi dari negara-negara anggota Uni Eropa yang baru di Eropa Tengah dan Timur sejak tahun 2004 menyebabkan pertumbuhan kelompok-kelompok ini semakin beragam. Namun sejak tahun 2008, banyak imigran yang kembali ke negara asalnya, maka jumlah konkret dari kelompok-kelompok ini tidak dapat diketahui lagi.[288] Pada tahun 2001, sekitar 92,1% populasi Britania Raya mengidentifikasi diri mereka sebagai kulit putih, jadi hanya 7,9% penduduk Britania yang mengidentifikasi diri mereka sebagai ras campuran atau etnis minoritas.[289]

Keragaman etnis ini bervariasi secara signifikan di seluruh Britania. Diperkirakan bahwa sekitar 30,4% penduduk London,[290] dan 37,4% penduduk Leicester[291] bukan berasal dari kulit putih pada bulan Juni 2005, sedangkan kurang dari 5% penduduk Inggris Timur Laut, Baratdaya dan Wales merupakan etnis minoritas menurut sensus tahun 2001.[292] Pada tahun 2011, 26,5% siswa sekolah dasar dan 22,2% siswa sekolah menengah yang belajar di sekolah negeri di Inggris berasal dari keluarga minoritas.[293]

Britania Raya tidak memiliki bahasa resmi secara de jure, namun bahasa lisan yang paling meluas dan diakui secara de facto sudah pasti adalah bahasa Inggris (British English).[296][297] Bahasa Jermanik Barat diturunkan dari bahasa Inggris kuno dan menyerap banyak kata pinjaman dari bahasa Norse kuno, Norman Prancis, Yunani, dan Latin. Bahasa Inggris telah menyebar ke seluruh dunia, awalnya karena pengaruh Imperium Britania dan kemudian turut didukung oleh dominasi budaya Amerika Serikat dan telah menjadi bahasa bisnis internasional utama serta bahasa kedua yang paling banyak dituturkan di dunia.[298]

Ada empat bahasa Kelt yang digunakan di Britania Raya: Wales, Irlandia, Gaelik Skotlandia dan Kernowek. Tiga yang pertama diakui sebagai bahasa daerah atau bahasa minoritas yang dikenakan perlindungan dan promosi di bawah hukum Eropa yang relevan, sementara Kernowek diakui tetapi tidak secara khusus dilindungi. Dalam Sensus tahun 2001 lebih dari seperlima (21%) penduduk Wales mengatakan bahwa mereka bisa berbahasa Wales.[299] Jumlah ini meningkat dari sensus tahun 1991 (18%).[300] Selain itu, Diperkirakan bahwa sekitar 200.000 penutur bahasa Wales menetap di Inggris.[301] Dalam sensus yang sama di Irlandia Utara, sekitar 167.487 orang (10,4%) menyatakan bahwa mereka memiliki "sedikit pengetahuan tentang bahasa Irlandia", sebagian besarnya adalah penduduk nasionalis (terutama penganut Katolik). Lebih dari 92.000 orang di Skotlandia (2% dari populasi) memiliki sedikit kemampuan dalam menuturkan bahasa Gaelik, termasuk 72% dari mereka yang tinggal di Hebrides Luar.[302] Jumlah sekolah-sekolah yang diajarkan bahasa Wales, Gaelik Skotlandia dan Irlandia meningkat.[303] Di antara penduduk keturunan emigran yang masih menuturkan bahasa Gaelik Skotlandia berada di Kanada (terutama Nova Scotia dan Pulau Cape Breton),[304] dan penutur bahasa Wales di Patagonia, Argentina.[305]

Bahasa Skots, bahasa yang diturunkan dari bahasa Inggris Pertengahan, telah mendapat pengakuan di tingkat regional, begitu juga dengan bahasa Ulster di Irlandia Utara, namun tanpa komitmen khusus untuk melindungi atau mempromosikan bahasa tersebut.[306]

Di seluruh Britania Raya, para siswa pada umumnya diwajibkan untuk mempelajari bahasa kedua, hingga usia 14 tahun di Inggris,[307] dan 16 tahun di Skotlandia. Bahasa Prancis dan Jerman merupakan dua bahasa kedua yang paling populer di Inggris dan Skotlandia. Di Wales, semua siswa yang berusia 16 tahun ke bawah diajarkan mata-mata pelajaran dalam bahasa Wales ataupun mempelajari bahasa Wales sebagai bahasa kedua.[308]

Agama Kristen telah mendominasi kehidupan keagamaan di Britania Raya selama lebih dari 1.400 tahun.[309] Meskipun mayoritas penduduk masih mengaku sebagai umat Kristiani dalam banyak survei, tingkat kehadiran umat di gereja-gereja secara teratur menurun drastis sejak pertengahan abad ke-20.[310] Sedangkan para imigran telah ikut memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan agama lain, terutama Islam.[311] Hal ini menyebabkan beberapa komentator menyebut penduduk Britania Raya sebagai masyarakat dengan "multi-iman",[312] sekuler,[313] atau pascakristen.

Berdasarkan sensus 2001, 71.6% dari responden mengakui bahwa mereka adalah umat Kristiani, dan agama terbesar berikutnya adalah Islam (2,8%), Hindu (1,0%), Sikh (0,6%), Yahudi (0.5%), Budha (0.3%) dan agama lainnya (0,3%).[314] Sekitar 15% dari responden menyatakan bahwa mereka tidak beragama, dan 7% lainnya tidak menyebutkan agama mereka.[315] Sebuah survei yang dilakukan oleh Tearfund menemukan bahwa hanya satu dari sepuluh penduduk Britania Raya yang benar-benar datang ke gereja setiap minggu.[316]

Gereja Inggris (Anglikan) adalah gereja resmi di Inggris.[317] Gereja ini masih mempertahankan perwakilannya di Parlemen Britania Raya dan Ratu Britania merupakan gubernur agungnya.[318] Di Skotlandia, Gereja Skotlandia Presbiterian diakui sebagai gereja nasional. Gereja Skotlandia tidak tunduk pada kontrol negara dan Ratu cuma menjadi anggota biasa di gereja ini yang diwajibkan untuk bersumpah agar "memelihara dan melestarikan agama Protestan dan Pemerintahan Gereja Presbiterian" selama masa kekuasaannya.[319][320]

Gereja di Wales telah ‘dibubarkan’ tetapi masih tergolong dalam Komuni Anglikan. Gereja Irlandia (Anglikan) juga dibubarkan pada tahun 1870 setelah terpecahnya Irlandia.[321] Meskipun tidak ada data konkret dari hasil sensus 2001 mengenai penganut Kristen, Ceri Peach memperkirakan bahwa 62% dari total penganut Kristen di Britania Raya adalah Anglikan, 13,5% Katolik Roma, 6% Presbiterian, 3,4% Metodis, dan sejumlah kecil denominasi dari penganut Protestan lainnya dan Gereja Ortodoks.[322]

Britania Raya telah menerima gelombang migrasi yang berturut-turut tanpa henti. Musibah Wabah Kelaparan Besar menyebabkan kedatangan imigran asal Irlandia secara berbondong-bondong ke Britania Raya.[323] Lebih dari 120.000 veteran Polandia menetap di Britania setelah Perang Dunia II karena tidak dapat kembali ke tanah air mereka.[324] Pada abad ke-20, terjadi migrasi secara besar-besaran dari koloni-koloni Imperium Britania, terutama disebabkan oleh kekurangan tenaga kerja pasca Perang Dunia II. Sebagian besar imigran ini berasal dari Karibia dan Asia Selatan.[325]

Pada tahun 2010, terdapat sekitar 7 juta penduduk kelahiran asing di Britania Raya; 11,3% dari total penduduk. Dari jumlah tersebut, sebanyak 4,76 juta (7,7%) lahir di luar Uni Eropa dan 2,24 juta (3,6%) lahir di negara-negara anggota Uni Eropa.[326] Proporsi penduduk kelahiran asing di Britania Raya masih sedikit lebih rendah dibandingkan dengan beberapa negara Eropa lainnya,[327] namun migrasi inilah yang telah berkontribusi besar dalam meningkatkan jumlah populasi di Britania Raya antara tahun 1991 hingga 2001.[328] Data dari Office for National Statistics (ONS) menunjukkan bahwa sebanyak 2,3 juta imigran pindah ke Britania Raya pada periode 1991-2006.[329][330] Pada tahun 2008, diprediksi bahwa migrasi akan menambah jumlah penduduk Britania sebanyak 7 juta jiwa menjelang tahun 2031,[331] meskipun perkiraan ini juga diperdebatkan.[332] ONS melaporkan bahwa migrasi bersih dari tahun 2009 ke 2010 naik sebanyak 21 persen, atau sekitar 239.000 jiwa.[333] Pada tahun 2011 angka ini meningkat lagi sebanyak 251.000 jiwa, di mana ditemukan bahwa terjadi sebanyak 589.000 imigrasi, dan 338.000 emigrasi.[334][335]

195.046 warga negara asing menjadi warga negara Britania pada tahun 2010,[336] sedangkan pada 1999 hanya sebanyak 54.902.[336][337] Sebuah rekor baru tercipta pada tahun 2010, di mana sebanyak 241.192 WNA diberi hak sebagai penduduk tetap, di antaranya 51 persen berasal dari Asia dan 27 persen dari Afrika.[338] Menurut statistik resmi yang dirilis pada tahun 2011, 25,1 persen dari bayi yang lahir di Inggris dan Wales pada tahun 2010 lahir dari ibu yang lahir di luar Britania Raya.[339]

Sekurang-kurangnya 5,5 juta kelahiran Britania Raya menetap di luar negeri,[340][341][342] empat besar negara yang menjadi tujuan warga negara Britania adalah Australia, Spanyol, Amerika Serikat dan Kanada.[340][343] Penduduk Britania melakukan emigrasi besar-besaran ke luar negeri pada abad ke-19. Antara tahun 1815 sampai 1930, sekitar 11,4 juta orang pindah keluar Britania dan 11,4 juta lainnya keluar Irlandia. Pada akhir abad ke-20, diperkirakan bahwa sekitar 300 juta orang keturunan Britania dan Irlandia menetap secara permanen di berbagai belahan dunia.[344]

Penduduk di negara-negara Uni Eropa, tidak terkecuali penduduk Britania Raya, memiliki hak untuk tinggal dan bekerja di negara anggota UE manapun.[345] Britania Raya menerapkan pembatasan sementara untuk warga Rumania dan Bulgaria yang bergabung dengan Uni Eropa pada bulan Januari 2007.[346] Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Migration Policy Institute untuk Komisi Kesetaraan dan Hak Asasi Manusia menemukan bahwa antara bulan Mei 2004 dan September 2009, sekitar 1,5 juta pekerja bermigrasi dari negara-negara anggota Uni Eropa yang baru ke Britania Raya; dua-pertiganya berasal dari Polandia, namun kemudian banyak yang kembali ke tanah airnya.[347][348] Resesi pada akhir 2000-an mengurangi intensitas warga Polandia yang bermigrasi ke Britania Raya.[349] Pada tahun 2009, untuk pertama kalinya, lebih banyak penduduk dari negara-negara Uni Eropa lainnya yang meninggalkan Britania Raya daripada yang tiba.[350] Pada tahun 2011, 13% dari total emigrasi ke Britania Raya berasal dari penduduk di negara-negara anggota UE yang baru.[334]

Pemerintah Britania Raya telah memperkenalkan sistem imigrasi berbasis poin untuk imigrasi yang berasal dari luar Kawasan Ekonomi Eropa.[351] Pada bulan Juni 2010, pemerintah koalisi Konservatif-Liberal Demokratis menerapkan pembatasan imigrasi dari luar Uni Eropa hanya sebanyak 24.000 imigran.[352] Kebijakan ini menimbulkan perdebatan di dalam koalisi: sekretaris bisnis Vince Cable berpendapat bahwa hal ini justru akan merugikan sektor bisnis Britania Raya.[353]

Setiap negara di Britania Raya memiliki sistem pendidikan tersendiri.

Pendidikan di Inggris merupakan tanggung jawab dari Sekretaris Negara untuk Pendidikan, sedangkan pengelolaan harian dan pembiayaan sekolah-sekolah negeri merupakan kewajiban dari pemerintah daerah yang bersangkutan.[355] Sistem pendidikan universal diperkenalkan di seluruh Inggris dan Wales untuk jenjang pendidikan dasar pada tahun 1870, diikuti oleh pendidikan menengah pada tahun 1900.[356][357] Pendidikan diwajibkan bagi penduduk yang berusia 5 hingga 16 tahun (15 tahun bagi yang lahir pada akhir Juli atau Agustus). Mayoritas anak-anak dididik di sekolah-sekolah negeri, hanya sebagian kecil saja dari sekolah-sekolah tersebut yang memilih siswa berdasarkan kemampuan akademik. Sekolah negeri yang diperbolehkan untuk memilih siswa berdasarkan kemampuan akademik mampu mencapai prestasi yang sebanding dengan sekolah swasta yang paling selektif sekalipun; dua dari dua puluh sekolah unggul berdasarkan kriteria GSCE pada tahun 2006 adalah sekolah menengah negeri. Meskipun jumlahnya menurun, namun jumlah anak-anak yang menghadiri sekolah swasta di Inggris meningkat lebih dari 7%.[358] Patut dicatat bahwa lebih dari setengah jumlah mahasiswa di dua universitas terkemuka; Cambridge dan Oxford berasal dari sekolah negeri.[359] Inggris memiliki beberapa universitas yang menjadi universitas terbaik di dunia. Di antaranya adalah Universitas Cambridge, Universitas Oxford, Imperial College London dan University College London. Universitas-universitas ini merupakan universitas teratas di dunia berdasarkan peringkat yang dirilis oleh THE-QS pada tahun 2010, dengan Cambridge yang menempati posisi pertama.[360] Kajian Sains dan Matematika Internasional (TIMSS) menempatkan para pelajar Inggris di posisi ke-7 dalam matematika dan di posisi ke-6 untuk sains di seluruh dunia. Hasil ini menunjukkan bahwa pelajar Inggris mengungguli pelajar di negara-negara Eropa lainnya, termasuk Jerman dan negara-negara Skandinavia.[361]

Pendidikan di Skotlandia adalah tanggung jawab dari Sekretaris Kabinet untuk Pendidikan dan Pembelajaran Seumur Hidup (Cabinet Secretary for Education and Lifelong Learning), sedangkan pengelolaan harian dan pembiayaan sekolah-sekolah negeri merupakan kewajiban dari pemerintah daerah yang bersangkutan. Dua lembaga publik nondepartemen memainkan peranan penting dalam pendidikan Skotlandia: Otoritas Kualifikasi Skotlandia (Scottish Qualifications Authority) bertanggung jawab atas pembangunan, akreditasi, penilaian dan sertifikasi kelayakan selain ijazah yang diberikan oleh sekolah menengah, sekolah tingkat atas institusi-institusi sejenis.[363] Badan Learning and Teaching Scotland bertugas untuk memberikan nasihat, sumber daya dan pengembangan staf untuk komunitas pendidikan untuk mempromosikan pengembangan kurikulum dan menciptakan budaya inovasi, cita-cita, dan keunggulan.[364] Skotlandia pertama kali mengesahkan kebijakan pendidikan wajib pada tahun 1496.[365] Proporsi anak-anak yang menghadiri sekolah swasta di Skotlandia hanya sekitar 4%, namun dalam beberapa tahun terakhir jumlah tersebut berangsur-angsur meningkat.[366] Pelajar di Skotlandia yang menghadiri universitas di Skotlandia tidak membayar uang kuliah ataupun biaya wisuda, karena biaya-biaya tersebut dihapuskan pada pada tahun 2001 dan 2008 masing-masingnya.[367]

Pendidikan di Irlandia Utara merupakan tanggung jawab dari Menteri Pendidikan dan Menteri Pekerjaan dan Pembelajaran, sedangkan tanggung jawab pada tingkat lokal dikelola oleh lima dewan pendidikan dan perpustakaan yang meliputi wilayah geografis yang berbeda. Dewan Kurikulum, Pemeriksaan dan Penilaian (Council for the Curriculum, Examinations & Assessment, CCEA) adalah badan yang bertanggung jawab untuk memberikan saran kepada pemerintah mengenai apa yang harus diajarkan di sekolah, memantau, serta memberikan kualifikasi pada sekolah-sekolah di Irlandia Utara.[368]

Pemerintah Wales bertanggung jawab atas pendidikan di Wales. Sebagian besar pelajar di Wales diajarkan sebagian atau seluruhnya mata pelajaran dalam bahasa Wales, pembelajaran dalam bahasa Wales diwajibkan untuk semua siswa hingga usia 16 tahun.[369] Rencana untuk meningkatkan jumlah sekolah menengah berbahasa Wales turut dilakukan sejalan dengan kebijakan untuk membentuk masyarakat Wales yang dwi-bahasa sepenuhnya.

Sektor kesehatan di Britania Raya juga dilimpahkan kepada setiap negara yang memiliki institusi-institusi kesehatan tersendiri, baik yang didanai oleh pemerintah, swasta, maupun pengobatan alternatif, holistik, dan pelengkap. Kesehatan publik disediakan bagi semua warga negara dan penduduk tetap Britania Raya secara percuma, namun tetap dibayar melalui pajak umum. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2000 menempatkan Britania Raya di peringkat ke-15 terbaik di Eropa dan ke-18 di dunia dalam hal penyediaan layanan kesehatan publik.[370][371]

Badan-badan pengawas kesehatan diorganisasikan secara menyeluruh, misalnya Dewan Pengobatan Umum, Dewan Keperawatan dan Kebidanan, dan badan-badan nonpemerintah seperti Royal College. Namun, tanggung jawab politik dan operasional dalam bidang kesehatan terletak pada empat badan eksekutif negara; kesehatan di Inggris adalah tanggung jawab dari Pemerintah Inggris, kesehatan di Irlandia Utara adalah tanggung jawab dari Eksekutif Irlandia Utara; kesehatan di Skotlandia adalah tanggung jawab Pemerintah Skotlandia, dan kesehatan di Wales adalah tanggung jawab dari Pemerintah Wales. Oleh sebab itu, setiap Layanan Kesehatan Nasional (National Health Service, NHS) memiliki kebijakan dan prioritas yang berbeda-beda, sehingga menimbulkan perbedaan yang kentara sesama mereka.[372][373]

Sejak tahun 1979, pengeluaran negara untuk sektor kesehatan berusaha ditingkatkan secara signifikan supaya sebanding dengan dengan rata-rata anggaran kesehatan Uni Eropa.[374] Britania Raya menghabiskan sekitar 8,4 persen dari total PDB nya untuk anggaran kesehatan; 0,5% di bawah rata-rata OECD dan 1% di bawah rata-rata Uni Eropa.[375]

Kebudayaan Britania Raya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti statusnya yang sebagai negara kepulauan serta sejarahnya sebagai sebuah negara demokrasi liberal barat, adidaya, dan kesatuan politik dari empat negara yang masing-masingnya memelihara unsur-unsur tradisi, adat istiadat, dan simbolisme tersendiri. Sebagai akibat dari luasnya Imperium Britania, pengaruh Britania terlihat dalam penggunaan bahasa, sistem hukum, dan budaya di sebagian besar bekas jajahannya, termasuk Australia, Kanada, India, Afrika Selatan, Irlandia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat. Pengaruh budaya Britania Raya yang begitu besar menyebabkan negara ini digambarkan sebagai negara "adidaya kebudayaan".[376][377]

Sastra Britania mengacu pada literatur-literatur yang berhubungan dengan Britania Raya, Pulau Man, dan Kepulauan Channel. Sebagian besar sastra Britania ditulis dalam bahasa Inggris. Pada tahun 2005, sekitar 206.000 buku diterbitkan di Britania Raya, dan pada tahun 2006, negara ini menjadi negara dengan penerbitan buku terbesar di dunia.[378]

Dramawan dan penyair Inggris, William Shakespeare, secara luas dianggap sebagai dramawan terbesar sepanjang masa,[379][380][381] dan tokoh lain yang sezaman dengannya seperti Christopher Marlowe dan Ben Jonson juga diagung-agungkan sampai saat ini. Baru-baru ini, dramawan Britania seperti Alan Ayckbourn, Harold Pinter, Michael Frayn, Tom Stoppard dan David Edgar juga terkenal karena menggabungkan unsur surealisme, realisme dan radikalisme.

Penulis Inggris terkemuka dari era pramodern antara lain Geoffrey Chaucer (abad ke-14), Thomas Malory (abad ke-15), Sir Thomas More (abad ke-16), dan John Milton (abad ke-17). Dari abad ke-18 tercatat nama-nama seperti Daniel Defoe (pengarang Robinson Crusoe) dan Samuel Richardson yang memelopori novel modern. Sementara dari abad ke-19 ada Jane Austen, novelis gotik Mary Shelley, penulis buku anak-anak Lewis Carroll, Brontë bersaudari, aktivis sosial Charles Dickens, naturalis Thomas Hardy, realis George Eliot, penyair visionaris William Blake, dan penyair roman William Wordsworth. Sedangkan penulis-penulis Inggris yang berasal dari abad ke-20 antara lain: novelis fiksi ilmiah H. G. Wells; penulis cerita anak-anak klasik Rudyard Kipling, A. A. Milne (pencipta Winnie-the-Pooh), Roald Dahl, dan Enid Blyton; D. H. Lawrence; modernis Virginia Woolf; satiris Evelyn Waugh; George Orwell; W. Somerset Maugham dan Graham Greene; penulis novel kriminal Agatha Christie (novelis dengan karya terlaris sepanjang masa);[382] Ian Fleming (pencipta James Bond); penyair T. S. Eliot, Philip Larkin dan Ted Hughes; serta penulis fantasi J. R. R. Tolkien (The Lord of the Rings), C. S. Lewis (Narnia) dan J. K. Rowling (Harry Potter).

Kontribusi Skotlandia dalam kesusasteraan Britania di antaranya penulis cerita detektif Arthur Conan Doyle (pencipta Sherlock Holmes), sastrawan roman Sir Walter Scott, penulis cerita anak-anak J. M. Barrie, petualangan epik Robert Louis Stevenson dan penyair Robert Burns. Penulis modernis dan nasionalis terbaru, Hugh MacDiarmid dan Neil M. Gunn berkontribusi dalam Renaissance Skotlandia. Penulis lainnya juga termasuk Ian Rankin dan novelis horor-komedi Iain Banks. Ibu kota Skotlandia, Edinburgh, adalah kota pertama di dunia yang dinobatkan oleh UNESCO sebagai Kota Sastra.[383]

Puisi tertua Britania yang terkenal, Y Gododdin, ditulis di Yr Hen Ogledd (The Old North), kemungkinan besar berasal dari akhir abad ke-6. Puisi ini ditulis dalam bahasa Cumbric atau Wales Kuno dan dikenal sebagai referensi paling awal yang berisi tentang legenda Raja Arthur.[384] Pada abad ketujuh, hubungan antara Wales dan Old North hilang, dan fokus kebudayaan berbahasa-Wales bergeser ke Wales, di mana legenda Raja Arthur dikembangkan lebih lanjut oleh Geoffrey dari Monmouth.[385] Penyair Wales paling terkenal dari abad pertengahan termasuk Dafydd ap Gwilym (1320–1370), penulis puisi dengan tema alam, agama, dan terutama cinta. Ia secara luas dianggap sebagai salah satu penyair terbesar Eropa pada zamannya.[386] Sampai akhir abad ke-19, sebagian besar literatur berbahasa Wales berada di Wales dan sebagian besar adalah mengenai prosa keagamaan. Daniel Owen dikreditkan sebagai novelis bahasa Wales yang pertama, yang menerbitkan Rhys Lewis pada tahun 1885. Novelis Wales terkemuka dari abad kedua puluh di antaranya Richard Llewellyn dan Kate Roberts.[387][388]

Penulis dengan kebangsaan negara lain, terutama dari negara-negara Persemakmuran, Republik Irlandia, dan Amerika Serikat, pernah menetap dan bekerja di Britania Raya. Orang-orang ini termasuk Jonathan Swift, Oscar Wilde, Bram Stoker, George Bernard Shaw, Joseph Conrad, T.S. Eliot, Ezra Pound dan penulis British kelahiran asing baru-baru ini; Kazuo Ishiguro dan Sir Salman Rushdie.[389][390]

Berbagai genre musik populer di Britania Raya, mulai dari musik tradisional Inggris, Wales, Skotlandia dan Irlandia Utara, hingga musik heavy metal. Komposer musik klasik terkenal dari Britania Raya antara lain William Byrd, Henry Purcell, Sir Edward Elgar, Gustav Holst, Sir Arthur Sullivan (dikenal karena bekerja sama dengan Sir W.S. Gilbert), Ralph Vaughan Williams dan Benjamin Britten (pelopor opera Britania modern). Sir Peter Maxwell Davies adalah salah satu komposer terkenal yang masih hidup dan baru-baru ini diangkat menjadi Master of the Queen's Music. Britania Raya juga menjadi lokasi dari orkestra simponi dan paduan suara terkenal di dunia seperti BBC Symphony Orchestra dan London Symphony Chorus. Konduktor ternama termasuk Sir Simon Rattle, John Barbirolli dan Sir Malcolm Sargent. Beberapa komposer skor film terkemuka seperti John Barry, Clint Mansell, Mike Oldfield, John Powell, Craig Armstrong, David Arnold, John Murphy, Monty Norman dan Harry Gregson-Williams juga berasal dari Britania Raya. George Frideric Handel, meskipun lahir di Jerman, adalah warga negara Britania naturalisasi.[394] Andrew Lloyd Webber telah mencapai sukses besar secara komersial di seluruh dunia dan merupakan komposer teater musikal produktif, karyanya telah mendominasi Teater West End selama beberapa tahun dan bahkan telah menembus Broadway di New York.[395]

The Beatles telah menghasilkan penjualan rekaman secara internasional lebih dari satu miliar unit dan merupakan grup musik yang paling laris dan paling berpengaruh dalam sejarah musik populer.[391][392][393][396] Musisi-musisi terkemuka Britania yang turut memengaruhi perkembangan musik pop selama 50 tahun terakhir di antaranya: The Rolling Stones, Led Zeppelin, Pink Floyd, Queen, Bee Gees, dan Elton John, semuanya menghasilkan rekor penjualan lebih dari 200 juta keping album.[397][398][399][400][401][402] Brit Awards adalah penghargaan tahunan untuk industri musik di Britania. Beberapa musisi yang telah menerima penghargaan sebagai Outstanding Contribution antara lain: The Who, David Bowie, Eric Clapton, Rod Stewart dan The Police.[403] Musisi Britania baru-baru ini yang sukses secara internasional termasuk Coldplay, Radiohead, Oasis, Muse, Spice Girls, Amy Winehouse, Adele, dan yang terbaru, One Direction.[404]

Sejumlah kota di Britania Raya juga terkenal karena musiknya. Musisi asal Liverpool telah menghasilkan singel hit nomor satu di tangga-tangga lagu internasional lebih banyak dibandingkan dengan kota manapun di dunia.[405] Kontribusi Glasgow di dunia musik diakui pada tahun 2008 saat UNESCO menobatkannya sebagai salah satu dari tiga Kota Musik Dunia.[406]

Sejarah seni rupa Britania Raya merupakan bagian dari sejarah seni Barat. Seniman Britania yang terkenal di antaranya: romantisis William Blake, John Constable, Samuel Palmer dan J.M.W. Turner; pelukis potret Sir Joshua Reynolds dan Lucian Freud; seniman lanskap Thomas Gainsborough dan L. S. Lowry; pelopor Gerakan "Seni dan Kerajinan" William Morris; pelukis figuratif Francis Bacon; seniman pop Peter Blake, Richard Hamilton dan David Hockney; duo Gilbert dan George; seniman abstrak Howard Hodgkin; pematung Antony Gormley, Anish Kapoor dan Henry Moore. Selama periode 1980-an dan 1990-an, Saatchi Gallery di London membantu menarik perhatian publik terhadap kelompok seniman multi-genre yang dikenal sebagai "Seniman Muda Britania", Damien Hirst, Chris Ofili, Rachel Whiteread, Tracey Emin, Mark Wallinger, Steve McQueen, Sam Taylor-Wood dan Chapman Bersaudara adalah beberapa seniman yang menjadi anggota dari kelompok ini.

Royal Academy di London adalah organisasi kunci untuk mempromosikan seni rupa Britania Raya. Sekolah-sekolah seni terkemuka di Britania Raya di antaranya University of the Arts London, yang terdiri dari Central Saint Martins College of Art and Design dan Chelsea College of Art and Design; Goldsmiths, Universitas London; Slade School of Fine Art (bagian dari University College London); Glasgow School of Art; Royal College of Art; dan The Ruskin School of Drawing and Fine Art (bagian dari Universitas Oxford). Courtauld Institute of Art adalah pusat utama dalam pengajaran sejarah seni. Galeri seni yang terkemuka di Britania Raya termasuk: National Gallery, National Portrait Gallery, Tate Britain dan Tate Modern (galeri seni modern yang paling banyak dikunjungi di dunia, dengan lebih dari 4,7 juta pengunjung per tahun).[407]

Britania Raya memiliki pengaruh yang besar terhadap sejarah perfilman dunia. Sutradara British seperti Alfred Hitchcock dan David Lean adalah beberapa sutradara yang diakui sebagai sutradara paling kritis sepanjang masa,[408] juga beberapa sutradara-sutradara terkemuka seperti Charlie Chaplin, Michael Powell, Carol Reed dan Ridley Scott.[409][410][411][412] Banyak pemeran British yang sukses mencapai ketenaran internasional dan keberhasilan secara kritis, di antaranya: Julie Andrews, Richard Burton, Michael Caine, Charlie Chaplin, Sean Connery, Vivien Leigh, David Niven, Laurence Olivier, Peter Sellers, Kate Winslet, dan banyak lagi aktris dan aktor asal Britania yang tak terhitung jumlahnya.[413][414][415][416][417][418][419][420][421][422] Beberapa film-film terlaris sepanjang masa juga diproduksi di Britania Raya, film-film ini termasuk waralaba film dengan pendapatan tertinggi; Harry Potter dan James Bond.[423] Ealing Studios di London di klaim sebagai studio film tertua di dunia yang masih tetap bertahan sampai saat ini.[424]

Meskipun banyak yang sukses, industri perfilman di Britania Raya sering diperdebatkan mengenai identitas dan besarnya pengaruh Amerika (Hollywood) dan Eropa. Banyak perusahaan film-film Britania yang bekerja sama dengan produser film-film Amerika, sering kali film-film tersebut juga menggunakan aktor dan aktris dari kedua negara. Pemeran British juga sering dilibatkan dalam film-film Hollywood. Film-film sukses Hollywood kebanyakan ceritanya juga didasarkan pada orang-orang Britania, sejarah, ataupun peristiwa di Britania Raya, film-film ini di antaranya: Titanic, The Lord of the Rings, Pirates of the Caribbean, dan film animasi Disney "Siklus Inggris" (Alice in Wonderland, Peter Pan dan Robin Hood).[425]

Pada tahun 2009, perfilman Britania Raya meraup pendapatan sekitar $ 2 miliar di seluruh dunia dengan pangsa pasar sekitar 7% secara global dan 17% di Britania Raya.[426] Box-office film-film Britania menghasilkan sekitar £ 944 juta pada tahun 2009, dengan penerimaan sekitar 173 juta.[426] British Film Institute merilis suatu hasil jajak pendapat yang dikenal dengan "seratus film Britania terbaik sepanjang masa" (BFI Top 100 British films).[427] Ajang tahunan British Academy Film Awards diselenggarakan oleh British Academy of Film and Television Arts dan merupakan ajang yang setara dengan Oscar di Amerika Serikat.[428]

BBC, yang didirikan pada tahun 1922, adalah lembaga penyiaran publik Britania Raya dan merupakan lembaga penyiaran tertua dan terbesar di dunia. BBC mengoperasikan sejumlah stasiun televisi dan radio di Britania Raya dan di luar negeri.[429][430] Media utama lainnya di Britania Raya adalah ITV plc, yang mengelola 11 dari 15 stasiun televisi regional yang membentuk ITV Network,[431] dan News Corporation, yang memiliki sejumlah media cetak nasional dan internasional yang populer seperti tabloid The Sun dan harian The Times.[432] Perusahaan ini juga memegang saham terbesar di British Sky Broadcasting, yaitu saluran televisi satelit Britania Raya.[433] London mendominasi sektor media di Britania Raya: surat kabar, stasiun radio dan televisi nasional bermarkas di sini, meskipun Manchester juga signifikan dalam hal pusat pers nasional. Edinburgh, Glasgow, dan Cardiff, merupakan pusat utama dari produksi surat kabar dan penyiaran di Skotlandia dan Wales.[434] Sektor penerbitan Britania Raya, termasuk buku, direktori dan database, jurnal, majalah dan media bisnis, surat kabar dan kantor berita, memiliki omzet gabungan sekitar £ 20 miliar dan mempekerjakan sekitar 167.000 karyawan.[435]

Pada tahun 2009, diperkirakan bahwa rata-rata individu di Britania Raya menonton televisi 3,75 jam dan mendengarkan radio 2,81 jam per hari. Pada tahun yang sama, Lembaga Penyiaran Publik BBC menyumbangkan sekitar 28,4% dari total keseluruhan penonton televisi. Tiga saluran independen utama lainnya menyumbangkan sekitar 29,5% dan sisanya ditempati oleh saluran digital dan satelit lainnya (42,1%).[436] Penjualan surat kabar telah jauh merosot sejak tahun 1970-an. Pada tahun 2009, 42% dari penduduk Britania Raya dilaporkan membaca surat kabar harian nasional.[437] Pada tahun 2010, 82,5% dari total populasi Britania Raya adalah pengguna internet, jumlah ini merupakan yang tertinggi di antara 20 negara lainnya dan menjadi jumlah total pengguna terbesar pada tahun itu.[438]

Britania Raya terkenal dengan tradisi “British Empiricism”, salah satu cabang filsafat ilmu yang menyatakan bahwa semua pengetahuan yang berasal dari pengalaman manusia adalah valid, dan juga “Filsafat Skotlandia” atau ‘Aliran Akal Sehat Skotlandia’ (Scottish School of Common Sense).[439] Filsuf-filsuf terkenal yang berasal dari British Empiricism adalah John Locke, George Berkeley dan David Hume. Sedangkan Dugald Stewart, Thomas Reid dan William Hamilton adalah filsuf utama yang mengamalkan aliran "akal sehat" Skotlandia. Dua warga Britania lainnya yang juga terkenal karena teori filsafat moral utilitarianisme adalah Jeremy Bentham, dan kemudian diikuti oleh John Stuart Mill (dengan karangannya yang berjudul Utilitarianisme).[440][441] Filsuf Britania terkemuka lainnya antara lain: Duns Scotus, John Lilburne, Mary Wollstonecraft, Francis Bacon, Adam Smith, Thomas Hobbes, William Ockham, Bertrand Russell dan A.J. "Freddie" Ayer. Filsuf kelahiran asing yang menetap di Britania termasuk Isaiah Berlin, Karl Marx, Karl Popper dan Ludwig Wittgenstein.

Cabang-cabang olahraga seperti sepak bola, liga rugbi, uni rugbi, dayung, tinju, bulu tangkis, kriket, tenis, panahan dan golf, berasal, atau secara substansial dikembangkan di Britania Raya. Sebuah jajak pendapat pada tahun 2003 menemukan bahwa sepak bola adalah olahraga paling populer di Britania Raya.[443] Dalam sebagian besar kompetisi olahraga internasional, masing-masing tim secara terpisah mewakili Inggris, Wales dan Skotlandia. Irlandia Utara biasanya bergabung dengan Republik Irlandia dan mewakili Irlandia secara keseluruhan, dengan pengecualian di Pesta Olahraga Persemakmuran dan sepak bola. Dalam konteks olahraga, tim-tim ini secara kolektif dapat disebut sebagai Home Nations. Namun ada kesempatan di mana tim olahraga tunggal diperkenankan mewakili Britania Raya, salah satunya di ajang Olimpiade, di mana United Kingdom diwakili oleh tim Britania Raya (Great Britain team). London adalah tempat diselenggarakannya Olimpiade Musim Panas 1908 dan 1948, dan pada tahun 2012 menjadi satu-satunya kota yang telah menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas sebanyak tiga kali.

Masing-masing Home Nations memiliki tim sepak bola, tim nasional dan sistem liga tersendiri, meskipun beberapa klub ada yang bermain di luar sistem negara mereka untuk berbagai alasan historis dan logistik. Tim nasional sepak bola Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara bersaing sebagai negara terpisah dalam kompetisi internasional. Akibatnya, Britania Raya juga tidak pernah bersaing sebagai sebuah tim dalam ajang sepak bola di Olimpiade.[444] Namun, tim sepak bola negara-negara tersebut disatukan menjadi tim Olimpiade Britania Raya oleh The Football Association untuk berlaga dalam Olimpiade London 2012. Tim sepak bola Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara menolak untuk berpartisipasi, takut bahwa hal itu akan merusak status independen mereka, ketakutan ini dikonfirmasikan oleh presiden FIFA, Sepp Blatter.[445]

Kriket ditemukan di Inggris. Tim kriket Inggris dikelola oleh Badan Kriket Inggris dan Wales,[446] dan merupakan satu-satunya tim nasional di Britania Raya dengan status uji. Anggota tim diambil dari county-county utama di Inggris dan Wales. Pemain kriket Irlandia dan Skotlandia juga diperkenankan bermain untuk tim Inggris karena tidak ada tim di Skotlandia dan Irlandia yang telah mendapatkan status uji.[447][448] Inggris (bersama Wales), Skotlandia, Irlandia (bersama Irlandia Utara) sudah pernah berkompetisi di Piala Dunia Kriket, dan hanya Inggris yang sukses mencapai final pada tiga kesempatan. Terdapat sebuah kejuaraan liga profesional yang menghadirkan 17 tim yang mewakili county di Inggris dan satu tim mewakili Wales.[449] Liga rugbi adalah olahraga yang juga populer di beberapa daerah di Britania Raya. Cabang ini berasal dari Huddersfield dan secara umum juga dimainkan di Irlandia Utara.[450]

Sebuah tim tunggal bernama 'Great Britain Lions' yang mewakili Britania Raya berkompetisi dalam Piala Dunia Liga Rugbi dan pertandingan uji coba. Namun peraturan ini berubah pada tahun 2008. Akibatnya, saat ini Inggris, Skotlandia, dan Irlandia masing-masingnya berkompetisi sebagai negara terpisah.[451] Britania Raya masih tetap dipertahankan sebagai tim nasional saat tur melawan Australia, Selandia Baru, dan Prancis. Liga super adalah tingkat tertinggi dari liga rugbi profesional di Britania Raya dan Eropa. Liga ini terdiri dari 11 tim yang mewakili Irlandia Utara, 1 dari London, 1 dari Wales dan 1 dari Prancis. Kejuaraan Enam Negara, yang diikuti oleh empat negara Home Nations beserta Italia dan Prancis, merupakan turnamen uni rugbi inernasional utama di belahan bumi utara. Badan keolahragaan Inggris, Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara mengelola pertandingan secara terpisah. Masing-masing negara memiliki tim internasional peringkat atas.[452] Negara Home Nations yang berhasil mengalahkan tiga negara Home Nations lainnya dalam kompetisi tersebut dianugerahi gelar Triple Crown.[453]

Cabang tenis lapangan rumput berasal dari Birmingham dan pertama kali dimainkan antara tahun 1859 dan 1865.[454] Kejuaraan Wimbledon adalah ajang kompetisi tenis internasional yang diselenggarakan di Wimbledon, London Selatan setiap musim panas dan dianggap sebagai acara paling bergengsi dalam kalender tenis global. Biliar adalah salah satu cabang olahraga ekspor yang populer di Britania Raya. Kejuaraan dunia untuk cabang ini diselenggarakan setiap tahun di Sheffield.[455] Di Irlandia Utara, sepak bola Gaelik dan hurling adalah dua olahraga yang populer, baik dari segi tim dan penonton.[456] Sedangkan shinty (atau camanachd) adalah cabang olahraga sangat populer di dataran tinggi Skotlandia.[457]

Pacuan kuda thoroughbred diadakan pertama kali pada masa pemerintahan Charles II dari Inggris sebagai "olahraga raja", dan juga sangat populer di Britania Raya dan di dunia pacuan kuda dengan pertandingan-pertandingan seperti Grand National, Epsom Derby, Royal Ascot dan Cheltenham National Hunt Festival (termasuk Cheltenham Gold Cup). Britania Raya telah terbukti sukses secara internasional dalam cabang dayung. Golf, yang lahir di Skotlandia adalah cabang olahraga paling populer keenam di Britania Raya.[458] Lapangan golf tertua di dunia berlokasi di Musselburgh Links' Old Golf Course.[459]

Britania Raya sangat erat kaitannya dengan olahraga otomotif. Banyak tim dan pembalap di Formula Satu yang berbasis di negara ini, dan para pembalap dari Britania Raya telah memenangkan gelar juara dunia lebih banyak dibandingkan dengan negara manapun. Britania Raya menjadi tuan rumah F1 Grand Prix pertama pada tahun 1950 di Sirkuit Silverstone. Sirkuit ini saat ini menjadi lokasi digelarnya Grand Prix Britania yang diadakan setiap tahun pada bulan Juli. Negara ini juga menjadi tuan rumah dari World Rally Championship dan memiliki kejuaraan balap mobil turing sendiri, yaitu British Touring Car Championship (BTCC).[460]

Bendera kebangsaan Britania Raya bernama Union Flag (juga disebut dengan Union Jack). Bendera ini pertama kali diciptakan pada tahun 1606 dengan kombinasi dari Bendera Inggris dan Bendera Skotlandia, dan diperbarui pada tahun 1801 dengan penambahan Bendera Saint Patrick Irlandia. Wales tidak terwakili dalam Union Flag karena Wales telah ditaklukkan dan dianeksasi oleh Inggris sebelum terbentuknya Britania Raya. Namun, kemungkinan untuk mendesain ulang Union Flag dan menyertakan keterwakilan Wales masih dipertimbangkan.[461] Lagu kebangsaan Britania Raya adalah "God Save the King" (Tuhan Selamatkan Raja), namun kata "King" (Raja) diganti dengan “Queen” (Ratu) apabila takhta dipegang oleh seorang wanita.

Britannia merupakan personifikasi nasional Britania Raya, yang berasal dari era pemerintahan Britania Romawi.[462] Britannia dilambangkan sebagai seorang wanita muda dengan rambut cokelat atau emas yang mengenakan helm Korinthos dan jubah putih. Dia memegang sebatang trisula Poseidon dan sebuah perisai bergambar Union Flag. Tekadang ia juga dideskripsikan sedang menunggangi seekor singa. Sejak kejayaan Imperium Britania, Britannia juga dikaitkan dengan penguasaan lautan, seperti yang diperdengarkan dalam lagu patriotik Rule, Britannia!. Sampai tahun 2008, simbol singa digambarkan bersama Britannia pada koin lima puluh pence Britania, dan satu lagi memakai mahkota di belakang koin 10 pence. Singa juga digunakan sebagai lambang pada bendera nonseremonial Angkatan Darat Britania Raya. Anjing bulldog kadang-kadang digunakan pula oleh beberapa pihak sebagai simbol Britania Raya dan dikaitkan dengan perjuangan Winston Churchill dalam menentang Jerman Nazi.[463]

Dewan Rakyat (bahasa Inggris: House of Commons) adalah majelis rendah dalam Parlemen Britania Raya. Dewan Rakyat dan majelis tinggi yang bernama Dewan Bangsawan bersidang di Istana Westminster. Dewan Rakyat adalah badan yang terdiri dari 650 anggota. Mereka dipilih secara demokrasi dan dikenal sebagai "Anggota Parlemen" atau AP. Anggota parlemen dipilih melalui sistem pemungutan suara pluralitas, oleh daerah-daerah pemilihan yang dikenal sebagai kawasan pemilihan umum, dan menjabat kursi mereka hingga Parlemen dibubarkan (maksimum lima tahun).

Dewan Rakyat Britania Raya didirikan pada abad ke-14. Pada awalnya kekuasaan Dewan Rakyat tidak begitu besar jika dibandingkan dengan Dewan Bangsawan, tetapi kini kekuasaan perundangannya lebih besar dari Dewan Bangsawan. Di bawah UU Parlemen, hak para Bangsawan untuk menolak undang-undang diturunkan menjadi hak untuk menangguhkan undang-undang saja. Kerajaan bertanggungjawab pada Dewan Rakyat. Perdana Menteri hanya dapat memegang jabatannya selama dia didukung oleh Dewan Rakyat. Hampir semua menteri kerajaan dilantik dari Dewan Rakyat (dengan satu pengecualian [1]) semua Perdana Menteri sejak 1902.

Nama resmi dan lengkap Dewan Rakyat ialah the Honourable the Commons of the United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland in Parliament assembled ("Yang Terhormat Dewan Rakyat Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia Utara yang terhimpun dalam Parlemen").

Parlemen Britania Raya merunut sejarahnya dari Parlemen Kerajaan Inggris. Parlemen berkembang dari majelis penasehat raja Inggris pada waktu Zaman Pertengahan. Majelis kerajaan ini terdiri dari para padri, bangsawan, dan juga perwakilan kabupaten (dikenal juga sebagai "knights of the shire"). Tugas utama majelis adalah untuk mengizinkan pajak yang diajukan oleh Raja. Dalam banyak kasus majelis mendesakkan keluhan rakyat sebelum meneruskan dengan pemungutan suara pada pajak. Dan sejak itu Dewan rakyat mulai mempunyai kekuasaan legislatif.

Dalam "Parlemen Model" 1295, perwakilan kawasan perkotaan juga dimasukan. Dan sejak itu menjadi praktik lumrah bahwa setiap wilayah mengirimkan dua ksatria dari daerah, dan bahwa setiap daerah administratif mengirimkan dua borjuis. Pada mulanya, borjuis hampir tidak mempunyai kekuasaan. Ketika perwakilan wilayah sedang diaturkan, raja dapat memberikan hak memilih atau melucutkan hak memilih wilayah-wilayah sesuka hatinya. Penunjukan independensi oleh borjuis akan membuat kota-kota merka dikecualikan dari Parlemen. Para ksatria daerah berada dalam keadaan lebih baik, walaupun tetap kurang berkuasa daripada rekan-rekan aristrokrat mereka pada Parlemen yang masih satu kamar dahulu. Pembagian Parlemen ke dalam dua majelis dimulai ketika pemerintahan Edward III: para ksatria dan borjuis mendirikan Dewan rakyat, sementara pendeta dan para bangsawan menjadi bagian dari Dewan bangsawan.

Walaupun mereka masih berhamba pada Raja dan Dewan bangsawan, Dewan rakyat bertindak semakin berani. Pada waktu Parlemen Baik (1376), Juru bicara Dewan rakyat, Sir Peter de la Mare, mengeluhkan pajak yang besar, meminta penghitunganan pembelanjaan kerajaan, dan mengkritik pengurusan ketentaraan. Dewan rakyat bahkan juga melakukan pendakwaan pada setengah menteri Raja. Juru bicara berani itu dipenjarakan namun dilepaskan setelah kematian Raja Edward III. Pada waktu pemerintahan selanjutnya, Richard II, Dewan rakyat sekali lagi mulai mendakwa para menteri Raja. Mereka mendesak bahwa mereka tidak dapat mengatur pajak dan pembelanjaan negara. Walaupun kekuasaan mereka makin besar Dewan rakyat masih kurang berkuasa daripada Dewan bangsawan dan Raja.

Pengaruh Raja diperbesar oleh perang saudara setelah abad kelimabelas yang telah memusnahkan kekuasaan para bangsawan. Kedua dewan Parlemen memegang sedikit kekuasaan sewaktu tahun-tahun seterusnya, dan kekuasaan mutlak Raja dikembalikan. Dominasi raja menjadi semakin besar di bawah dinasti Tudor pada abad keenam belas. Kecenderungan ini namun telah dikembalikan ketika Dewan Stuart mendapatkan Tahta Inggris pada 1603. Dua raja Stuart, James I dan Charles I, memancing pertikaian dengan Dewan rakyat dengan isu-isu seperti pajak, agama dan kekuasaan kerajaan.

Perbedaan di antara Charles I dan Parlemen sangat besar dan menyebabkan Perang Saudara Inggris, yang dimenangkan oleh angkatan bersenjata Parlemen. Pada Desember 1648 Dewan rakyat telah dibersihkan oleh Tentara Model Baru yang seharusnya menghamba ke Parlemen. Pembersihan pride menjadi kudeta ketentaraan pertama dan satu-satunya dalam sejarah Inggris. Raja Charles I dihukum pancung dan Majelis tinggi dihapuskan. Parlemen satu kamar yang bertahan itu kemudian dirujuk oleh pengkritik sebagai Parlemen Bokong karena ia terdiri dari hanya segelintir anggota parlemen yang diizinkan oleh tentara - setengah dari mereka adalah dari pihak militer sendiri. Pada 1653, ketika tokoh-tokoh di Parlemen ini mulai berselisih pendapat dengan tentara, ia dibubarkan oleh Oliver Cromwell. Meskipun, raja dan Dewan bangsawan dikembalikan dengan Dewan rakyat pada 1660. Pengaruh Raja telah dikurangkan dan semaking berkurang ketika James II telah diturunkan dari takhtanya pada Revolusi Glorious pada 1688.

Abad kedelapanbelas memperlihatkan pengembangan pejabat Perdana Menteri. Idea bahwa sebuah kerajaan kekal kekuasaanna hanya sepanjang ia dapat mengekal dukungan Parlemen menghasilkan mosi tidak percaya pertama kali dalam sejarah ketika kerajaan Tuan North gagal untuk menamatkan Revolusi Amerika. Ide mutakhir bahwa hanya dukungan Dewan rakyat yang diperlukan untuk sebuah kerajaan namun adalah pengembangan kemudian. Adat bahwa Perdana Menteri adalah senantiasa seorang anggota Majelis rendah alih-alih majelis tinggi juga merupakan pengembangan kemudian.

Dewan rakyat mengalami suatu pembaruan penting pada abad kesembilan belas. Untuk beberapa tahun, beberapa kejanggalan muncul dalam perwakilan daerah administratif. Perbatasan-perbatasan kawasan pemilihan tidak pernah berubah sejak 1660, shingga banyak kota dulunya penting namun telah merosot pada abad kesembilanbelas masih mengekalkan hak mereka untuk memilih dua ahli. Yang amat terkenal dari "rotten borough" ini adalah Sarum Tua, yang hanya mempunyai enam pemilih untuk dua AP, dan Dunwich yang telah jatuh ke laut. Pada waktu yang sama, kota-kota besar seperti Manchester tidak menerima perwakilan tersendiri. Juga terkenal adalah pocket boroughs, daerah administratif yang diatur oleh pemilik tanah dan aristokrat, yang "calonnya" telah dipilih sebelumnya.

Dewan rakyat mencoba untuk menangani kejanggalan ini dengan meluluskan suatu rancangan undang-undang Pembaruan pada 1831. Pada mulanya, Dewan bangsawan tidak ingin meluluskan rancangan undang-undang itu namun akhirnya dipaksa untuk melakukannya ketika Perdana Menteri, Tuan Grey, menasehatkan Raja William IV untuk membanjiri Dewan bangsawan dengan membuat bangsawan pro-Pembaruan. Untuk menghindari hal ini ini, Para Tuan mundur dan meluluskan rancangan undang-undang pada 1832. Akta Pembaruan 1832, juga dikenali sebagai "Akta Pembaruan Hebat", mendirikan kawasan perkotaan, membuat keperluan pemilihan seragam untuk kawasan perkotaan, dan memberikan perwakilan pada kota-kota berpenduduk besar, tetapi masih banyak daerah kantung administratif tersisa. Pada tahun-tahun berikutnya, Dewan rakyat menjadi lebih tegas dan pengaruh Dewan bangsawan dikurangi oleh Krisis rancangan undang-undang Pembaruan, dan kekuasaan patron semakin berkurang. Dewan bangsawan menjadi lebih segan untuk menolak rancangan-rancangan undang-undang yang Dewan rakyat telah luluskan dengan mahoritas, dan ia menjadi prinsip politik yang diterima bahwa kepercayaan Dewan rakyat sendiri adalah perlu untuk sebuah kerajaan untuk tetap pada jabatannya.

Banyak pembaruan diperkenalkan pada akhir abad kesembilanbelas. Akta Pembaruan 1867 mengurangkan keperluan hak milik untuk pemilihan pada kawasan perkotaan, mengurangkan perwakilan pada daerah administratif yang lebih kurang penduduknya, dan memberikan tempat duduk parlemen pada kota-kota industri yang semakin besar. Pemilihan umum kemudian dikembangkan oleh Pewakilan Akta Rakyat 1884, di mana kelayakan hak milik dalam kawasan-kawasan perkotaan telah dikurangkan. Redistribution of Seats Act pada tahun berikutanya telah menggantikan hampir kesemua kawasan pemilihan berbagai anggota dengan kawasan-kawasan pemilihan satu anggota.

Perkembangan berlanjut pada awal abad keduapuluh. pada 1908, pemerintah Liberal di bawah Asquith memperkenalkan beberapa program kesejahteraan masyarakat yang, bersamaan dengan suatu perlombaan senjata, memaksa Kerajaan untuk mendapatkan pajak lebih tinggi. Pada 1909, Chancellor of the Exchequer, David Lloyd George, memperkenalkan "Pembelanjaan Rakyat", yang mengatur suatu pajak baru disasarkan kepada pemilik tanah kaya. Aksi yang tidak terkenal ini namun gagal dalam Dewan bangsawan yang Konservatif-dan meniggalkan jabatannya. Pada pemilihan umumnya selanjutnyaa namun, Asquith tetap menjadi Perdana Menteri dengan dukungan partai-partai yang lebih kecil. Asquith mengajukan bahwa kekuasaan Pertuanan akan dikurangkan dengan keras. Selepas suatu pemilihan umum pada Desember 1910 berikutnya, pemeritntahan Asquith mengatur kelulusan suatu rancangan undang-undang untuk mengurangi kekuasaan Dewan bangsawan selepas mengancam untuk membanjiri Majelis dengan 500 bangsawan baru untuk memastikan kelulusan rancangan undang-undang tersebut. Oleh karena itu, Akta Parlemen 1910 menjadi berkesan, memusnahkan kesamaan dua Majelis parlemen. Dewan bangsawan telah diizinkan hanya untuk melambatkan kebanyakan perundangan untuk maksimum tiga sesi parlemen atau dua tahun kalender (dikurangkan ke dua sesi atau satu tahun oleh Akta Parlemen 1919). Sejak kelulusan Akta-Akta ini, Dewan rakyat telah menjadi cabang paling berpengaruh Parlemen, dalam teori dan dalam praktik.

Sejak abad ke-17, para AP tidak pernah diberi gaji. Kebanyakan lelaki yang dipilih ke Dewan rakyat mempunyai gaji swasta, sementara beberapa di antara mereka bergantung pada dukungan keuangan dari seorang yang kaya. Para AP sering kali digaji oleh serikat pekerja tetapi hal ini telah didakwakan haram oleh suatu keputusan Dewan bangsawan pada 1910 dan karenanya suatu klausa telah dimasukkan ke dalam Akta Parlemen 1911 yang memperkenalkan gaji untuk AP. Para menteri Kerajaan telah sentiasa digaji.

51°29′59.6″N 0°07′28.8″W / 51.499889°N 0.124667°W / 51.499889; -0.124667

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.

Wenn dies deiner Meinung nach nicht gegen unsere Gemeinschaftsstandards verstößt,

(sebelumnya bernama New Sarum sampai 2009)

Artikel atau sebagian dari artikel ini mungkin diterjemahkan dari

, karena bagian yang diterjemahkan masih perlu diperhalus dan disempurnakan. Jika Anda menguasai bahasa aslinya, harap pertimbangkan untuk menelusuri referensinya dan menyempurnakan terjemahan ini. Anda juga dapat ikut bergotong royong pada

Halaman ini berisi artikel tentang monarki Britania Raya. Untuk informasi tentang negara-negara lainnya yang berbagi orang yang sama sebagai penguasa monarki, lihat

. Untuk penguasa monarki Britania Raya saat ini, lihat

Monarki Britania Raya, yang umumnya disebut sebagai Monarki Inggris, adalah monarki konstitusional Britania Raya, dependensi-dependensinya dan wilayah seberang lautnya. Gelar penguasa monarkinya adalah "Raja" (bahasa Inggris: King, laki-laki) atau "Ratu" (bahasa Inggris: Queen, perempuan). Penguasa monarki dan kepala negara saat ini yaitu Charles III yang naik takhta saat kematian ibunya, Ratu Elizabeth II pada 8 September 2022.

Penguasa monarki dan keluarga kandungnya memegang berbagai tugas resmi, seremonial, diplomatik dan perwakilan. Karena monarkinya bersifat konstitusional, penguasa monarki terbatas pada fungsi-fungsi nonpartisan seperti menganugerahi gelar kehormatan dan melantik Perdana Menteri. Menurut tradisi, penguasa monarki merupakan ketua komandan Angkatan Bersenjata Britania. Meskipun otoritas eksekutif mutlak resmi terhadap pemerintahan Britania Raya masih dipegang dan melalui prerogatif kerajaan penguasa monarki, kekuasaan tersebut hanya digunakan berdasarkan pada hukum-hukum yang dikeluarkan dalam Parlemen dan, dalam praktiknya, dilakukan saat konvensi dan preseden.

Monarki Britania bermula dari kerajaan-kerajaan kecil Skotlandia pada awal Abad Pertengahan dan Inggris Anglo-Saxon, yang terkonsolidasi dalam kerajaan Inggris dan Skotlandia pada abad ke-10 Masehi. Pada 1066, penguasa monarki Anglo-Saxon terakhir yang dimahkotai, Harold II, kalah dan tewas saat penaklukan Norman terhadap Inggris dan monarki Inggris mengangkat pemimpin Norman yang menang, William sang Penakluk, dan para keturunannya.

Dari 1080-an, kepemimpinan Wales Selatan dipegang oleh penerus keluarga-keluarga Norman yang menikah dengan keluarga bangsawan Wales lainnya sampai tahta Inggris dengan beberapa kepemimpinannya juga dipegang oleh Raja Inggris dalam haknya sendiri. Proses tersebut diselesaikan pada abad ke-13 saat utara Wales, sebuah sebuah kepangeranan, menjadi sebuah negara klien kerajaan Inggris, sementara Magna Carta memulai proses pengurangan kekuasaan politik monarki Inggris.

Dari 1603, saat penguasa Skotlandia Raja James VI mewarisi tahta Inggris sebagai James I, baik kerajaan Inggris maupun Skotlandia sama-sama dipegang oleh penguasa tunggal. Dari 1649 sampai 1660, tradisi monarki terpecah oleh Persemakmuran Inggris yang republikan, yang berujung pada Peperangan Tiga Kerajaan. Undang-Undang Pemukiman 1701 mengecualikan umat Katolik Roma, atau orang-orang yang menikah dengan orang Katolik, untuk memegang tahta Inggris. Pada 1707, kerajaan Inggris dan Skotlandia bergabung untuk membentuk Kerajaan Britania Raya, dan pada 1801, Kerajaan Irlandia bergabung untuk membentuk Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia. Penguasa Inggris menjadi kepala nominasi dari seluruh Kekaisaran Britania, yang meliputi seperempat permukaan bumi pada puncak kejayaannya pada 1921.

Pada 1920-an, lima dari enam orang Irlandia menginginkan agar Irlandia keluar dari Persatuan tersebut sebagai Negara Bebas Irlandia, dan Deklarasi Balfour mengakui perubahan dominion-dominion dari kekaisaran tersebut menjadi negara terpisah dan memerintah sendiri dalam Persemakmuran Bangsa-Bangsa. Setelah Perang Dunia Kedua, sebagian besar koloni dan teritori Britania meraih kemerdekaan, yang secara efektif membuat kekaisaran tersebut berakhir. George VI dan penerusnya, Elizabeth II, mengadopsi gelar Kepala Persemakmuran sebagai lambang perhimpunan bebas dari negara-negara anggota independennya.

Britania Raya dan lima belas monarki Persemakmuran lainnya yang berbagi orang yang sama sebagai penguasa monarki mereka disebut Wilayah Persemakmuran. Istilah Monarki Inggris dan penguasa monarki Inggris masih digunakan untuk merujuk kepada lembaga dan individual bersama tersebut; namun, setiap negara memiliki kedaulatan dan merdeka dari yang lainnya, dan penguasa monarki memiliki gelar dan sebutan untuk setiap kerajaan.

Dalam Konstitusi Britania Raya tak tertulis, penguasa monarki (juga disebut sebagai Penguasa Berdaulat atau Yang Mulia (bahasa Inggris: "His/Her Majesty", disingkat H.M.)) adalah Kepala Negara. Sumpah kesetiaan dibuat kepada penguasa monarki dan para penerus sahnya.[1] "Tuhan Lindungi Ratu" (bahasa Inggris: "God Save the Queen") atau "Tuhan Lindungi Raja" (bahasa Inggris: "God Save the King") adalah lagu kebangsaan Inggris,[2] dan penguasa monarki muncul pada perangko-perangko, koin-koin dan uang-uang kertas.[3]

Penguasa Monarki mengambil sedikit bagian langsung dalam pemerintahan. Keputusan-keputusan untuk memberikan kekuasaan berdaulat didelegasikan dari Penguasa Monarki, baik oleh statuta atau oleh konvensi, kepada para Menteri atau para pejabat Mahkota, atau badan-badan masyarakat lainnya, yang secara eksklusif dari pribadi Penguasa Monarki. Segala tindakan negara dilakukan atas nama Mahkota, seperti Pelantikan Mahkota,[4] bahkan jika secara pribadi ditampilkan oleh Penguasa Monarki, seperti Pidato Penguasa Monarki dan Pernyataan Pembuka Parlemen, tergantung pada keputusan yang dibuat:

Peran penguasa berdaulat sebagai penguasa monarki konstitusional kebanyakan terbatas pada fungsi-fungsi nonpartisan, seperti memberikan penghargaan. Peran tersebut telah diakui sejak abad ke-19. Pada 1867, penulis konstitusional Walter Bagehot mengidentifikasikan monarki tersebut sebagai "bagian terdignifikasi" ketimbang "bagian efisien" dari pemerintah.[7]

Kekuasaan pemangku raja

Undang-Undang Kekuasaan Pemangku Raja membolehkan kekuasaan para pemangku raja pada saat penguasa monarki masih kecil atau yang tidak mampu melakukan tugasnya secara fisik dan mental. Saat pemangku raja dibutuhkan, orang terkualifikasi berikutnya dalam garis suksesi secara otomatis menjadi pemangku raja, meskipun mereka sendiri juga masih kecil atau tidak mampu melakukan tugasnya. Tujuan-tujuan khusus dibuat oleh Ratu Elizabeth II oleh Undang-Undang Pemangku Raja 1953, yang menyatakan bahwa Adipati Edinburgh (suami Ratu) dapat bertindak sebagai pemangku pada saat-saat yang dibutuhkan.[93]

Saat selama beberapa waktu sedang sakit atau absen dari kerajaan, penguasa berdaulat secara sementara menyerahkan fungsi-fungsinya ke para Konselor Negara, yang terdiri dari pasangan penguasa monarki dan empat anggota dewasa pertama dalam garis suksesi. Para Konselor Negara saat ini adalah: Adipati Edinburgh, Pangeran Wales, Adipati Cambridge, Pangeran Harry dan Adipati York.[94]

Sampai 1760, penguasa memegang seluruh pengeluaran resmi dari pendapatan warisan, yang meliputi profit-profit Lahan Mahkota (portofolio properti kerajaan). Raja George III sepakat untuk menyerahkan pendapatan-pendapatan warisan Mahkota kembali ke Civil List. dan aransemen tersebut berlaku sampai 2012. Sebuah Jasa Properti Tahunan Grant-in-aid dibayar untuk menjaga kediaman-kediaman kerajaan, dan sebuah Jasa Perjalanan Kerajaan tahunan Grant-in-Aid dibayar untuk perjalanan. Civil List menutupi sebagian besar pengeluaran, yang meliputi para petugas, kunjungan negara, pertunangan publik, dan hiburan resmi. Ukurannya ditentukan oleh Parlemen setiap 10 tahun; dana apapun diamankan sampai masa 10 tahun berikutnya.[95] Dari 2012 sampai 2020, Civil List dan Grants-in-Aid digantikan dengan Sovereign Grant tunggal, yang meliputi 15% pendapatan yang dipegang oleh Lahan Mahkota.[96]

Lahan Mahkota adalah salah satu kepemilihan properti terbesar di Britania Raya, yang seharga £7.3 miliar pada 2011.[97] Lahan tersebut dipercayakan, dan tak dapat dijual atau dimiliki oleh Penguasa Berdaulat dalam kapasitas pribadi.[98] Pada masa modern, profit-profit yang diserahkan dari Lahan Mahkota ke Perbendaharaan dimasukkan ke Civil List dan Grants-in-Aid.[95] Contohnya, Lahan Mahkota menghasilkan £200 juta pada tahun finansial 2007–8, sementara dana parlementer untuk penguasa monarki dilaporkan sejumlah £40 juta pada masa yang sama.[99]

Seperti halnya Lahan Mahkota, lahan dan aset Kadipaten Lancaster, portofolio properti-nya senilai £383 juta pada 2011,[100] dan dipercayakan. Pendapatan Kadipaten masuk Privy Purse, dan digunakan untuk dihabiskan dan tidak melalui tunjangan parlementer.[101] Kadipaten Cornwall merupakan sebuah lahan serupa yang dipercayakan untuk digunakan oleh putra sulung penguasa monarki. Royal Collection, yang meliputi karya-karya seni dan Perhiasan Mahkota, tidak dimiliki oleh Penguasa Berdaulat secara pribadi namun dipercayakan,[102] seperti halnya istana-istana yang diduduki di Britania Raya seperti Istana Buckingham dan Kastel Windsor.[103]

Penguasa berdaulat merupakan subyek dari pajak-pajak tak langsung seperti pajak nilai tambah, dan sejak 1993, Ratu telah membayar pajak pemasukan dan pajak pemberian utama pada pemasukan pribadi. Tunjangan Parlementer kepada Penguasa Berdaulat bukan sebagai pemasukan karena mereka secara tunggal merupakan untuk ekspeditur resmi.[104] Kaum Republikan memperkirakan bahwa biaya monarki sebenarnya, termasuk keamanan dan pemasukan potensial yang tidak diklaim oleh negara, seperti profit-profit dari kadipaten-kadipaten Lancaster dan Cornwall dan penyewaan Istana Buckingham dan Istana Windsor, sejumlah £334 juta setahun.[105]

Prakiraan kekayaan Penguasa Monarki beragam, tergantung pada apakah aset-aset yang ia miliki secara pribadi atau dipercayakan untuk negara dimasukkan. Majalah Forbes memperkirakan bahwa kekayaannya sejumlah US$450 juta pada 2010,[106] namun tak ada jumlah resmi yang diberikan. Pada 1993, Lord Chamberlain berkata bahwa sekitar £100 juta adalah "jumlah pendapatan bersih yang terlalu dilebih-lebihkan".[107] Jock Colville, yang merupakan mantan sekretaris pribadinya dan direktur banknya, Coutts, memperkirakan kekayaannya pada 1971 sejumlah £2 juta[108][109] (setara sekitar £28 juta pada masa sekarang[110]).

Kediaman resmi Penguasa Berdaulat di London adalah Istana Buckingham. Itu adalah tempat sebagian besar banquet negara, penobatan, pembaptisan anggota kerajaan dan upacara-upacara lainnya.[111] Kediaman resmi lainnya adalah Kastel Windsor, istana terbesar yang masih diduduki di dunia,[112] yang biasanya dipakai pada akhir pekan, Paskah dan saat Royal Ascot, sebuah pertemuan ras tahunan yang merupakan bagian dari kalender sosial.[112] Kediaman resmi Penguasa Berdaulat di Skotlandia adalah Istana Holyroodhouse di Edinburgh. Penguasa monarki singgah di Holyrood selama sekitar seminggu pada setiap tahun, dan saat mengunjungi Skotlandia berkenaan dengan kunjungan negara.[113]

Dulunya, Istana Westminster dan Menara London adalah kediaman utama Penguasa Monarki Inggris sampai Henry VIII mengakuisisi Istana Whitehall. Whitehall hangus terbakar pada 1698, sehingga dialihkan ke Istana St James. Meskipun digantikan sebagai kediaman London utama penguasa monarki oleh Istana Buckingham pada 1837, St James masih menjadi istana senior[114] dan masih menjadi kediaman Kerajaan seremonial. Contohnya, para duta besar asing diakreditasikan ke Court of St James's,[111][115] dan Istana-nya adalah tempat pertemuan Dewan Aksesi.[86] Itu juga digunakan oleh para anggota Keluarga Kerajaan lainnya.[114]

Kediaman lainnya meliputi Clarence House dan Istana Kensington. Istana-istana tersebut dimasukkan ke Mahkota; mereka dipercayakan bagi para penguasa masa mendatang, dan tak dapat dijual oleh penguasa monarki.[116] Sandringham House di Norfolk dan Istana Balmoral di Aberdeenshire secara pribadi dimiliki poleh Penguasa Monarki.[103]

Gelar lengkap Penguasa Berdaulat saat ini adalah "Elizabeth the Second, by the Grace of God, of the United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland and of Her other Realms and Territories Queen, Head of the Commonwealth, Defender of the Faith" (bahasa Indonesia: Elizabeth Kedua, atas Rahmat Tuhan, dari Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia Utara dan Kerajaan-kerajaan dan Kawasan-kawasan Ratu Lainnya, Kepala Persemakmuran, Pembela Iman).[117] Gelar "Kepala Persemakmuran" dipegang oleh Ratu secara pribadi, dan tidak dalam Mahkota Inggris.[72] Paus Leo X yang mula-mula memberikan gelar "Pembela Iman" kepada Raja Henry VIII pada 1521, yang dianugerahkan atas dukungannya terhadap Kepausan saat masa-masa awal Reformasi Protestan, terutama atas bukunya Pembelaan Tujuh Sakramen.[118] Setelah Henry berpisah dari Gereja Roma, Paus Paulus III menarik pemberian tersebut, tetapi Parlemen mengesahkan hukum yang melanjutkan penggunaannya.[119]

Penguasa Berdaulat dikenal sebagai "His Majesty" atau "Her Majesty" (bahasa Indonesia: Yang Mulia). Bentuk "Britannic Majesty" (bahasa Indonesia: Yang Mulia Inggris) muncul dalam traktat-traktat internasional dan paspor-paspor untuk membedakan penguasa monarki Inggris dengan para penguasa asing. Penguasa monarki memilih nama regnal-nya, yang tidak harus nama pertamanya – Raja George VI, Raja Edward VII dan Ratu Victoria tak memakai nama pertama mereka.

Jika hanya satu penguasa monarki yang menggunakan nama partikular, tidak ada ordinal yang digunakan; contohnya, Ratu Victoria tidak dikenal sebagai "Victoria I", dan ordinal tidak digunakan bagi para penguasa monarki Inggris yang memerintah sebelum Norman menaklukan Inggris. Pertanyaan apakah penomoran bagi para penguasa monarki Inggris berdasarkan pada para penguasa Inggris atau Skotlandia mencuat pada 1953 saat para nasionalis Skotlandia menentang Ratu menggunakan sebutan "Elizabeth II", atas dasar bahwa tak pernah ada "Elizabeth I" di Skotlandia. Dalam MacCormick v Lord Advocate, sebuah Pengadilan Sesi Skotlandia melawan para penggugat, menyatakan bahwa gelar Ratu adalah sebuah materi hak istimewa dan pilihannya sendiri. Sekretaris Dalam Negeri berkata kepada Dewan Rakyat bahwa para penguasa monarki semenjak Acts of Union telah konsisten menggunakan ordinal Inggris dan Skotlandia, dimana ordinal Inggris terjadi empat kali.[120] Perdana Menteri mengkonfirmasikan praktek tersebut, tetapi menyatakan bahwa "baik Ratu maupun para penasihatnya dapat menentukan para penerusnya".[121] Para penguasa masa mendatang akan menerapkan kebijakan tersebut.[122]

Biasanya, tanda tangan penguasa monarki meliputi nama regnal mereka namun tidak dengan ordinal, yang disusul oleh huruf R, yang merupakan kependekan dari rex atau regina (kata Latin masing-masing untuk raja dan ratu). Tanda tangan penguasa monarki saat ini adalah "Elizabeth R". Dari 1877 sampai 1948, para penguasa monarki yang memerintah menambahkan huruf I pada tanda tangan mereka, yang merupakan kependekan dari imperator atau imperatrix (kaisar atau Kaisar Wanita dalam bahasa Latin), dari status mereka sebagai Kaisar atau Kaisar Wanita India. Contohnya, Ratu Victoria bertandatangan "Victoria RI" dari 1877.

Lambang kerajaan Britania Raya adalah "Quarterly, I and IV Gules three lions passant guardant in pale Or [untuk Inggris]; II Or a lion rampant within a double tressure flory-counter-flory Gules [untuk Skotlandia]; III Azure a harp Or stringed Argent [untuk Irlandia]". Pendukungnya adalah Singa dan Unicorn; slogannya adalah "Dieu et mon droit" (Prancis: "Tuhan dan Hakku"). Sekitaran lambang tersebut merupakan sebuah perwakilan dari Garter yang mencantumkan slogan ordo Kekesatriaan dengan nama yang sama; "Honi soit qui mal y pense". (Bahasa Prancis Lama: "Malulah siapa yang berpikir jahat kepadanya"). Di Skotlandia, penguasa monarki menggunakan bentuk lambang alternatif dimana seperempat bagian kiri atas dan kanan bawah mewakili Skotlandia, bagian kanan atas mewakili Inggris, dan bagian kiri bawah mewakili Irlandia. Slogannya adalah "In Defens"/"Dalam Pertahanan" (sebuah bentuk singkatan dari bahasa Skotlandia "In My Defens God Me Defend"/"Dalam Pertahananku Tuhan Membelaku") dan slogan Order of the Thistle; "Nemo me impune lacessit". (Latin: "Tidak ada yang memprovokasi saya dengan impunitas"); para pendukungnya adalah unicorn dan singa, yang mendukung escutcheon dan lance, yang mengibarkan bendera Skotlandia dan bendera Inggris.

Bendera resmi penguasa monarki di Britania Raya adalah Royal Standard/Standar Kerajaan, yang menggambarkan Lambang Kerajaan dalam bentuk spanduk. Bendera tersebut hanya dikibarkan di gedung-gedung, kapal-kapal dan kendaraan-kendaraan yang dimasukki Penguasa Berdaulat.[123] Standar Kerajaan tak pernah dikibarkan setengah tiang karena selalu ada penguasa berdaulat; saat seorang penguasa wafat, penerusnya otomatis menjadi penguasa berdaulat.[124]

Saat penguasa monarki tidak sedang tidak ada di kediamannya, Bendera Uni dikibarkan di Istana Buckingham, Kastel Windsor dan Sandringham House, sementara di Skotlandia, Standar Kerajaan Skotlandia dikibarkan di Istana Holyrood dan Istana Balmoral.[123]

Imperium Britania Raya (bahasa Inggris: British Empire) adalah suatu imperium kekuasaan yang terdiri dari wilayah-wilayah koloni, protektorat, mandat, dominion dan wilayah lain yang pernah diperintah atau dikuasai oleh Britania Raya. Imperium Britania Raya dimulai pada akhir abad ke-16 sejalan dengan berkembangnya kekuatan Angkatan Laut Britania Raya dan merupakan imperium yang paling luas dalam sejarah dunia serta pada suatu periode tertentu pernah menjadi kekuatan utama di dunia.[1] Pada tahun 1922, Imperium Britania Raya mencakup populasi sekitar 458 juta orang, kurang lebih seperlima populasi dunia pada waktu itu,[2] yang membentang seluas lebih dari 33.700.000 km2 (13.012.000 sq mi), atau sekitar seperempat luas total bumi.[3][4]

Akibatnya, pengaruh Britania Raya, terutama Inggris, melekat kuat di seantero dunia: dalam praktik ekonomi, hukum dan sistem pemerintahan, masyarakat, olahraga (seperti kriket dan sepak bola), serta penggunaan bahasa Inggris. Imperium Britania Raya pada suatu masa pernah dijuluki sebagai "kerajaan tempat Matahari tak pernah tenggelam" karena wilayahnya membentang sepanjang bola dunia dan dengan demikian Matahari selalu bersinar, paling tidak di salah satu dari begitu banyak koloninya.

Selama Zaman Penjelajahan pada abad ke-15 dan ke-16, Portugal dan Spanyol mempelopori penjelajahan maritim Eropa ke berbagai belahan dunia sekaligus mendirikan wilayah koloni. Iri melihat keberhasilan dan kejayaan yang mereka peroleh, Inggris, Prancis dan Belanda mulai membentuk koloni dan jaringan perdagangan mereka sendiri di Amerika dan Asia.[5] Serangkaian kemenangan dalam peperangan pada abad ke-17 dan 18 dengan Prancis dan Belanda membuat Inggris (kemudian bernama Britania Raya setelah bersatu dengan Skotlandia pada tahun 1707) memperoleh wilayah-wilayah koloni yang dominan di India dan Amerika Utara. Lepasnya Tiga Belas Koloni Britania Raya di Amerika Utara pada tahun 1787 setelah perang kemerdekaan membuat Britania Raya kehilangan wilayah koloninya yang paling tua dan paling padat penduduknya.

Lepasnya Amerika Utara membuat perhatian Britania Raya beralih ke wilayah-wilayah koloni di Afrika, Asia dan Samudra Pasifik. Setelah kekalahan Napoleon dari Prancis pada tahun 1815, Britania Raya berkesempatan untuk memperluas imperiumnya ke seantero dunia dan menjadi negara imperialis paling berjaya dan tak tertandingi pada waktu itu. Beberapa wilayah koloninya dijadikan sebagai koloni imigran kulit putih dan beberapa di antaranya dijadikan sebagai wilayah dominion.

Kebangkitan Jerman dan Amerika Serikat pada akhir abad ke-19 turut menyebabkan pudarnya kejayaan Britania Raya. Ketegangan militer dan ekonomi antara Britania Raya dan Jerman adalah penyebab utama Perang Dunia I, ketika Britania Raya sangat bergantung pada imperiumnya.

Perang tersebut telah menyebabkan hancurnya sistem keuangan Britania Raya dan walaupun Britania Raya masih merupakan negara dengan wilayah jajahan terluas setelah Perang Dunia I, Britania Raya tidak lagi menjadi pemimpin perekonomian dan militer di dunia. Perang Dunia II menyebabkan sebagian besar koloni Britania Raya di Asia Tenggara diduduki oleh Jepang. Meskipun pada akhirnya Britania Raya dan Sekutu berhasil memenangkan Perang Dunia II, perang ini turut berdampak pada semakin sempitnya wilayah Imperium Britania Raya. Dua tahun setelah perang berakhir, India—koloni Britania Raya yang paling berharga—memperoleh kemerdekaannya.

Setelah berakhirnya Perang Dunia II, sebagai akibat dari gerakan dekolonisasi negara-negara terjajah, Britania Raya memberi kemerdekaan pada sebagian besar koloninya. Proses dekolonisasi ini berakhir dengan diserahkannya Hong Kong ke tangan Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1997. Empat belas koloni Britania Raya yang masih tersisa (disebut dengan Wilayah Seberang Laut Britania Raya) tetap berada di bawah kedaulatan Britania Raya. Setelah kemerdekaan, banyak bekas koloni Britania Raya yang bergabung dengan Persemakmuran Bangsa-Bangsa, yaitu suatu persatuan secara sukarela yang melibatkan negara-negara berdaulat yang didirikan atau pernah dijajah oleh Britania Raya.

Enam belas anggota Persemakmuran mengakui Raja Charles III sebagai Ketua Persemakmuran sekaligus kepala negara.

Ide mengenai penjelajahan seberang lautan (dalam pengertian eksplorasi lautan di luar Eropa dan Kepulauan Britania Raya) sudah dicetuskan saat Inggris dan Skotlandia masih berada dalam pemerintahan yang terpisah. Pada tahun 1496, Henry VII dari Inggris ingin mengikuti keberhasilan Spanyol dan Portugal dalam menjelajahi seberang lautan. Ia kemudian menugaskan John Cabot memimpin pelayaran untuk menemukan rute menuju Asia melalui Samudra Atlantik Utara.[6] Cabot mulai berlayar pada tahun 1497; lima tahun setelah benua Amerika ditemukan oleh Christopher Columbus. Meskipun pada akhirnya ia berhasil berlabuh di pantai Newfoundland, ia mengira kalau ia sudah mencapai Asia dan pada akhirnya tidak berhasil mendirikan koloni.[7] Cabot memimpin pelayaran lain ke Amerika pada tahun berikutnya namun tidak diketahui lagi kabarnya.[8]

Tidak ada upaya lebih lanjut untuk mendirikan koloni Inggris di Amerika hingga memasuki masa pemerintahan Elizabeth I pada dekade terakhir abad ke-16.[9] Adanya gerakan Reformasi Protestan telah membuat Inggris bermusuhan dengan Katolik Spanyol.[6] Pada tahun 1562, Kerajaan Inggris memerintahkan navigator John Hawkins dan Francis Drake untuk menyerang kapal-kapal Spanyol dan Portugal yang melintas di lepas pantai Afrika Barat dengan tujuan untuk melumpuhkan sistem perdagangan di Atlantik.[10] Upaya ini tidak berhasil dan kemudian, saat Perang Inggris-Spanyol terjadi, Elizabeth I memerintahkan penyerangan terhadap pelabuhan Spanyol di Amerika dan kapal-kapal Spanyol yang melintasi Atlantik serta membajak kapal-kapal Spanyol yang sarat dengan harta dari Dunia Baru.[11] Pada saat yang sama, penulis yang berpengaruh seperti Richard Hakluyt dan John Dee (yang pertama kali menggunakan istilah Imperium Britania Raya) mulai menekan kerajaan agar segera memulai penjelajahan seberang lautan.[12] Pada saat itu, Spanyol telah menguasai Amerika, Portugal telah mendirikan pos perdagangan dan benteng di pantai Afrika, Brasil dan Tiongkok, sedangkan Prancis sudah mencapai Sungai Saint Lawrence dan kemudian mendirikan koloni Prancis Baru.[13]

Meskipun Inggris jauh tertinggal di belakang negara-negara Eropa lainnya dalam membangun koloni seberang lautan, Inggris telah berhasil menguasai Irlandia pada abad ke-16.[14][15] Beberapa orang yang berperan dalam kolonisasi Irlandia ini selanjutnya juga berperan dalam proses kolonisasi awal di Amerika Utara, kelompok ini selanjutnya dikenal sebagai "para lelaki dari barat".[16]

Hak Istimewa Kerajaan

Beberapa otoritas eksekutif pemerintah secara teoretikal dan nominal dipegang Penguasa Berdaulat dan dikenal sebagai hak istimewa kerajaan. Penguasa monarki bertindak selaras dengan konvensi dan preseden, yang hanya dapat memakai hak istimewa atas nasihat para menteri yang bertanggung jawab kepada Parlemen, sering kali melalui Perdana Menteri atau Dewan Penasihat.[13] Dalam prakteknya, kekuasaan hak istimewa hanya dilakukan atas nasihat Perdana Menteri – Perdana Menteri, dan bukannya Penguasa Berdaulat, yang memiliki kontrol. Penguasa monarki memperhatikan Perdana Menteri setiap minggu. Tak ada catatan perhatian tersebut yang diambil dan prosesnya masih disembunyi-sembunyikan secara bulat.[14] Penguasa monarki dapat mengeluarkan pandangannya, tetapi, sebagai pemimpin konstitusional, harus secara mutlak menerima keputusan-keputusan Perdana Menteri dan Kabinet (yang menyediakan mereka komando dukungan Dewan). Dalam pernyataan Bagehot: "Di bawah monarki konstitusional, Penguasa Berdaulat memiliki ... tiga hak – hak untuk berkonsultasi, hak untuk membujuk, hak untuk memperingatkan."[15]

Meskipun Hak Istimewa Kerajaan bersifat ekstensif dan persetujuan parlementer tak secara resmi diharuskan untuk penggunaannya, hak tersebut bersifat terbatas. Beberapa hak istimewa Mahkota tak digunakan atau secara permanen dialihkan ke Parlementer. Contohnya, penguasa monarki tak dapat mencanangkan dan mengumpulkan pajak-pajak baru; tindakan semacam itu berada di bawah naungan Undang-Undang Parlementer. Menurut laporan parlementer, "Mahkota tak dapat diberi kuasa-kuasa hak istimewa baru", dan Parlemen dapat mencabut kekuasaan hak istimewa apapun menurut pengesahan legislasi.[16]

Hak Istimewa Kerajaan meliputi kuasa untuk melantik dan melengserkan menteri-menteri, meregulasikan layanan sipil, mengeluarkan paspor, mendeklarasikan perang, membuat perdamaian, mengarahkan tindakan militer, dan menegosiasikan dan meratifikasikan traktat, aliansi dan perjanjian internasional. Namun, sebuah traktat tak dapat langsung dimasukkan pada hukum-hukum domestik Britania Raya; Undang-Undang Parlemen dibutuhkan dalam kasus semacam itu. Penguasa monarki merupakan kepala komandan Angkatan Bersenjata (Angkatan Laut Kerajaan Inggris, Angkatan Darat Kerajaan Inggris, dan Angkatan Udara Kerajaan Inggris), mengakreditasikan Komisioner-Komisioner Tinggi dan duta-duta besar Inggris, dan menerima diplomat-diplomat dari negara-negara asing.[16]

Ini merupakan hak istimewa penguasa monarki untuk memanggil dan mengundurkan Parlemen. Setiap sesi parlementer dimulai dengan panggilan penguasa monarki. Sesi parlementer baru ditandai dengan Pernyataan Pembuka Parlemen, dimana penguasa berdaulat membacakan Pidato dari tahta di Ruang Dewan Bangsawan, menjelaskan agenda legislatif Pemerintah.[17] Prorogasi biasanya diadakan sekitar setahun setelah sebuah sesi dimulai, dan secara resmi mengesahkan sesi tersebut.[18] Pembubaran mengakhiri masa jabatan parlementer, dan disusul oleh pemilihan umum untuk seluruh kursi dalam Dewan Rakyat. Pemilihan umum biasanya diadakan lima tahun setelah pemilihan sebelumnya berdasarkan pada Undang-Undang Parlemen Masa Jabatan Sah 2011, tetapi dapat dimajukan jika Perdana Menteri kurang diandalkan, atau jika dua pertiga anggota Dewan Rakyat memilih untuk mengadakan pemilihan awal.

Sebelum undang-undang yang disahkan oleh Dewan-Dewan dapat menjadi hukum, pengesahan kerajaan (persetujuan penguasa monarki) disyaratkan.[19] Dalam teorinya, pengesahan dapat diberikan (menjadikannya hukum undang-undang) atau ditolak (memakai hak veto terhadap undang-undang), tetapi sejak pengesahan 1707, pengesahan selalu diberikan.[20]

Penguasa monarki memiliki hubungan yang sama dengan pemerintahan terdevolusi Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara. Pemimpin berdaulat melantik Menteri Pertama Skotlandia atas nominasi Parlemen Skotlandia,[21] dan Menteri Pertama Wales atas nominasi Majelis Nasional Wales.[22] Dalam hal Skotlandia, penguasa berdaulat bertindak atas nasihat Pemerintah Skotlandia. Namun, karena devolusi sangat terbatas di Wales, dalam hal Wales, Penguasa berdaulat bertindak atas nasihat Perdana Menteri dan Kabinet Britania Raya. Penguasa Berdaulat dapat menolak hukum apapun yang disahkan oleh Majelis Irlandia Utara, jika dianggap tak konstitusional oleh Sekretaris Negara Irlandia Utara.[23]

Penguasa berdaulat dianggap menjadi "tulang punggung keadilan"; meskipun penguasa berdaulat tak secara pribadi memerintah dalam kasus-kasus yudisial, fungsi-fungsi yudisial ditampilkan atas namanya. Selain itu, penerapan dilakukan atas perantara penguasa monarki, dan para anggota pemerintahan mendapatkan otoritas mereka dari Mahkota. Hukum umum menyatakan bahwa penguasa berdaulat "tidak dapat salah"; penguasa monarki tidak dapat diadili atas dakwaan-dakwaan kejahatan. Undang-Undang Pemprosesan Mahkota 1947 mengijinkan penegakan sipil terhadap Mahkota dalam kapasitas publiknya (yang merupakan penegakan melawan pemerintahan), tetapi bukan penegakan melawan penguasa monarki secara pribadi. Penguasa Berdaulat memegang "hak kasih istimewa", yang digunakan untuk melindungi para terdakwa atau meringankan hukuman.[13][16]

Penguasa monarki adalah "tulang punggung kehormatan", sumber dari seluruh penghormatan dan dignitas di Britania Raya. Mahkota membuat seluruh gelar kehormatan, melantik para anggota ordo-ordo kekesatriaan, memberikan gelar kestria dan menganugerahi penghargaan lainnya.[24] Meskipun gelar-gelar kehormatan dan kebanyakan penghargaan lainnya diberikan atas nasihat Perdana Menteri, beberapa penghargaan merupakan hadiah pribadi penguasa berdaulat, dan tidak diberikan atas nasihat kementerian. Penguasa monarki sendiri melantiki para anggota Order of the Garter, Order of the Thistle, Royal Victorian Order dan Order of Merit.[25]

Setelah penyerbuan dan pemukiman Viking pada abad kesembilan, kerajaan Anglo-Saxon Wessex menjadi kerajaan Inggris dominan. Alfred Agung memimpin Wessex, menyatakan dominasi atas barat Mercia, dan menyandang gelar "Raja Inggris".[26] Cucunya Æthelstan menjadi raja pertama yang memerintah atas sebuah kerajaan uniter yang meliputi perbatasan-perbatasan Inggris pada masa sekarang, melalui bagian-bagian konstituennya yang menjadi identitas regional yang kuat. Pada abad ke-11, Inggris menjadi lebih stabil, meskipun terjadi sejumlah perang dengan Denmark, dimana terjadi perang melawan monarki Denmark selama satu generasi.[27] Penaklukan Inggris pada 1066 oleh William, Adipati Normandy, menjadi peristiwa penting dalam hal perubahan politik dan sosial. Penguasa yang baru melanjutkan sentralisasi kekuasaan yang dimulai pada zaman Anglo-Saxon, sementara Sistem Feodal masih dikembangkan.[28]

William digantikan oleh dua putranya: William II dan Henry I. Henry membuat keoutusan kontroversial untuk mengangkat putrinya Matilda (anak tunggalnya) sebagai pewarisnya. Setelah Henry wafat pada 1135, salah satu putra William I, Stephen, mengklaim tahta tersebut dan meraih kekuasaan dengan dukungan dari sebagian besar baron. Matilda menentang kekuasaannya; akibatnya, Inggris masuk dalam masa yang dikenal sebagai the Anarchy. Stephen tetap bersikukuh terhadap kekuasaannya, tetapi setuju agar putra Matilda Henry menggantikannya. Henry menjadi raja Angevin Inggris pertama dan penguasa dinasti Plantagenet pertama dengan sebutan Henry II pada 1154.[29]

Masa pemerintahan kebanyakan penguasa Angevin diwarnai oleh pertikaian dan konflik sipil antara penguasa dan kaum bangsawan. Henry II menghadapi pemberontakan dari putra-putranya sendiri, yang kemudian menjadi Richard I dan John. Sehingga, Henry memutuskan untuk meluaskan kerajaannya, membentuk apa yang dikenal sebagai Kekaisaran Angevin. Setelah Henry meninggal, putra sulungnya Richard meneruskan tahtanya; ia absen dari Inggris pada sebagian besar masa pemerintahannya, karena ia pergi untuk bertarung dalam Perang Salib. Ia tewas saat mengepung sebuah istana, dan John menggantikannya.

Pemerintahan John diwarnai oleh konflik dengan para baron, terutama atas terbatasnya kekuasaan kerajaan. Pada 1215, para baron membujuk raja untuk mengeluarkan Magna Carta (Latin untuk "Piagam Besar") untuk melindungi hak dan kebebasan kaum bangsawan. Sejak itu, ketidaksetujuan berlanjut di Inggris dalam bentuk perang saudara yang dikenal sebagai Perang Baron Pertama. Perang tersebut makin tak terkendali setelah John wafat pada 1216, meninggalkan Mahkota dengan putranya yang berusia sembilan tahun Henry III.[30] Kemudian pada masa pemerintahan Henry, Simon de Montfort memimpin para baron dalam pemberontakan lainnya, yang memulai Perang Baron Kedua. Perang berakhir dengan kemenangan kaum royalis dan kematian beberapa pemberontak, tetapi bukan sebelum raja setuju untuk memanggil sebuah parlemen pada 1265.[31]

Penguasa berikutnya, Edward Longshanks, jauh lebih sukses dalam mempertahankan kekuasaan kerajaan dan bertanggung jawab terhadap penaklukan Wales. Ia berupaya untuk mendirikan dominasi Inggris di Skotlandia. Namun, penaklukan Skotlandia tertunda pada masa pemerintahan penerusnya, Edward II, yang juga menghadapi konflik dengan kaum bangsawan.[32] Pada 1311, Edward II memaksakan pencairan kembali beberapa kekuasaannya terhadap kabinet "ordainer-ordainer" baronial; namun, kemenangan militer membantunya mempertahankan kekuasaan pada 1322.[33] Pada 1327, Edward dilengserkan oleh istrinya Isabella. Putranya yang berusia 14 tahun menjadi Edward III. Edward III mengklaim Mahkota Prancis, yang berujung pada Perang Seratus Tahun antara Inggris dan Prancis.

Kampanye-kampanyenya menaklukan sebagian besar wilayah Prancis, tetapi pada 1374, seluruh wilayah taklukan direbut. Pemerintahan Edward juga diwarnai oleh perkembangan Parlemen lanjutan, yang menjadi terbagi dalam Dua Dewan. Pada 1377, Edward III wafat, meninggalkan Mahkota pada cucunya yang berusia 10 tahun bernama Richard II. Seperti beberapa pendahulunya, Richard II berseteru dengan para bangsawan yang berupaya merebut kekuasaan. Pada 1399, saat ia berkampanye di Irlandia, sepupunya Henry Bolingbroke merebut kekuasaan. Richard dilengserkan, ditahan, dan kemudian dibunuh, kemungkinan karena kelaparan, dan Henry menjadi raja dengan sebutan Henry IV.[34]

Henry IV merupakan cucu Edward III dan putra John dari Gaunt, Adipati Lancaster; sehingga, dinastinya dikenal sebagai Wangsa Lancaster. Sepanjang sebagian besar masa pemerintahannya, Henry IV terpaksa untuk menumpas rencana-rencana pelengseran dan pemberontakan; keberhasilannya sebagian karena kemampuan militer dari putranya, yang kemudian disebut Henry V. Pemerintahan Henry V sendiri, yang dimulai pada 1413, sebagian besar bebas dari serangan domestik, membuat raja tersebut bebas dari pengaruh Perang Seratus Tahun di Prancis. Meskipun ia menang, ia meninggal mendadak pada 1422 meninggalkan putranya yang masih bayi Henry VI di atas tahta dan memberi kesempatan bagi Prancis untuk melengserkan kekuasaan Inggris.[35]

Kegagalan para konselor Henry VI dan permaisurinya, Margaret dari Anjou, serta para pemimpin inefektualnya sendiri, berujung pada kejatuhan Wangsa Lancaster. Para anggota wangsa Lancastrer menghadapi tantangan dari Wangsa York, yang kepalanya adalah seorang keturunan Edward III bernama Richard, Adipati York. Meskipun Adipati York meninggal saat bertempur pada 1460, putra sulungnya, Edward IV, memimpin wangsa York menuju kemenangan pada 1461. Peperangan Mawar berlanjut pada masa pemerintahannya dan putranya Edward V dan saudaranya Richard III. Edward V menghilang, diyakini dibunuh oleh Richard. Akibatnya, konflik tersebut berpuncak pada kesuksesan cabang Lancaster yang dipimpin oleh Henry Tudor, pada 1485, saat Richard III tewas dalam Pertempuran Bosworth Field.[36]

Raja Henry VII menetralisir sisa-sisa pasukan York, sebagian karena pernikahannya dengan Elizabeth dari York, seorang pewaris wangsa York. Meskipun terampil dan bertalenta, Henri mendirikan kembali supremasi absolut di kerajaan, dan konflik-konflik dengan kaum bangsawan yang telah terjadi semenjak masa pemerintahan penguasa sebelumnya dapat diakhiri.[37] Masa pemerintahan raja Tudor kedua, Henry VIII, menjadi salah satu perubahan politik besar. Kebangkitan keagamaan dan kekisruhan dengan Sri Paus berujung pada perpecahan penguasa monarki dengan Gereja Katolik Roma dan berdirinya Gereja Inggris (Gereja Anglikan).[38]

Wales – yang telah ditaklukan berabad-abad sebelumnya, tetapi masih menjadi dominion terpisah – dianeksasi Inggris di bawah Undang-Undang Hukum di Wales 1535 dan 1542.[39] Putra dan penerus Henry VIII, Edward VI yang masih muda, melanjutkan reformasi keagamaan, tetapi kematiannya pada 1553 berujung pada terjadinya krisis suksesi. Hal ini membuat kakak tirinya yang Katolik Mary I mengambil alih keadaan, dan mengangkat Lady Jane Grey menjadi pewarisnya, Namun, masa pemerintahan Jane hanya berlangsung sembilan hari; dengan dukungan populer, Mary melengserkannya dan mendeklarasikan dirinya sendiri sebagai penguasa sah. Mary I menikahi Philip dari Spanyol, yang dideklarasikan menjadi raja dan penguasa bersama, yang berujung pada peperangan di Prancis, upaya mengembalikan Katolik Roma di Inggris, dan membakar umat Protestan atas dakwaan bidah. Setelah ia meninggal pada 1558, pasangan tersebut digantikan oleh saudari tirinya yang Protestan Elizabeth I. Inggris kembali menjadi Protestan dan melanjutkan pertumbuhannya menjadi sebuah kekuatan besar dunia dengan membangun angkatan laut dan menjelajahi Dunia Baru.[40]

Di Skotlandia, seperti halnya Inggris, para penguasanya berkuasa setelah penarikan diri kekaisaran Romawi dari Inggris pada awal abad kelima. Tiga kelompok yang tinggal di Skotlandia pada masa itu adalah Pict di timur laut, Briton Keltik di selatan, termasuk Kerajaan Strathclyde, dan Gael atau Scotti (yang kemudian diberi nama Skotlandia), dari kerajaan kecil Irlandia Dál Riata di barat. Kenneth MacAlpin biasanya dipandang sebagai raja pertama Skotlandia bersatu (dikenal sebagai Scotia oleh para penulis berbahasa Latin, atau Alba bagi orang Scot).[41] Perluasan dominion-dominion Skotlandia berlanjut sepanjang dua abad berikutnya, dimana kawasan-kawasan lainnya seperti Strathclyde dicaplok.

Para penguasa Skotlandia awal tak mewariskan Mahkota secara langsung; sehingga adat tanistri diterapkan, dimana monarki memilih antara cabang-cabang berbeda dari Wangsa Alpin. Akibatnya, persaingan garis dinasti terjadi, sering kali berujung kekerasan. Dari tahun 942 sampai tahun 1005, tujuh penguasa monarki berturut-turut dibunuh atau tewas dalam pertempuran.[42] Pada 1005, Malcolm II yang naik tahta membunuh beberapa pesaing. Ia melanjutkan penyingkiran para lawan, dan saat ia wafat pada tahun 1034, ia digantikan oleh cucunya, Duncan I. Pada 1040, Duncan kalah dalam pertempuran di tangan Macbeth, yang dirinya sendiri dibunuh pada 1057 oleh putra Duncan Malcolm. Pada tahun berikutnya, setelah membunuh putra tiri Macbeth, Lulach, Malcolm naik tahta dengan sebutan Malcolm III.[43]

Dengan serangkaian pertempuran dan pelengseran pada masa berikutnya, lima putra Malcolm serta salah satu saudaranya secara bergantian menjadi raja. Kemudian, Mahkota jatuh ke tangan putra bungsunya, David I. David digantikan oleh cucunya Malcolm IV, dan kemudian William si Singa, Raja Skotlandia yang paling lama memerintah sebelum masa Uni Mahkota.[44] William ikut dalam pemberontakan melawan Raja Henry II dari Inggris namun saat pemberontakan tersebut gagal, William ditangkap oleh Inggris. Dalam tawar menawar demi pembebasannya, Willian dipaksa untuk mengakui Henry sebagai kepala feodalnya. Raja Inggris Richard I setuju untuk mengurus aransemen tersebut pada 1189, dengan mengembalikan ganti rugi uang yang besar yang dibutuhkan untuk Perang Salib.[45] William wafat pada 1214, dan digantikan oleh putranya Alexander II. Alexander II, serta penerusnya Alexander III, berupaya untuk mengambil alih Western Isles, yang masih berada di bawah kekuasaan Norwegia. Pada masa pemerintahan Alexander III, Norwegia meluncurkan sebuah invasi gagal terhadap Skotlandia; Traktat Perth membuat Skotlandia berkuasa di Western Isles dan kawasan-kawasan yang dipersengketakan lainnya.[46]

Kematian mendadak Alexander III akibat kecelakaan berkuda pada 1286 berujung pada krisis suksesi besar. Para pemimpin Skotlandia meminta Raja Edward I dari Inggris untuk membantu menentukan siapa yang menjadi pewaris sah. Edward memilih cucu Norwegia Alexander yang baru berusia tiga tahun, Margaret. Namun, saat ia sedang dalam perjalanan menuju Skotlandia pada 1290, Margaret meninggal di laut, dan Edward diminta lagi untuk menentukan antara 13 pengklaim tahta. Keputusan diambil setelah dua tahun dirundingkan, dan diputuskan bahwa John Balliol yang menjadi rajanya. Namun, Edward menuntut Balliol agar menjadi vasal, dan berupaya untuk meluaskan pengaruh terhadap Skotlandia. Pada 1295, saat Balliol menarik persekutuannya dengan Inggris, Edward I menginvasi. Pada sepuluh tahun pertama Perang Kemerdekaan Skotlandia, Skotlandia tidak mempunyai penguasa, sampai Robert the Bruce mendeklarasikan dirinya sendiri sebagai raja pada 1306.[47]

Upaya Robert untuk menguasai Skotlandia berbuah kesuksesan, dan Skotlandia merdeka pada 1328. Namun, baru satu tahun kemudian, Robert wafat dan digantikan oleh putranya yang masih berusia lima tahun, David II. Dalam upaya merestorasi pewaris sah John Balliol, Edward Balliol, Inggris kembali menginvasi pada 1332. Pada empat tahun berikutnya, Balliol dimahkotai, dilengserkan, direstorasikan lagi, dilengserkan lagi, dan direstorasi lagi, dan dilengserkan lagi sampai ia kemudian menetap di Inggris, dan David menjadi raja selama 35 tahun berikutnya.[48]

David II wafat tanpa meninggalkan anak pada 1371 dan digantikan oleh keponakannya Robert II dari Wangsa Stuart. Masa pemerintahan Robert II dan penerusnya, Robert III, ditandai dengan berkurangnya kekuasaan kerajaan. Saat Robert III wafat pada 1406, para pemangku raja memerintah negara tersebut; penguasa monarkinya, putra Robert III James I, telah dibuang oleh Inggris. Membayar ransum besar, James kembali ke Skotlandia pada 1424; untuk mengembalikan otoritasnya, ia menggunakan tindakan tak semestinya, termasuk pengeksekusian beberapa musuhnya. Ia dibunuh oleh sekelompok bangsawan. James II melanjutkan kebijakan ayahnya dengan mempengaruhi kaum bangsawan namun ia tewas dalam sebuah kecelakaan pada usia tiga puluh tahun, dan dewan pemangku raja kembali berkuasa. James III dikalahkan dalam pertempuran melawan para earl Skotlandia yang memberontak pada 1488, yang berujung pada pengangkatan putranya yang lain: James IV.[49]

Pada 1513, James IV meluncurkan sebuah invasi ke Inggris dalam upaya mengambil kesempatan atas absennya Raja Inggris Henry VIII. Pasukannya menghadapi bencana di Lapangan Flodden; Raja, beberapa bangsawan senior, dan ratusan prajurit tewas. Karena putra dan penggantinya, James V, masih bayi, pemerintahan kembali diambil alih oleh para pemangku raja. James V memimpin perang lainnya dengan Inggris pada 1542, dan kematiannya pada tahun yang sama membuat Mahkota jatuh ke tangan putrinya yang masih berusia enam hari, Mary I. Dan sekali lagi, kekuasaan pemangku raja didirikan.

Mary, seorang Katolik Roma, memerintah pada masa kebangkitan keagamaan besar di Skotlandia. Akibat upaya-upaya dari para reformator seperti John Knox, kebangkitan Protestan terjadi. Mary memberikan sirene dengan menikahi sepupu Katolik-nya, Lord Darnley, pada 1565. Setelah Lord Darnley dibunuh pada 1567, Mary mengkontrak sebuah pernikahan yang bahkan lebih tak populer dengan Earl of Bothwell, yang banyak didakwa atas pembunuhan Darnley. Kaum bangsawan memberontak melawan Ratu, yang memaksanya untuk abdikasi. Ia kabur ke Inggris, dan Mahkota jatuh ke tangan putranya yang masih bayi James VI, yang dibesarkan sebagai seorang Protestan. Mary ditahan dan kemudian dieksekusi oleh ratu Inggris, Elizabeth I.[50]

Akhir Imperium Britania

Pemberian kemerdekaan kepada Rhodesia (sebagai Zimbabwe), Hebrides Baru (sebagai Vanuatu) pada tahun 1980, dan Belize pada tahun 1981 menandakan bahwa selain pulau-pulau kecil yang bertaburan, proses dekolonisasi koloni-koloni Britania yang dimulai setelah Perang Dunia II sudah selesai. Tetapi pada tahun 1982, tekad Britania untuk mempertahankan wilayah seberang lautannya yang tersisa diuji ketika Argentina menyerang Kepulauan Falkland, yang disebutnya sebagai klaim atas "warisan" dari Imperium Spanyol yang gagal pada tahun 1810.[200] Britania merespon dengan mengerahkan pasukan militernya untuk merebut kembali pulau-pulau tersebut dan kemudian memicu meletusnya Perang Falkland. Britania berhasil mempertahankan Kepulauan Falkland dari Argentina. Kemenangan ini dipandang oleh banyak pihak telah memberikan kontribusi dalam mengembalikan status Britania sebagai kekuatan dunia.[201] Sementara itu pada tahun yang sama, Kanada memutuskan untuk tidak lagi melibatkan Britania dalam urusan konstitusionalnya.[202] Tindakan serupa juga dilakukan oleh Australia dan Selandia Baru pada tahun 1986. Pada 1984, Brunei, protektorat Britania terakhir di Asia, diberikan kemerdekaan.[203]

Pada bulan September 1982, Perdana Menteri Margaret Thatcher berkunjung ke Beijing untuk berunding dengan Pemerintah RRT mengenai masa depan Hong Kong yang pada saat itu merupakan koloni seberang laut Britania terakhir yang paling besar dan paling padat penduduknya.[204] Menurut ketentuan Perjanjian Nanking 1842, Pulau Hong Kong diberikan "selama-lamanya" kepada Britania, namun mayoritas koloni itu dibentuk oleh Teritori Baru yang diperoleh dalam sewa selama 99 tahun sejak tahun 1898 dan akan berakhir pada tahun 1997.[205][206] Thatcher awalnya berniat untuk mempertahankan Hong Kong di bawah Pemerintahan Britania tetapi berada di bawah kedaulatan Tiongkok, tetapi hal ini ditolak oleh Pemerintah Tiongkok.[207] Sebuah kesepakatan akhirnya berhasil dicapai pada tahun 1984 dengan ditandatanganinya Deklarasi Bersama Tiongkok-Britania; Hong Kong ditetapkan sebagai Daerah Administratif Khusus Republik Rakyat Tiongkok yang diizinkan untuk mempertahankan gaya hidupnya sekurang-kurangnya 50 tahun.[208] Upacara penyerahan Hong Kong pada tahun 1997 ditandai oleh banyak pihak, termasuk Pangeran Charles,[209] sebagai "akhir Imperium Britania".[202][210]

Britania Raya mempertahankan kedaulatannya atas 14 teritori di luar Kepulauan Britania, yang selanjutnya berganti nama menjadi Wilayah Seberang Laut Britania pada tahun 2002.[211] Beberapa dari teritori tersebut tidak berpenghuni kecuali untuk tujuan militer atau penelitian ilmiah sementara, sedangkan sisanya berupa pemerintahan sendiri yang bergantung pada Britania dalam hal hubungan luar negeri dan pertahanan. Pemerintah Britania telah menyatakan kesediaannya untuk membantu setiap Wilayah Seberang Lautnya yang ingin memperoleh kemerdekaan.[212] Beberapa Wilayah Seberang Laut Britania tidak diakui oleh tetangga geografisnya; Gibraltar diklaim oleh Spanyol, Kepulauan Falkland dan Georgia Selatan dan Kepulauan Sandwich Selatan diklaim oleh Argentina, sedangkan Wilayah Samudra Hindia Britania diklaim oleh Mauritius dan Seychelles.[213] Wilayah Antartika Britania secara bersamaan diklaim oleh Argentina dan Chili, sementara sebagian besar negara tidak mengakui klaim teritorial Britania atas Antartika.[214]

Bahasa Inggris merupakan bahasa resmi dan bahasa nasional

Bahasa Inggris merupakan bahasa resmi tetapi bukan bahasa utama

Sebagian besar negara-negara bekas koloni Britania adalah anggota Negara-Negara Persemakmuran, yaitu suatu organisasi nonpolitik yang sifatnya sukarela. Lima belas anggota yang tergabung dalam Wilayah Persemakmuran berbagi kepala negara dengan Britania Raya.[215]

Selama berabad-abad, Pemerintah Britania dan imigrannya telah meninggalkan jejaknya pada negara-negara merdeka yang muncul dari Imperium Britania. Pengaruh yang paling besar terlihat dalam penyebaran bahasa Inggris di berbagai wilayah di seantero dunia. Saat ini, bahasa Inggris merupakan bahasa utama bagi lebih dari 400 juta penduduk di dunia dan dituturkan oleh sekitar satu setengah miliar orang sebagai bahasa pertama, kedua atau bahasa internasional.[216] Penyebaran bahasa Inggris sejak paruh kedua abad ke-20 juga turut dibantu oleh pengaruh budaya Amerika Serikat, yang awalnya juga terbentuk dari koloni Britania. Dalam sistem pemerintahan, dengan pengecualian di hampir semua bekas koloni Britania di Afrika yang sekarang telah mengadopsi sistem presidensial, sistem parlementer Inggris telah menjadi model umum bagi negara-negara bekas koloni Britania, demikian juga sistem hukum Inggris.[217] Komisi Yudisial Dewan Privi juga masih berfungsi sebagai pengadilan tertinggi di beberapa bekas koloni Britania di Karibia dan Pasifik. Tentara dan Pegawai Negeri Sipil Britania selama masa kolonisasi juga turut menyebarkan dan membentuk Komuni Anglikan di seluruh benua. Arsitektur kolonial Britania seperti gereja, stasiun kereta api dan bangunan pemerintah masih berdiri kokoh di banyak kota yang pernah menjadi bagian dari Imperium Britania.[218] Cabang-cabang olahraga yang berasal dari Kepulauan Britania, khususnya sepak bola, kriket, tenis dan golf, turut serta diekspor.[219] Penggunaan sistem pengukuran dan sistem imperial Inggris terus digunakan di beberapa negara yang diadopsi dalam berbagai cara. Konvensi mengemudi di sisi kiri jalan juga masih dipertahankan oleh sebagian besar negara-negara bekas Imperium Britania.[220]

Batas-batas politik yang diciptakan oleh Britania tidak selalu mencerminkan kehomogenan etnis atau agama, justru sering kali memberikan kontribusi bagi konflik di daerah-daerah yang pernah menjadi koloni Britania. Imperium Britania juga bertanggung jawab atas migrasi jutaan penduduk dari Kepulauan Britania (terutama Inggris dan Irlandia) ke Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Selandia Baru. Para imigran ini secara perlahan-lahan menanggalkan identitas Britania mereka setelah terbentuknya negara baru. Imigrasi besar-besaran selama masa kejayaan Imperium Britania sering kali menyebabkan ketegangan antar etnis dan semakin tersingkirnya minoritas asli di wilayah koloni seperti Aborigin di Australia, Indian di Amerika Utara dan sebagainya. Jutaan jiwa bermigrasi dari dan ke wilayah-wilayah koloni Britania. Sejumlah besar orang India beremigrasi ke bagian lain dari imperium, seperti ke Malaysia dan Fiji. Emigrasi warga Tionghoa, terutama dari Tiongkok Selatan, menyebabkan terbentuknya mayoritas Tionghoa di Singapura dan minoritas Tionghoa di Karibia. Sementara itu, komposisi penduduk Britania Raya sendiri berubah setelah terjadinya Perang Dunia II, yaitu terjadi gelombang migrasi besar-besaran dari negara-negara koloni ke Kepulauan Britania.[221]

Di Indonesia, meski masa kekuasaannya singkat, Imperium Britania juga turut mewariskan beberapa pengaruh dan peninggalannya. Saat Raffles berkuasa, ia membagi Pulau Jawa menjadi 16 karesidenan, dengan tujuan untuk mempermudah pemerintah melakukan pengawasan terhadap daerah-daerah yang dikuasainya. Sistem karesidenan ini tetap dipakai sampai tahun 1964. Raffles juga membentuk susunan baru dalam pengadilan yang didasarkan pada pengadilan Inggris. Selain itu, Raffles juga tertarik kepada sejarah, kebudayaan dan kesenian Jawa. Ketertarikannya ini diwujudkan dalam sebuah buku karangannya mengenai sejarah Jawa yang berjudul History of Java. Warisan Raffles lainnya adalah sebuah kebun di Paleis Buitenzorg (Istana Bogor), yang merupakan tempat kediaman Raffles di Indonesia (saat itu bernama Hindia Belanda). Berawal dari dari kebun istana ini, Raffles berkeinginan untuk mengumpulkan bermacam- macam tanaman yang ada di Indonesia hingga akhirnya kelak menciptakan Kebun Raya Bogor.[222]

Pidato di Parlemen Skotlandia setelah kematian ibunya, Ratu Elizabeth IIDirekam pada 12 September 2022

Charles III (Charles Philip Arthur George; lahir 14 November 1948) adalah Raja dari Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia Utara beserta negara-negara berdaulat yang termasuk dalam alam Persemakmuran. Ia adalah anak sulung dari Ratu Elizabeth II dan Pangeran Philip.

Ia naik takhta pada 8 September 2022 setelah kematian ibunya meskipun belum menjalani upacara penobatan. Upacara penobatannya digelar pada 6 Mei 2023, tujuh bulan setelah kematian ibunya. Sebagai Adipati Cornwall dan Adipati Rothesay mulai tahun 1952 hingga menaiki takhta, ia menjadi putra mahkota terlama dalam sejarah Britania Raya dan menyandang gelar Pangeran Wales terlama. Pada usia 73 tahun, Charles adalah orang tertua yang mengambil takhta kerajaan Britania Raya, sebuah rekor yang sebelumnya dipegang oleh William IV pada usia 64 tahun.

Selama menjadi putra mahkota, Charles aktif dalam berbagai kunjungan kenegaraan sebagai perwakilan dari Ratu Elizabeth II, dengan lebih dari empat ratus kunjungan resmi dilakukan setiap tahunnya. Charles juga aktif dalam bidang kemanusiaan dan sosial, juga menjadi pelindung dan pendukung dari berbagai yayasan amal dan seni. Dalam bidang arsitektur, Charles dikenal sebagai pelindung dari gerakan Arsitekur Klasik Baru.

Charles telah menikah dua kali. Dari pernikahannya yang pertama dengan Diana Spencer, dia memperoleh dua anak, William (lahir 1982) dan Henry (lahir 1984). Pasangan ini kemudian berpisah pada tahun 1996 setelah bersama selama 15 tahun. Pada 9 April 2005, dia menikah untuk kedua kalinya dengan Camilla Parker Bowles (nama gadisnya Camilla Rosemary Shand), teman lama dan kekasihnya sebelum menikah dengan Diana. Pernikahannya dengan Camilla yang seorang janda-cerai sempat menjadi kontroversi lantaran sebagai calon raja, kelak dia juga akan menjadi Gubernur Agung Gereja Inggris dan pernikahan dengan seorang janda-cerai dipandang sebagai sesuatu yang tidak pantas. Namun pernikahan tersebut berjalan lancar setelah baik pihak Ratu Elizabeth II, pemerintah, dan Gereja Inggris sendiri memberi dukungan kepada pasangan tersebut. Kehidupan cinta Charles telah lama menjadi sorotan media serta menarik perhatian masyarakat umum. Namanya telah beberapa kali dihubung-hubungkan dengan beberapa wanita, namun pernikahannya dengan Camilla akhirnya mengakhiri segala macam desas-desus yang beredar selama ini.

Charles Philip Arthur George lahir di Istana Buckingham, London pada 14 November 1948 pada masa kekuasaan kakeknya. Ia adalah anak sulung dan putra pertama orangtuanya. Ibunya adalah Putri Elizabeth, anak sulung George VI, Raja Britania Raya yang berkuasa sejak 1936. Keadaan George VI yang tidak memiliki putra membuat Elizabeth berstatus sebagai pewaris sementara. Ayah Charles adalah Pangeran Philip, cucu dari George I, Raja Yunani yang berkuasa pada tahun 1863 sampai 1913.

Pangeran Charles dibaptis pada 15 Desember 1948 di Ruang Musik Istana Buckingham oleh Uskup Agung Canterbury, Dr Geoffrey Fisher. Delapan wali baptisnya adalah:[1]

Raja George VI mangkat pada 1952. Dikarenakan sang raja tidak memiliki putra sampai akhir hayatnya, Elizabeth yang berstatus sebagai pewaris sementara naik takhta sebagai Ratu Britania Raya. Dengan kenaikan takhta ibunya, Charles yang merupakan anak sulung sang ratu otomatis menjadi pewaris tetap berdasarkan hukum Britania. Sesuai dengan ketetapan Raja Edward III pada tahun 1337, Charles dianugerahi gelar Adipati Cornwall, gelar yang diperuntukkan untuk putra tertua raja atau ratu yang sedang berkuasa.

Pangeran Charles sempat berpindah-pindah sekolah ketika ia masih kecil. Pertama, ia bersekolah di Hill House School di London bagian barat tanpa menerima perlakuan khusus dari kepala sekolahnya. Kemudian, Pangeran Charles pindah ke sekolah ayahnya dulu di Cheam Preparatory School, Berkshire, dan akhirnya pindah ke Gordonstoun, sebelah timur laut Skotlandia. Selama studinya di Gordonstoun, ia juga menuntut ilmu di Australia. Charles dikenal sebagai murid yang pintar. Ia mendapatkan nilai A untuk mata pelajaran Sejarah dan Bahasa Prancis di sekolahnya. Tahun 1967-1970, Pangeran Charles melanjutkan studinya di Trinity College, bagian dari Universitas Cambridge dengan spesialisasi antropologi, arkeologi, dan sejarah. Ia dikenal aktif di kegiatan kampus, salah satunya di klub polo. Pangeran Wales ini lulus dari Trinity College pada 1970 dengan gelar Sarjana Seni. Kelulusannya ini membuat Pangeran Charles menjadi anggota keluarga kerajaan ke-3 yang mendapat gelar sarjana. Setelah dari Trinity College, Pangeran melanjutkan studinya ke jenjang Magister di Universitas Cambridge. Ia juga belajar bahasa dan sejarah Wales di Universitas Wales, Aberystwyth.[2]

Charles dinobatkan sebagai Pangeran Wales pada 26 Juli 1958.[3] Pelantikan resminya diadakan pada 1 Juli 1969 ketika dia dimahkotai oleh ibunya di Kastil Kaernarfon yang disiarkan di televisi.[4] Setelahnya, Charles juga mulai menjalani berbagai tugas publik, seperti mendirikan "The Prince's Trust", yayasan amal yang dia dirikan pada tahun 1976 untuk membantu kawula muda.[5] Dia juga memulai kunjungan resmi ke Amerika Serikat pada 1981.[6]

Mengikuti tradisi keluarga, Charles juga bergabung di angkatan udara dan laut. Setelah meminta dan menerima pelatihan dari Royal Air Force (Angkatan Udara Britania Raya) pada tahun keduanya di Cambridge, pada 8 Maret 1971, dia bergabung di Royal Air Force College Cranwell untuk berlatih menjadi pilot pesawat jet.[7]

Setelah mendirikan The Prince's Trust pada 1976, Charles kembali membangun enam belas yayasan amal lain dan dia sendiri menjadi presiden bagi semua yayasan tersebut.[8] Yayasan-yayasan itu bersama-sama membentuk persekutuan dengan nama The Prince's Charities.[8] Selain itu, Charles juga menjadi pelindung bagi lebih dari 350 yayasan amal lain,[9] dan turut serta membawa tugas ini keluar sepanjang Wilayah Persemakmuran. Misalnya, dia menggunakan kunjungannya ke Kanada sebagai jalan untuk membantu menarik perhatian terkait masalah pemuda, orang berkebutuhan khusus, lingkungan hidup, seni, kesehatan, orang-orang lansia, perlindungan warisan kebudayaan, dan pendidikan.[10] Di Kanada, dia mendukung program kemanusiaan bersama kedua putranya dan ambil bagian dalam upacara menandai Hari Internasional untuk Menghapus Diskriminasi Ras pada 1998.[10]

Pada 2013, Charles mendonasikan sejumlah uang kepada British Red Cross Syria Crisis dan DEC, yang dijalankan oleh 14 lembaga amal Britania untuk menolong korban Perang Saudara Suriah.[11][12] Menurut surat kabar The Guardian, dipercaya setelah Charles menginjak usia 65 tahun pada 2013, dia menyumbangkan pensiunnya untuk sebuah yayasan yang mendukung para lansia.[13]

Pangeran Charles secara terbuka menyatakan gagasannya secara terbuka terkait arsitektur dan perancangan tata kota, juga mendorong kemajuan Arsitektur Klasik Baru, gerakan dalam arsitektur yang berusaha menerapkan arsitektur klasik dan pribumi.[14][15] Dalam bukunya dan dokumentasi BBC A Vision of Britain (1987) juga mengkritisi arsitektur modern dan Charles tetap melanjutkan kampanyenya untuk mendukung perbaikan bangunan bersejarah dan pembangunan berkelanjutan.[16]

Pada 1997, Pangeran Charles mengunjungi Rumania untuk melihat dan meninjau biara-biara Ortodoks dan desa-desa Sachsen Transilvania yang dihancurkan pada masa pemerintahan komunis, Nicolae Ceaușescu.[17][18][19] Sejarawan Tom Gallagher menulis dalam surat kabar Rumania România Liberă pada 2006 bahwa Charles diminta untuk naik takhta Rumania oleh para pendukung monarki di sana, tetapi Charles menolaknya,[20] tetapi pihak Istana Buckingham menolak laporan tersebut.[21] Charles juga memiliki "pemahaman mendalam tentang seni dan arsitektur Islam," dan dia sendiri terlibat dalam pembangunan bangunan dan taman di Oxford Centre for Islamic Studies yang menggabungkan gaya arsitektur Islam dan Oxford.[22]

Charles terkadang turut campur tangan dalam beberapa proyek arsitektur yang menggunakan gaya arsitektur seperti modernisme dan fungsionalisme, gaya arsitektur yang hanya menekankan pembangunan sebuah bangunan berdasarkan tujuan didirikannya.[23][24][25] Pada 2009, Charles menulis kepada keluarga kerajaan Qatar, developer situs Barak Chelsea, menyebut desain Richard Rogers tidak cocok untuk situs tersebut. Sebagai kelanjutannya, Rogers dibebastugaskan dari proyek tersebut dan The Prince's Foundation for the Built Environment, salah satu yayasan Charles dalam bidang arsitektur, ditunjuk untuk mengusulkan penyelesaian alternatifnya.[26] Rogers menyatakan bahwa Pangeran Charles juga turut campur tangan untuk menolak desainnya terkait pembangunan Royal Opera House dan Paternoster Square dan menyatakan bahwa sang putra mahkota telah melakukan perbuatan yang "menyalahgunakan pengaruh" dan "tidak berdasar hukum."[26]

Pada tahun 2010, The Prince's Foundation for the Built Environment memutuskan untuk membangun dan mendesain ulang bangunan-bangunan di Port-au-Prince, ibu kota Haiti, setelah mengalami kerusakan akibat gempa bumi.[27] Yayasan tersebut juga diketahui melakukan perbaikan berbagai bangunan bersejarah di Kabul (ibu kota Afghanistan) dan Kingston (ibu kota Jamaika). Proyek ini digambarkan sebagai tantangan terbesar bagi yayasan tersebut.[28] Atas kiprahnya sebagai pelindung dari Arsitektur Klasik Baru, Pangeran Charles dianugerahi penghargaan Driehaus Architecture oleh Universitas Notre Dame pada 2012. Penghargaan ini disebutkan sebagai penghargaan tertinggi untuk Arsitektur Klasik Baru.[29]

Sejak awal 1980, Charles sudah mempromosikan tentang kepedulian lingkungan.[30] Setelah pindah ke Highgrove House, kediaman Charles yang berada di Gloucestershire, dia mulai mengembangkan ketertarikannya kepada pertanian organik yang puncaknya dia mengeluarkan merek organiknya sendiri, Duchy Originals,[31] merek dagang makanan organik, dengan keuntungannya disumbangkan pada The Prince's Charities.[31][32]

Pada tahun 2007, Pangeran Charles meluncurkan program The Prince's May Day Network, grup bisnis yang berkomitmen untuk melawan perubahan iklim. Di hadapan Parlemen Eropa pada 14 Februari 2008, dia memanggil para pemimpin Uni Eropa untuk memerangi perubahan iklim. Meski ajakan Charles mendapat sambutan dan tepuk tangan, Nigel Farage, pemimpin United Kingdom Independence Party tetap duduk dan menyatakan bahwa ajakan Charles terlalu naif.[33] Saat kembali bicara di hadapan Parlemen Eropa tentang Low Carbon Prosperity Summit pada 9 Februari 2011, Charles menyatakan bahwa orang yang meragukan perubahan iklim telah memainkan permainan yang berisiko dengan masa depan planet dan memiliki "dampak merusak" pada pendapat masyarakat.[34]

Pangeran Charles menerima penguatan oleh Uskup Agung Canterbury, Michael Ramsey, pada Paskah 1965, di Kapel Santo George, Kastel Windsor. Dia menghadiri pelayanan ibadah di berbagai gereja Anglikan di sekitar Highgrove[36] dan hadir di Crathie Kirk (Gereja Skotlandia kecil di desa Skotlandia) bersama anggota keluarga kerajaan lain saat mereka berada di Istana Balmoral. Charles juga beberapa kali mengunjungi (kadang secara rahasia) biara Ortodoks di Gunung Athos,[37] begitu juga di Rumania.[17] Charles juga menjadi pelindung bagi Oxford Centre for Islamic Studies di Universitas Oxford. Pada tahun 2000-an, Charles meresmikan Markfield Institute of Higher Education yang ditujukan untuk pengajaran Islam dalam konteks plural multikultural.[22][38][39]

Laurens van der Post menjadi teman Charles pada 1977, dia adalah "guru spiritual" dan ayah baptis dari putra Charles, Pangeran William. Dari Van der Post, Charles mulai memusatkan perhatiannya pada filsafat, khususnya filsafat Timur dan Timur Tengah. Dia juga megagumi seni Kabala.[40]

Pada 2008, The Daily Telegraph menyatakan Charles sebagai "anggota keluarga kerajaan yang paling bekerja keras."[41] Dia melakukan sejumlah 560 kunjungan resmi pada tahun 2008,[41] 499 pada 2010,[42] dan lebih dari 600 pada 2011.

Sebagai Pangeran Wales, Charles bertindak sebagai wakil dari Ratu dan Wilayah Persemakmuran. Dia juga melakukan kunjungan dan hadir dalam beberapa pemakaman tokoh-tokoh terkemuka.[43] Pada saat menghadiri acara pemakaman Paus Yohanes Paulus II, terdapat sebuah kejadian kontroversial, yakni Charles bersalaman dengan Robert Mugabe, Presiden Zimbabwe yang terkenal diktator. Salaman ini dapat ditafsirkan bahwa Charles berada di pihak Mugabe. Namun pihak resmi Charles melakukan klarifikasi bahwa sang putra mahkota melakukan tersebut secara tidak sengaja karena tempat duduk Mugabe yang berada di sebelah Charles membuatnya tidak dapat menolak ajakan salaman Mugabe yang tiba-tiba. Lebih lanjut, dijelaskan pula bahwa Charles termasuk pendukung Zimbabwe Defence and Aid Fund yang merupakan pihak penentang rezim Mugabe.[44]

Selain kunjungan kenegaraan, Charles juga menjadi wakil Ratu di berbagai acara skala nasional dan internasional. Pada tahun 2010, Charles hadir sebagai wakil Ratu di acara pembukaan Pesta Olahraga Persemakmuran 2010 di Delhi, India.[45] Pada 15 sampai 17 November 2013, Charles hadir untuk pertama kali dalam pertemuan para pemimpin negara persemakmuran di Kolombo, Sri Lanka.[46][47]

Pada masa mudanya, Pangeran Charles kerap dihubung-hubungkan dengan banyak wanita. Paman ayahnya, Louis Mountbatten menasihati Charles muda, "Untuk kasus sepertimu, seorang pria harus menabur gandum liar dan memiliki banyak pasangan sebelum akhirnya menetapkan satu pilihan, tapi untuk istri, dia harus memilih gadis yang cocok, menarik, dan berwatak manis sebelum sang gadis bertemu orang lain yang mungkin akan membuatnya tertarik."

Beberapa wanita yang disebut pernah menjadi kekasih Charles antara lain Georgiana Russell, putri Duta Britania untuk Spanyol;[48] Jane Wellesley, putri Adipati Wellington ke-8;[49] Davina Sheffield;[50] Sarah Spencer;[51] dan Camilla Shand.[52] Pada tahun 1973, hubungan Charles dengan Camilla berakhir seiring dengan bergabungnya dirinya dengan angkatan laut.[53][54]

Pada awal 1974, Louis Mountbatten berunding dengan Charles terkait kemungkinannya untuk menikahi cucu Louis, Amanda Knatchbull.[56] Charles menulis surat kepada ibu Amanda sekaligus ibu baptisnya, Patricia Mountbatten, terkait ketertarikannya kepada Amanda. Patricia sendiri menerimanya, meski kemudian memberi nasihat bahwa usia Amanda yang belum 17 tahun dipandang terlalu dini. Empat tahun kemudian, Louis Mountbatten berusaha mengatur agar dirinya dan Amanda bisa mendampingi Charles dalam kunjungannya ke India pada 1980, tetapi rencana ini ditentang ayah dari kedua belah pihak. Ayah Charles, Pangeran Philip, menolak karena ditakutkan ketenaran Louis Mountbatten sebagai Gubernur Jenderal India pertama akan membayang-bayangi pamor Charles. Ayah Amanda, John Knatchbull, menolak lantaran kekhawatiran media yang akan menjadikan Charles dan Amanda sebagai pusat perhatian, padahal rencana pernikahan mereka belum pasti. Namun sebelum Charles berkunjung sendiri ke India, Louis Mountbatten dibunuh Tentara Republik Irlandia Sementara. Setelah kembali, Charles melamar Amanda. Namun kematian kakeknya, juga disusul meninggalnya nenek dan adiknya karena bom, membuat Amanda menjadi enggan bergabung menjadi anggota keluarga kerajaan.

Saat masih berstatus sebagai kekasih Sarah Spencer, Charles mengunjungi kediaman keluarga Sarah pada 1977 dan bertemu adiknya, Diana Spencer. Charles tidak menjalin hubungan romantis dengan Diana sampai saat pertengahan 1980. Pada tahun tersebut dikabarkan juga bahwa Charles sesungguhnya kembali menjalin hubungan dengan Camilla.[59] Saat Charles dan Diana berkunjung ke acara barbeque seorang teman, Charles menyebutkan tentang kematian Louis Mountbatten dan Diana menanggapi bahwa Charles terlihat sangat sedih dan membutuhkan perhatian saat pemakaman Louis. Menurut Jonathan Dimbleby, biografer Charles, Charles mulai memandang bahwa Diana sangat potensial untuk menjadi calon pengantinnya. Diana kemudian mendampingi Charles dalam kunjungannya ke Istana Balmoral dan Sandringham House.

Kakak Amanda, Norton Knatchbull, dan istrinya mengatakan pada Charles bahwa Diana tampak hanya tertarik dengan kedudukan Charles dan Charles sendiri tampak tidak mencintainya. Meski begitu, Charles tetap melanjutkan hubungannya dengan Diana dan itu menarik perhatian awak media. Saat Pangeran Philip menasihati bahwa segala spekulasi media dapat membuat nama baik Diana rusak jika Charles tidak segera menikahinya, Charles menafsirkan nasihat sang ayah sebagai peringatan untuk melamar Diana sesegera mungkin.

Charles melamar Diana pada Februari 1981 dan kedua pasangan tersebut menikah pada 29 Juli di Katedral Santo Paul. Sarah Spencer yang hadir dalam pernikahan adiknya memberikan tanggapan, "Aku saling mengenalkan mereka. Aku ini Kupido."[63] Saat itu Diana baru menginjak usia 20 tahun dan Charles berusia 32 tahun. Pernikahan mereka disebut-sebut sebagai "pernikahan negeri dongeng" yang diperkirakan disaksikan oleh 750 juta pasang mata melalui televisi.[64][65]

Dari pernikahannya dengan Diana, Charles memiliki dua orang putra: William Arthur (lahir 1982) dan Henry Charles (nama panggilan "Harry", lahir 1984). Ada dugaan bahwa ayah Henry adalah James Hewwit yang memiliki persamaan fisik antara Henry dan James Hewwit. Meski begitu, dikatakan bahwa Henry lahir saat hubungan Diana dan Hewwit baru dimulai.[66][67]

Charles yang dikenal sebagai calon mempelai paling layak di dunia pada 1970-an[68] justru kemudian dibayang-bayangi dengan kepopuleran Diana. Kecemasan Diana dengan hubungan Charles dan Camilla yang kemudian diikuti dengan Diana yang menjalin hubungan dengan lelaki lain, ditambah perbedaan usia Charles dan Diana yang lebih dari sepuluh tahun, membuat bahtera pernikahan mereka tidak dapat dipertahankan lebih lama lagi. Mereka berpisah pada 1992 dan resmi bercerai pada 1996. Diana sendiri kemudian meninggal bersama kekasihnya, Dodi al-Fayed, pada kecelakaan mobil di Paris pada 1997.

Pasca perceraiannya dengan Diana, Charles menyatakan bahwa hubungannya dengan Camilla "tidak dapat ditawar."[70][71] Pernikahan Charles yang seorang duda-cerai dengan Camilla yang seorang janda-cerai sempat menjadi kontroversi lantaran sebagai calon raja yang berarti juga calon Gubernur Tertinggi Gereja Inggris, Charles diharapkan dapat menerapkan nilai Kekristenan, khususnya dalam pernikahan. Hal ini karena pada dasarnya, dalam prinsip Kristen, perceraian adalah sesuatu yang sangat tidak pantas.[i] Namun dengan persetujuan Ratu Elizabeth II,[72] pemerintah,[73] dan Gereja Inggris, keduanya dapat melangsungkan pernikahan. Perdana Menteri Tony Blair dan Uskup Agung Canterbury, Rowan Williams, memberikan ucapan selamat di media.[74]

Charles dan Camilla pada akhirnya menikah pada 9 April 2005 secara sipil di Windsor Guildhall dan dilanjutkan prosesi pemberkatan di Kapel Santo George. Charles merupakan keluarga kerajaan Inggris pertama yang menikah secara sipil. Orangtua Charles, Ratu Elizabeth II dan Pangeran Philip, tidak hadir dalam acara pernikahan Charles, sangat mungkin karena kedudukan Ratu sebagai Gubernur Tertinggi Gereja Inggris.[75] Ayah Camilla juga tidak hadir dalam upacara pernikahan mereka,[76] tetapi putra Camilla, Thomas Parker Bowles, dan putra Charles, Pangeran William, menjadi saksi atas penyatuan dua pasangan tersebut.[77] Ratu Elizabeth II dan suami, Pangeran Philip, baru hadir dalam pemberkatan mereka. Lebih lanjut, acara resepsi diadakan oleh Ratu untuk kedua mempelai baru di Kastel Windsor.[78]

• The Most Noble Order of the Garter

• Most Ancient and Most Noble Order of the Thistle

• Queen's Service Order

• Queen Elizabeth II Coronation Medal

• Queen Elizabeth II Silver Jubilee Medal

• Queen Elizabeth II Gold Jubilee Medal

• Queen Elizabeth II Diamond Jubilee Medal

• Queen Elizabeth II Platinum Jubilee Medal

• Long Service and Good Conduct Medal

• Canadian Forces' Decoration

• New Zealand 1990 Commemorative Medal

• New Zealand Armed Forces Award

George VI (Albert Frederick Arthur George; 14 Desember 1895 – 6 Februari 1952) adalah Raja dari Kerajaan Britania Raya dan Irlandia Utara, wilayah Alam Persemakmuran pada tahun 1936 hingga 1952, serta Maharaja India tahun 1936 hingga 1947. Ia dikenal sebagai simbol determinasi Inggris dalam memenangkan Perang Dunia II melawan Jerman.

Dikenal sebagai "Bertie" di antara keluarga dan teman-teman dekatnya, George VI lahir pada saat masa kekuasaan nenek buyutnya Ratu Victoria, dan diberi nama seperti kakek buyutnya Albert dari Saxe-Coburg dan Gotha. Sebagai anak kedua dari Raja George V, ia tidak diharapkan menjadi pewaris takhta kerajaan karena Kerajaan Britania Raya sudah memiliki pewaris yaitu kakaknya, Edward. Saat menginjak usia remaja ia menjalani pendidikan di sekolah angkatan laut. Kemudian ia masuk AL dan AU selama Perang Dunia I. Pada tahun 1920, ia diberi gelar Adipati York. Ia menikahi Lady Elizabeth Bowes-Lyon pada tahun 1923 dan memiliki dua anak, Elizabeth (kemudian menjadi Ratu Elizabeth II) dan Margaret. Pada pertengahan dekade 1920-an, ia menjalani terapi bicara karena kondisi gagap yang dideritanya, yang mana kondisi ini tidak pernah sepenuhnya disembuhkan.

Kakak George naik takhta menjadi Edward VIII setelah kematian ayah mereka pada tahun 1936. Lalu, Edward dihadapkan pada pilihan antara tetap menjadi raja atau menikahi sosialita Amerika Serikat Wallis Simpson yang berstatus janda. Karena Edward akhirnya memilih turun takhta dan menikahi Simpson, George lalu naik takhta menjadi raja ketiga dalam Dinasti Windsor.

Pada tahun 1939, Imperium Britania dan Persemakmurannya–kecuali Irlandia–mendeklarasikan perang terhadap Jerman Nazi. Diikuti dengan perang terhadap Kerajaan Italia dan Kekaisaran Jepang pada tahun 1940 dan 1941. Raja dan keluarganya tetap di London selama serangan The Blitz dan hal itu membuat popularitas mereka melambung, karena selain tetap berada di London ia juga hadir dalam masa sulit tersebut bersama dengan warga biasa. Inggris dan sekutunya memenangkan perang pada tahun 1945, namun Imperium Inggris tidak berlanjut dan Irlandia memutuskan memisahkan diri dari persemakmuran dan diikuti kemerdekaan kemerdekaan India dan Pakistan pada tahun 1947. George menanggalkan gelar Kaisar India pada Juni 1948 dan memakai gelar baru sebagai Kepala Persemakmuran. Ia mengidap penyakit yang berhubungan dengan perilaku sebagai perokok berat. Ia meninggal di Sandringham House pada tahun 1952 dan digantikan oleh putrinya sebagai Ratu Elizabeth II.

Raja George VI lahir di York Cottage, tepatnya di Kediaman Sandringham, Norfolk, saat masa kekuasaan nenek buyutnya Ratu Victoria.[1] Ayahnya adalah Pangeran George, Adipati York (kemudian menjadi Raja George V), yang merupakan anak kedua yang masih hidup dari Pangeran dan Putri Wales (kemudian menjadi Raja Edward VII dan Ratu Alexandra). Ibunya adalah Permaisuri Adipati York (kemudian menjadi Ratu Mary), yang merupakan anak tertua dan anak perempuan satu-satunya dari Francis, Adipati Teck, dan Mary Adelaide, Permaisuri Adipati Teck.[2] Tanggal kelahirannya di 14 Desember 1895, adalah peringatan 34 tahun meninggalnya kakek buyutnya, Albert dari Saxe-Coburg dan Gotha.[3] Tidak yakin atas reaksi Ratu Victoria dalam menerima kabar ini karena kabar bahagia terjadi bersamaan dengan peringatan berkabung, Pangeran Wales menulis kepada Adipati York bahwa keadaan ratu agak tertekan. Dua hari kemudian, ia mengirim surat lagi yang berisi bahwa ia menyarankan pada Adipati York untuk mengajukan pada ratu kalau anak tersebut diberi nama Albert.[4]

Ratu Victoria kemudian terobati dengan adanya pengajuan nama tersebut dan mengirim surat pada Permaisuri Adipati York: "Aku tidak sabar menanti untuk melihat ia yang baru (Albert), yang terlahir pada hari yang sedih namun menjadi kebahagiaan buatku, karena ia akan dipanggil dengan nama kesayangan yang mana nama tersebut bagiku adalah yang paling hebat dan paling bagus".[5] 3 bulan kemudian, ia dibaptis dengan nama "Albert Frederick Arthur George" di Gereja St Mary Magdalene, Sandringham. Orang tua baptisnya adalah: Ratu Victoria (nenek buyutnya yang mana diwakili oleh neneknya Putri Wales); Adipati Agung Mecklenburg dan istrinya (kakek-paman dan nenek-bibi dari pihak ibu yang diwakili oleh kakeknya Adipati Teck dan bibinya dari jalur ayah Putri Maud dari Wales); Permaisuri Kaisar Frederick (nenek-bibi nya dari jalur ayah yang diwakili oleh bibinya Putri Victoria dari Wales); Pangeran Mahkota Denmark (kakek-pamannya yang diwakili kakeknya Pangeran Wales); the Adipati Connaught (kakek-pamannya); Permaisuri Adipati Fife (bibi dari jalur ayah); dan Pangeran Adolphus dari Teck (paman dari jalur ibu).[6] Di dalam keluarganya ia memiliki panggilan julukan "Bertie".[7] Neneknya, Permaisuri Adipati Teck tidak menyukai pemberian nama Albert pada cucunya dan ia berharap bahwa nama terakhirnya bisa digunakan, atau dalam bahasanya "bisa menggantikan (nama) yang kurang disukai (tersebut)".[8] Saat kelahirannya Albert berada pada urutan keempat dalam garis suksesi takhta setelah kakeknya, ayahnya dan kakaknya, Edward.

Pada masa mudanya ia adalah seseorang yang sakit-sakitan dan sering digambarkan sebagai seseorang yang "mudah sekali ditakut-takuti dan agak mudah menangis".[9] Orang tuanya lalu memisahkannya dari pengasuh sehari-hari walaupun hal tersebut adalah norma umum pada keluarga aristokrat saat itu di mana anak-anak harus dijaga oleh para pengasuh. Ia juga memiliki kondisi gagap yang tidak hilang sampai beberapa tahun lamanya. Meskipun ia adalah seorang kidal, ia dipaksa untuk bisa menulis dengan tangan kanannya, yang mana adalah aturan baku pada saat itu.[10] Ia menderita penyakit kronis pada perutnya karena terlalu sering menggunakan bidai penegak yang menyakitkan untuk meluruskan postur kakinya yang bengkok.[11] Ratu Victoria meninggal pada 22 Januari 1901, dan Pangeran Wales menggantikannya sebagai Raja Edward VII. Pangeran Albert lalu naik tingkat di posisi ketiga dalam garis suksesi takhta setelah ayahnya dan kakaknya.

Pada tahun 1909, Albert menjalani pendidikan di Kolese Angkatan Laut Kerajaan Inggris Osborne, sebagai kadet angkatan laut. Pada tahun 1911 ia berada pada urutan paling bawah dalam ujian akhirnya, namun begitu ia tetap melanjutkan pendidikan ke Kolese Angkatan Laut Kerajaan Inggris Dartmouth.[12] Ketika kakeknya, Raja Edward VII, meninggal pada tahun 1910, ayahnya naik takhta menjadi Raja George V. Edward kemudiaan menjadi Pangeran Wales, dan Albert naik tingkat ke posisi ke-2 dalam garis suksesi takhta.[13]

Albert melewati 6 bulan pertama dari tahun 1913 di kapal pelatihan HMS Cumberland di kawasan Hindia Barat dan pantai timur Kanada.[14] Ia kemudian menjadi perwira muda di kapal HMS Collingwood pada 15 September 1913. Ia menjalani tiga bulan di perairan Mediterania, namun tidak pernah bisa mengatasi mabuk lautnya.[15] Tiga minggu setelah pecahnya Perang Dunia I ia dievakuasi secara medis menuju Aberdeen, di mana di sana ia menjalani operasi pengangkatan usus buntu yang dilakukan oleh Sir John Marnoch.[16] Ia memperoleh status MiD (dipuji karena hasil kerjanya) karena aksinya sebagai petugas kapal Collingwood dalam Pertempuran Jutlandia (31 Mei–1 Juni 1916), yang merupakan pertempuran laut terbesar saat itu. Walaupun ia tidak secara tuntas ikut dalam pertempuran tersebut karena penyakit ulkus peptikum yang dideritanya, di mana akhirnya dilakukan operasi untuk mengatasi penyakit tersebut pada November 1917.[17]

Pada Februari 1918 ia ditunjuk sebagai penanggung jawab pelatihan siswa di fasilitas pelatihan udara AL di Cranwell. Dengan pembentukan Angkatan Udara Inggris, Albert dipindahkan dari AL ke AU (RAF).[18] Ia menjabat sebagai komandan skuadron siswa ke-4 di Cranwell sampai Agustus 1918,[19] sebelum ditugaskan di sekolah kadet angkatan udara di St Leonards-on-Sea. Ia menyelesaikan pelatihan terbang dwimingguannya dan menjadi komandan skuadron Wing Kadet.[20] Ia adalah orang pertama dari keluarga kerajaan Inggris yang tersertifikasi menjadi pilot.[21]

Albert lalu ingin pergi ke daratan utama Eropa saat perang masih masih berjalan dan mengirimkan pengajuan kepada staf Jenderal Trenchard di Prancis. Pada tanggal 23 Oktober, ia menerbangkan pesawatnya melewati kanal Inggris menuju ke Autigny.[22] Pada masa-masa akhir PD I, ia bekerja sebagai staf pada Independent Air Force di markasnya di Nancy, Prancis.[23] Hingga pembubaran institusi tersebut pada November 1918, ia tetap berada di daratan utama Eropa sebagai staf Angkatan Udara hingga selama dua bulan sebelum kembali lagi ke Inggris.[24] Ia mengiringi Raja Albert I dari Belgia pada hari kembalinya ke Brussel setelah perang pada 22 November. Pangeran Albert lalu lulus kualifikasi menjadi pilot RAF pada 31 Juli 1919 dan dipromosikan menjadi pemimpin skuadron esok harinya.[25]

Pada Oktober 1919, Albert berkuliah di Trinity College, Cambridge, di mana di sana ia mempelajari sejarah, ekonomi, dan ilmu kewarganegaraan selama setahun,[26] dengan seorang sejarawan R. V. Laurence sebagai "mentor resmi"nya.[27] Pada 4 Juni 1920 ayahnya memberinya gelar Adipati York, Earl Inverness, dan Baron Killarney.[28] Setelah itu, ia lebih banyak melakukan tugas-tugas kerajaan. Mewakili ayahnya dalam tur ke tambang batu bara, pabrik-pabrik dan depo-depo kereta api. Karena tugasnya yang sering berada di area industri ia mendapat julukan "Pangeran Industri".[29] Kondisi gagapnya ditambah dengan pribadinya yang cenderung pemalu membuatnya tidak terlalu banyak tampil di depan umum dibanding kakaknya, Edward. Namun, ia suka aktivitas fisik dan bermain bola tenis. Ia pernah bermain di Kejuaraan Wimbledon dalam nomor ganda putra berpasangan dengan Louis Greig pada tahun 1926, namun kalah pada putaran pertama.[30] Ia menaruh ketertarikan pada perbaikan lingkungan kerja dan menjadi presiden dari Komunitas Kesejahteraan Industri. Ia menggelar kamp musim panas tahunan untuk para remaja pada periode antara 1921 hingga 1939 yang diikuti para remaja dari latar belakang sosial yang berbeda.[31]

Pada saat itu seorang anggota keluarga kerajaan diharapkan untuk menikahi seseorang yang juga dari kalangan kerajaan, maka hal ini menjadi halangan bagi Albert untuk memiliki kebebasan dalam memilih calon istri. Pada April 1920, Albert harus terpaksa menghentikan niatnya untuk mendekati sosialita Australia Lady Loughborough yang sudah menikah, dengan janji dari raja akan diberikan gelar Adipati York.[32][33] Pada tahun yang sama ia bertemu dengan Lady Elizabeth Bowes-Lyon, anak bungsu dari Earl Strathmore dan Kinghorne. Ia lalu memutuskan untuk menikahinya.[34] Lady Elizabeth Bowes-Lyon menolak lamaran Pangeran Albert dua kali pada tahun 1921 dan 1922, karena ia tidak mau kebebasan yang ia miliki hilang kala menjadi keluarga kerajaan.[35] Setelah hubungan yang rumit dan berlarut-larut akhirnya Elizabeth bersedia untuk dinikahi Albert.[36]

Mereka menikah pada 26 April 1923 di Westminster Abbey. Pernikahan Albert yang tidak dilakukan dengan seseorang dari kalangan kelahiran kerajaan merupakan suatu tanda modernisasi.[37] BBC yang baru terbentuk saat itu berharap dapat merekam dan menyiarkan acara ini di radio, namun Kapitel Abbey menolak usulan ini (walaupun beberapa Dekan, seperti Herbert Edward Ryle, menyetujui usulan tersebut).[38]

Dari Desember 1924 hingga April 1925, Adipati dan Permaisuri Adipati menjalani tur ke Kenya, Uganda, dan Sudan, melewati Terusan Suez dan Aden. Selama perjalanan tur mereka melakukan permainan besar berburu.[39]

Karena kondisi gagapnya, Albert sangat menghindari berbicara di depan umum.[40] Setelah pidato penutupannya di Eksebisi Imperium Inggris di Wembley pada 31 Oktober 1925, yang dianggap sebuah cobaan berat baginya dan orang-orang yang mendengar pidatonya,[41] ia lalu berkonsultasi dengan Lionel Logue, terapis bicara kelahiran Australia. Adipati York dan Logue melakukan pelatihan pernafasan dengan ditemani oleh Permaisuri Adipati.[42] Setelah beberapa lama, ia mampu berbicara di depan umum dengan keragu-raguan yang agak berkurang.[43] Ketika penyampaian bicaranya membaik, Adipati York membuka Parlemen di Canberra, Australia, dalam tur pada tahun 1927.[44] Perjalanannya kali ini yang bertujuan ke Australia, Selandia baru dan Fiji membawanya melewati Jamaika, di mana di sana Albert bermain tenis ganda berpasangan dengan, Bertrand Clark, yang berkulit hitam, di mana hal tersebut masih belum lumrah saat itu dan dianggap sebagai wajah perlakuan setara antar ras.[45]

Adipati York dan permaisurinya memiliki dua anak yaitu: Elizabeth (yang dipanggil "Lilibet" oleh orang-orang di keluarganya) yang lahir pada 1926, dan Margaret yang lahir pada tahun 1930. Keluarga ini hidup saling dekat dan mencintai di rumah mereka di 145 Piccadilly, London.[46] Satu keributan terjadi saat Perdana Menteri Kanada, R. B. Bennett, mempertimbangkan Adipati York sebagai Gubernur Jenderal Kanada pada tahun 1931–dalam sebuah pengajuan yang ditolak Raja George V berdasarkan masukan dari Sekretaris Negara Urusan Negara Persemakmuran, J. H. Thomas.[47]

Raja George V memiliki kekhawatiran yang parah mengenai putra mahkotanya Pangeran Edward, ia berkata "Setelah aku meninggal, anak ini (Edward) akan menghancurkan dirinya sendiri dalam dua belas bulan" dan "Aku berdoa pada Tuhan agar anak tertuaku tidak akan pernah menikah dan tidak ada halangan untuk Bertie dan Lilibet menuju takhta."[48] Pada 20 Januari 1936, George V meninggal dunia dan Edward menggantikannya sebagai raja dengan nama Raja Edward VIII. Dalam ritual Penjagaan Para Pangeran, Pangeran Albert dan ketiga saudaranya (sang raja baru, Pangeran Henry, Adipati Gloucester, dan Pangeran George, Adipati Kent) bergantian berdiri di samping jasad ayah mereka dalam peti tertutup saat pembaringan kenegaraan, di Istana Westminster.

Karena Edward saat itu belum menikah dan tidak memiliki anak, maka Albert menjadi pewaris takhta. Kurang dari setahun kemudian, pada 11 Desember 1936, Edward turun takhta karena ingin menikahi, Wallis Simpson, yang pernah cerai dari suami pertamanya dan sedang dalam proses perceraian dari suaminya yang kedua. Edward telah dinasehati oleh Perdana Menteri Stanley Baldwin bahwa ia tidak dapat terus menjadi raja jika menikahi wanita yang pernah bercerai dengan dua mantan suami yang masih hidup. Ia lalu turun takhta dan Albert menjadi raja, yang mana bagi Albert ini adalah posisi yang sulit ia terima.[49] Sehari sebelum Edward turun dari takhtanya, Albert menuju ke London untuk menemui ibunya, Ratu Mary. Albert menulis dalam buku hariannya, "Ketika aku mengatakan kepadanya (Ratu Mary) apa yang terjadi, Aku merasa hancur dan menangis terisak seperti anak kecil."[50]

Pada hari turun takhta, Oireachtas, parlemen Negara Bebas Irlandia, menghilangkan semua penyebutan secara langsung monarki yang berkuasa dari konstitusi Irlandia. Hari esoknya, disahkan Undang-undang Hubungan Eksternal, yang memberikan monarki yang berkuasa kekuasaan terbatas (bahkan batas yang ketat untuk monarki yang berkuasa untuk meberi nasehat kepada pemerintahan) untuk menunjuk perwakilan diplomatik untuk Irlandia atau terlibat dalam perjanjian luar negeri yang dilakukan Irlandia. Dua undang-undang ini secara esensi membuat Negara Bebas Irlandia menjadi sebuah republik tanpa menghilangkan ikatan mereka sebagai anggota Persemakmuran.[51]

Di sisi lain, gosip beredar ke seluruh penjuru Inggris yang menyatakan bahwa Albert secara fisik dan psikis tidak memiliki kemampuan untuk menjalankan tugas sebagai raja. Albert sendiri sebenarnya juga mengkhawatirkan hal ini. Tidak ada bukti yang ditemukan untuk mendukung rumor bahwa pemerintah akan mempertimbangkan akan melewati Albert agar adiknya Pangeran George bisa menjadi raja.[52]

Albert menggunakan nama regnal "George VI" untuk mempertegas keberlanjutan dari ayahnya dan untuk memperbaiki kepercayaan diri kerajaan.[53] Awal kekuasaan George VI diawali dengan pertanyaan mengenai pendahulunya, mengenai gelar, gaya dan posisinya yang belum mendapat kepastian. Edward disebut sebagai "Yang Mulia Kerajaan Pangeran Edward" dalam siaran turun takhtanya,[54] namun George VI merasa bahwa dengan turun takhta dan meninggalkan kekuasaan, Edward telah kehilangan hak untuk menyandang gelar dan gaya kerajaan termasuk "Yang Mulia Kerajaan".[55] Untuk mengatasi masalah ini, langkah pertama yang dilakukan George sebagai raja adalah memberi kakaknya tersebut gelar "Adipati Windsor" dengan gaya "Yang Mulia Kerajaan", namun dibuat juga surat paten mengenai pembentukan kadipaten ini di mana isinya mencegah pemilik gelar Adipati Windsor memberikan gelar kepada istri dan anak-anaknya. Sehingga, istri dan anak-anak Adipati Windsor tidak berhak atas gelar kerajaan. George VI dipaksa untuk membeli properti kerajaan seperti Istana Balmoral dan Sandringham House dari Edward, karena status bangunan tersebut adalah kepemilikan pribadi dan tidak otomatis diwariskan kepadanyaa sebagai Raja.[56] Tiga hari setelah menjadi raja, bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-41, ia menjadikan istrinya sebagai permaisuri yang baru (menggantikan Ratu Mary), dan dengan penghargaan Order of the Garter.[57]

Penobatan George VI di Westminster Abbey dilakukan pada 12 Mei 1937, pada tanggal di mana seharusnya dilakukan penobatan Edward VIII. Berbeda dengan tradisi biasanya, Ibu Suri Ratu Mary menghadiri upacara penobatan untuk menunjukkan dukungan kepada anaknya tersebut.[58] Tidak ada acara Durbar yang diadakan di Delhi untuk George VI, seperti yang terjadi saat penobatan George V, karena biaya dari acara tersebut menjadi tanggungan dari Pemerintah India.[59] Munculnya gerakan nasionalisme India membuat bahwa pesta kerajaan seperti itu akan diredam sebisa mungkin,[60] dan ketidakhadiran Inggris yang cukup lama di sana membuatnya menjadi tidak diinginkan dalam periode sebelum Perang Dunia II. Dua tur ke luar negeri dilakukan, ke Prancis dan Amerika Utara, keduanya menjanjikan keuntungan strategis yang lebih besar jika terjadi perang.[61]

Kemungkinan terjadinya perang meningkat pada awal masa kekuasaan George VI. Sang Raja secara konstitusional memberikan dukungan kepada kebijakan Perdana Menteri Neville Chamberlain untuk memaklumi Hitler.[11][62] Saat Raja dan Ratu menyambut Chamberlain sekembalinya ia dari perundingan yang menghasilkan Persetujuan Munich pada tahun 1938, mereka lalu mengundang Chamberlain untuk turut tampil di langkan Istana Buckingham bersama mereka. Bergabungnya keluarga kerajaan dengan politisi ini merupakan hal yang baru karena secara tradisi hanya keluarga kerajaan saja yang boleh tampil di langkan istana.[11] Walaupun langkah ini dinilai populer bagi khalayak luas, kebijakan Chamberlain terhadap Hitler mendapat penentangan di Dewan Rakyat, yang membuat sejarawan John Grigg menggambarkan langkah raja mengasosiasikan diri dengan politisi sebagai "aksi paling tidak konstitusional yang dilakukan seorang Raja Inggris di abad ini".[63]

Pada Mei dan Juni 1939, Raja dan Ratu menjalani tur ke Kanada dan Amerika Serikat; ini adalah kali pertama seorang monarki yang berkuasa mengunjungi Amerika Utara, walaupun ia sebenarnya sudah pernah pergi ke Kanada sebelum menjadi raja. Dari Ottawa, mereka ditemani Perdana Menteri Kanada William Lyon Mackenzie King,[64] untuk menunjukkan diri mereka di Amerika Utara sebagai Raja dan Ratu Canada.[65][66] Baik Gubernur Jenderal Kanada Lord Tweedsmuir dan Mackenzie King berharap bahwa kunjungan ke Kanada dapat mendemonstrasikan prinsip dari Statuta Westminster 1931, yang memberikan daulat penuh kepada Dominion-Dominion Inggris. Pada 19 Mei, George VI secara pribadi menerima Surat Kredensial dari Duta Besar Amerika Serikat untuk Kanada yang baru, Daniel Calhoun Roper; memberikan Persetujuan Kerajaan terhadap sembilan rancangan undang-undang; dan meratifikasi dua perjanjian internasional yang berlambang Lambang Agung Kanada. Sejarawan bidang tur kerajaan, Gustave Lanctot, menulis "Statuta Westminster telah direalisasikan secara penuh" dan George memberikan pidato penegasan "asosiasi yang bebas dan setara antara bangsa-bangsa Persemakmuran".[67]

Perjalanan kali ini ditujukan untuk meredakan kecenderungan isolasionisme (ketidakikutcampuran) di antara publik Amerika Utara terhadap ketegangan yang berkembang di Eropa. Meskipun arah dari tur ini utamanya membahas soal politik, dan untuk menggali dukungan dari negara kawasan Atlantik untuk mendukung Inggris di perang-perang yang akan terjadi, Raja dan Ratu tetap diterima dengan antusias oleh khalayak di sana.[68] Kekhawatiran George mengenai dirinya yang akan dibandingkan secara tidak adil dengan pendahulunya menjadi hilang.[69] Mereka mengunjungi New York Worlds Fair 1939 dan bersama dengan Presiden Franklin D. Roosevelt menginap di Gedung Putih dan rumah pribadinya di Hyde Park, New York.[70] Ikatan persahabatan yang kuat terjalin antara Raja dan Ratu dengan Presiden Roosevelt selama tur berlangsung, yang mana mengarah kepada hubungan yang signfikan antara Inggris dan Amerika Serikat dalam melewati masa perang.[71][72]

Pada September 1939, Kerajaan Britania Raya dan para Dominionnya kecuali Irlandia mendeklarasikan perang terhadap Jerman Nazi.[73] Raja George VI dan permaisurinya memutuskan untuk tetap tinggal di London, meskipun Jerman melakukan serangan bom. Mereka secara resmi tinggal di Istana Buckingham selama perang, walaupun mereka biasanya menghabiskan malam di Kastel Windsor.[74] Malam pertama the Blitz di London pada 7 September 1940, membunuh lebih dari seribu warga sipil, kebanyakan di kawasan East End.[75] Pada 13 September, Raja dan Ratu nyaris terbunuh kala dua bom Jerman mendarat di halaman Istana Buckingham saat mereka berasa di sana.[76] Dalam nada menantang, Ratu berkata: "Aku bersyukur kami telah dibom. Hal ini membuatku merasa kami bisa melihat East End di depan mata kami."[77] Keluarga kerajaan digambarkan berbagi bahaya dan kesusahan yang sama dengan seluruh negeri. Mereka tunduk pada aturan penjatahan yang ditetapkan pemerintah, dan Ibu Negara Amerika Serikat Eleanor Roosevelt berkomentar mengenai makanan jatah yang disediakan dan air mandi yang terbatas pada saat kunjungan ke Istana dalam kondisi yang tidak diberi pemanas saat musim dingin dan diberi lapisan papan perlindungan.[78] Pada Agustus 1942, adik Raja, Adipati Kent gugur dalam pertempuran.[79]

Pada tahun 1940, Winston Churchill menggantikan Neville Chamberlain sebagai Perdana Menteri, walaupun secara pribadi George lebih suka untuk menunjuk Lord Halifax menjadi Perdana Menteri.[80] Setelah kecemasannya pada awal pemerintahan Churchill karena penunjukkan Lord Beaverbrook ke dalam Kabinet, ia dan Churchill malah mnejadi dekat dan digambarkan sebagai "hubungan personal terdekat dalam sejarah Inggris modern antara Monarki dan Perdana Menteri".[81] Setiap Selasa dalam empat tahun setengah sejak September 1940, keduanya bertemu secara pribadi untuk makan siang dan mendiskusikan perang baik secara rahasia maupun terang-terangan.[82] Raja George VI telah menuangkan banyak dari yang mereka diskusikan dalam buku hariannya, di mana itu merupakan satu-satunya sumber yang menceritakan apa yang mereka bicarakan.[83]

Selama perang, Raja dan Ratu memberikan suntikan moral melalui kunjungan yang mereka lakukan di penjuru Inggris. Mereka mengunjungi wilayah yang terkena bom, pabrik amunisi, dan para pasukan. Raja mengunjungi pasukan militer di luar negeri untuk pertama kalinya di Prancis pada Desember 1939, lalu ke Afrika Utara dan Malta pada Juni 1943, Normandy pada Juni 1944, bagian selatan Italia pada Juli 1944, dan Negara-negara Dataran Rendah pada Oktober 1944.[84] Kemunculan mereka yang sering dan terlihat tanpa lelah menjadikan mereka sebagai simbol perlawanan nasional.[85] Pada sebuah pertemuan pada tahun 1944, Kepala Staf Jenderal Imperium, Marsekal Lapangan Sir Alan Brooke, mengemukakan bahwa setiap saat ia bertemu Marsekal Lapangan Sir Bernard Montgomery, ia berpikir bahwa Montgomery bekerja melebihi apa yang ia telah kerjakan. Raja menjawab: "Kau harusnya khawatir, ketika aku bertemu dengannya, aku selalu berpikir ia sudah melebihiku!"[86]

Pada tahun 1945, warga yang berkumpul berteriak "Kami mau Raja!" di depan Istana Buckingham dalam perayaan Hari Kemenangan di Eropa. Dalam suasana yang sama seperti saat Raja mengundang Chamberlain setelah mengumumkan perdamaian dengan Jerman (yang mana dilanggar Jerman dan meletuslah PD II), Raja mengundang Churchill ikut serta bersama keluarga kerajaan di langkan istana untuk tampil di depan umum.[87] Pada Januari 1946, George menghadiri pertemuan pertama Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang diadakan di London, dan mengatakan "kita berkeyakinan pada kesetaraan hak pada laki-laki dan perempuan dan untuk negara besar maupun kecil".[88]

Masa kekuasaan Raja George VI menjadi saksi proses pembubaran Imperium Britania. Dalam Statuta Westminster 1931 telah dijabarkan perubahan dari Dominion menjadi beberapa negara-negara berdaulat yang terpisah. Proses transformasi dari sebuah imperium menjadi asosiasi negara-negara independen yang dikenal dengan nama Persemakmuran, dimulai sejak berakhirnya Perang Dunia II.[89] Pada masa pemerintahan Perdana Menteri Clement Attlee, India Britania menjadi dua dominion independen India dan Pakistan pada 1947.[90] George menanggalkan gelar Kaisar India, dan menjadi Raja India dan Raja Pakistan. Pada tahun 1950 ia berhenti menjadi Raja India ketika negara tersebut berubah menjadi republik di dalam Persemakmuran dan menjadikannya memiliki jabatan baru sebagai Kepala Persemakmuran; George tetap menjadi Raja Pakistan hingga kematiannya. Beberapa negara meninggalkan persemakmuran seperti Burma pada Januari 1948, Palestina (yang terbagi menjadi Israel dan sebuah negara Arab) pada Mei 1948 dan Republik Irlandia pada tahun 1949.[91]

Pada tahun 1947, Raja George dan keluarganya menjalani tur ke Afrika bagian selatan.[92] Perdana Menteri Uni Afrika Selatan, Jan Smuts, menhadapi pemilihan umum dan berharap modal politik dari kunjungan Raja.[93] Raja George terkejut ketika diarahkan untuk hanya menyalami orang kulit putih saja,[94] dan menyebut pengawal Afrika Selatannya sebagai "Gestapo".[95] Meskipun telah dikunjungi Raja, Smuts kalah dalam pemilihan umum pada tahun berikutnya, dan pemerintahan yang baru mencanangkan kebijakan ketat mengenai segregasi rasial.

Tekanan yang dialami saat perang berpengaruh terhadap kesehatan Raja,[96][97] hal ini diperparah dengan kebiasaannya sebagai perokok berat[98] mengakibatkan berkembangnya kanker paru-paru dan beberapa penyakit lainnya, seperti arteriosklerosis dan penyakit Buerger. Sebuah tur kerajaan yang dijadwalkan menuju Australia dan Selandia Baru ditunda karena Raja menderita penyumbatan pembuluh darah di kaki kanannya, yang dapat mengakibatkan diamputasinya kaki kanan Raja. Hal ini diatasi dengan prosedur operasi yang benar pada Maret 1949.[99]

Anak sulungnya, Elizabeth, sebagai pewaris takhta, mengambil alih tugas kerajaan saat kesehatan ayahnya mulai menurun. Tur yang sempat tertunda ditata kembali dan Elizabeth bersama suaminya, Adipati Edinburgh, menggantikan posisi Raja dan Ratu. Raja George VI cukup sehat untuk membuka Festival Britania pada Mei 1951, namun pada 23 September 1951, paru-paru kirinya diangkat oleh Clement Price Thomas setelah ditemukan adanya tumor ganas di dalamnya.[100] Pada Oktober 1951, Elizabeth dan Philip pergi dalam tur sepanjang satu bulan ke Kanada; perjalanan tur ini sempat ditunda sepekan karena penyakit Raja. Pada Upacara Pembukaan Parlemen di bulan November, pidato dari singgasana yang biasanya dilakukan oleh Raja, dibacakan mewakili dirinya oleh Lord Chancellor, Lord Simonds.[101] Pidato siaran Natal Raja pada tahun 1951 direkam dalam beberapa bagian lalu disatukan.[102]

Pada 31 Januari 1952, meskipun telah mendapat masukan dari beberapa orang dekatnya, Raja George pergi ke Bandar Udara London[a] untuk melihat Elizabeth dan Philip berangkat untuk tur mereka ke Australia melewati Kenya. Pada pukul 07:30 GMT pagi hari tanggal 6 Februari, ia meninggal di tempat tidurnya di Sandringham House yang terletak di Norfolk.[104] Ia meninggal karena trombosis koroner.[105] Anak perempuannya itu lalu langsung kembali ke Inggris dari Kenya sebagai Ratu Elizabeth II.[106]

Selama dua hari dari tanggal 9 Februari peti matinya disemayamkan di St Mary Magdalene Church, Sandringham, sebelum dibawa untuk pembaringan kenegaraan di Istana Westminster pada 11 Februari.[107] Pemakamannya dilakukan di Kapel St George, Kastil Windsor, pada tanggal 15.[108] Ia awalnya dimakamkan di Royal Vault hingga dipindahkan ke Kapel Memorial Raja George VI di dalam Kapel St George pada 26 Maret 1969.[109] Pada tahun 2002, lima puluh tahun setelah kematiannya, jasad jandanya, Ibu Suri Elizabeth dan abu dari anak keduanya Putri Margaret, yang mana keduanya meninggal pada tahun yang sama, dimakamkan bersama di dalam kapel bersama dengan jasad Raja George VI.[110]

Anggota parlemen dari Partai Buruh George Hardie, berkata bahwa krisis turun takhta pada tahun 1936 "melakukan lebih untuk gerakan republikanisme daripada propaganda selama 50 tahun".[111] George VI menulis surat pada kakaknya Edward bahwa akibat dari turun takhta Edward, ia harus menanggung beban duduk di "singgasana yang goyah" dan mencoba "membuatnya teguh kembali".[112] Ia menjadi raja di mana kepercayaan publik kepada kerajaan sedang berada di titik yang paling rendah. Selama ia berkuasa, rakyat Inggris mengalami kesusahaan kala perang, dan kekuasaan imperiumnya terkikis. Namun, ia adalah seseorang yang bertanggung jawab atas tugasnya dan menyayangi keluarganya. Dan dengan menunjukkan keberanian dirinya, ia berhasil mengembalikan kepercayaan dan popularitas kerajaan.[113][114]

Salib George dan Medali George dicetuskan oleh Raja George VI selama Perang Dunia II untuk memberi penghargaan terhadap warga sipil yang telah melakukan hal yang luar biasa dan berani.[115] Ia menganugerahi Salib George pada seluruh "benteng pulau di Malta" pada tahun 1943.[116] Ia dianugerahi Ordre de la Libération oleh Pemerintah Prancis pada tahun 1960 secara anumerta, sebagai satu dari dua orang (penerima lainnya adalah Churchill) yang diberi medali ini setelah tahun 1946.[117]

Colin Firth memenangkan Aktor Terbaik Oscar dalam penampilan aktingnya sebagai Raja George VI dalam The King's Speech, film yang juga memenangkan Film Terbaik Oscar.

George memegang banyak gelar sepanjang hidupnya, yang diwariskan sebagai cicit, cucu anak anak raja. Sebagai raja, ia hanya disebut sebagai Sang Raja atau Yang Mulia. Dalam posisinya sebagai raja, George secara otomatis memegang posisi sebagai Panglima tertinggi (Bahasa Inggris: Commander-in-chief).

Sebagai Adipati York, George memakai lambang Kerajaan Inggris yang ditambahkan dengan label argent tiga titik, di mana titik yang berada di tengah terdapat azure sebagai penumpu–berbeda dari yang pernah dianugerahkan kepada ayahnya George V, saat masih menjadi Adipati York, dan yang kemudian dianugerahkan kepada cucunya Pangeran Andrew, Adipati York. Sebagai raja, George memakai lambang Kerajaan Inggris yang tidak memiliki tambahan.[119]

Wikimedia Commons memiliki media mengenai

Amerika, Afrika dan perdagangan budak

Pada awalnya, Karibia merupakan koloni Inggris yang paling penting dan menguntungkan,[23] namun itu sebelum upaya kolonisasi di beberapa wilayah mengalami kegagalan. Kolonisasi di Guyana pada tahun 1604 hanya berlangsung dua tahun, dan gagal mencapai tujuan utamanya untuk menemukan tambang emas.[24] Upaya kolonisasi di St. Lucia (1605) dan Grenada (1609) juga tidak berhasil. Namun, tidak semua upaya gagal, koloni Inggris di St. Kitts (1624), Barbados (1627) dan Nevis (1628) berhasil dibentuk.[25] Inggris mengadopsi sistem kolonisasi negara-negara lain kemudian menerapkannya di wilayah-wilayah koloninya. Sistem yang diadopsi itu antara lain upaya Portugis dalam mengembangkan perkebunan gula di Brasil yang bergantung pada tenaga budak serta kebijakan Belanda dalam penjualan budak dan hasil penjualannya selanjutnya dibelikan gula.[26] Untuk memastikan kalau keuntungan tetap di tangan Inggris, Parlemen Inggris pada tahun 1651 memutuskan hanya kapal-kapal Inggris yang boleh melakukan perdagangan di wilayah-wilayah koloninya dan perdagangan dikuasai oleh EIC. Keputusan ini menyebabkan permusuhan dengan Belanda yang membangun koloni di bagian timur, kebijakan ini pada akhirnya semakin memperkuat posisi Inggris di Amerika meskipun hal ini merugikan Belanda.[27] Pada tahun 1655, Inggris mencaplok Jamaika dari Spanyol dan pada tahun 1666 berhasil menduduki Bahama.[28]

Permukiman permanen pertama para imigran dari Inggris di Amerika didirikan tahun 1607 di Jamestown, Virginia yang dipimpin oleh Kapten John Smith dan dikelola oleh perusahaan Inggris bernama Virginia Company. Bermuda dihuni dan diklaim oleh Inggris setelah adanya kapal dagang yang tenggelam di perairan Bermuda yang menggunakan bendera Inggris pada tahun 1609, kemudian pada tahun 1615, pengelolaan Bermuda diserahkan pada perusahaan Inggris yang baru, Somers Isles Company.[29] Hak Virginia Company dicabut pada tahun 1624 dan pengelolaan Virginia diberikan kepada kerajaan, yang selanjutnya mendirikan Koloni Virginia.[30] Newfoundland Company didirikan pada tahun 1610 dengan tujuan untuk menciptakan sebuah permukiman permanen di Newfoundland, tetapi tidak berhasil.[31] Pada tahun 1620, Inggris membentuk Koloni Plymouth sebagai tempat pembuangan bagi kelompok separatis Protestan di Inggris.[32] Berikutnya, Inggris mulai membangun koloni-koloni berdasarkan penganut agama. Tahun 1634, Maryland didirikan sebagai permukiman bagi orang-orang yang menganut Katolik Roma, Rhode Island (1636) didirikan sebagai koloni yang toleran terhadap semua agama dan Connecticut (1639) bagi para penganut Kongregasional. Sedangkan Carolina didirikan pada tahun 1663. Tahun 1664, Inggris menukar Suriname di Amerika Selatan dengan Fort Amsterdam kepada Belanda. Penukaran ini membuat Inggris menguasai koloni Belanda di Belanda-Baru (sekarang New York).[33] Kemudian, pada tahun 1681, Koloni Pennsylvania didirikan oleh William Penn. Secara umum, koloni-koloni di Amerika kurang sukses secara finansial dibandingkan dengan koloni Inggris di Karibia, tetapi koloni-koloni di Amerika mempunyai iklim yang sama dengan Eropa serta lahan pertanian yang luas dan subur, hal ini membuat para imigran Inggris lebih suka menetap di Amerika dibanding koloni-koloni lainnya.[34]

Pada tahun 1670, Raja Charles II memberikan mandat kepada Hudson's Bay Company untuk memonopoli perdagangan bulu di wilayah bagian utara yang dinamakan Dataran Rupert—hamparan luas wilayah yang nantinya akan membentuk sebagian besar Kanada. Benteng dan pos perdagangan didirikan di sana, tetapi sering diserang oleh Prancis, yang juga melakukan perdagangan bulu di Prancis Baru yang lokasinya berdekatan dengan Dataran Rupert.[35]

Dua tahun kemudian, Royal African Company ditugaskan oleh Raja Charles II untuk memonopoli pemasokan budak dari koloni Inggris di Karibia.[36] Sejak awal, perbudakan sudah menjadi dasar dari Imperium Britania di Hindia Barat. Sampai adanya kebijakan penghapusan perdagangan budak pada tahun 1807, Inggris bertanggung jawab atas perpindahan sekitar 3,5 juta budak Afrika ke Amerika. Sepertiga dari keseluruhan budak tersebut diangkut melintasi Samudera Atlantik.[37] Untuk memfasilitasi perdagangan ini, benteng dan pos-pos pengawasan didirikan di pantai Afrika Barat seperti Pulau James, Accra dan Pulau Bunce. Di Karibia, persentase penduduk keturunan Afrika meningkat dari 25 persen pada tahun 1650 menjadi sekitar 80 persen pada tahun 1780. Sedangkan di Tiga Belas Koloni meningkat dari 10 persen menjadi 40 persen pada periode yang sama (sebagian besar di koloni-koloni selatan).[38] Perdagangan budak telah menghasilkan keuntungan yang besar bagi Inggris dan menjadi andalan perekonomian bagi kota-kota di Inggris seperti Bristol dan Liverpool; yang kemudian membentuk suatu jalur perdagangan segitiga dengan Afrika dan Amerika. Kondisi kapal yang tidak higienis dalam proses pengangkutan budak serta pekerjaan yang keras dan jam kerja yang panjang mengakibatkan tingkat kematian budak sangat tinggi, rata-rata satu dari tujuh budak meninggal selama pengangkutan maupun selama bekerja.[39]

Pada tahun 1695, Parlemen Skotlandia memberikan mandat kepada Company of Scotland untuk mengkolonisasi Tanah Genting Panama. Tetapi proses kolonisasi ini tidak berhasil. Penjelajah Skotlandia dikepung oleh kolonis Spanyol di Granada dan terserang wabah malaria. Akibatnya, koloni ini ditinggalkan dua tahun kemudian. Kegagalan Skotlandia dalam pengkolonisasian Tanah Genting Panama ini (yang dikenal dengan sebutan Bencana Darien) menyebabkan keruntuhan perekonomian Skotlandia sekaligus mengakhiri harapan Skotlandia untuk membentuk imperium seberang lautan sendiri.[40] Peristiwa ini juga memiliki konsekuensi politik yang besar, membuat Pemerintah Inggris dan Pemerintah Skotlandia berunding mengenai penyatuan kedua negara. Hal ini terjadi pada tahun 1707 dengan disahkannya Undang-Undang Penyatuan pembentukan Kerajaan Britania Raya.[41]

Krisis Suez dan dampaknya

Pada tahun 1951, Partai Konservatif kembali berkuasa di Britania di bawah kepemimpinan Winston Churchill. Churchill dan Konservatif percaya bahwa posisi Britania sebagai kekuatan dunia bergantung pada keberlangsungan imperiumnya, dan hal ini ditentukan oleh Terusan Suez yang memungkinkan Britania untuk mempertahankan posisi unggulnya di Timur Tengah, meskipun sudah kehilangan India. Namun, Churchill tidak bisa meremehkan Pemerintahan Revolusioner baru bentukan Gamal Abdul Nasser di Mesir yang meraih kekuasaan pada tahun 1952 dan berusaha mengusir Britania dari Mesir. Pada tahun berikutnya, disepakati bahwa pasukan Britania akan menarik diri dari Terusan Suez dan nasib Sudan akan ditentukan pada tahun 1955.[174] Sudan kemudian diberi kemerdekaan pada tanggal 1 Januari 1956.

Bulan Juli 1956, Nasser secara sepihak menasionalisasi Terusan Suez. Perdana Menteri Britania yang baru, Anthony Eden, menanggapinya dengan membuat kesepakatan bersama Prancis untuk mengatur serangan dari Israel ke Mesir yang selanjutnya akan memberi alasan bagi Britania dan Prancis untuk campur tangan dan merebut kembali Terusan Suez.[175] Tindakan Eden yang tidak meminta nasihat dari sekutunya, Amerika Serikat, menyebabkan Presiden AS, Dwight D. Eisenhower marah dan menolak mendukung invasi tersebut.[176] Eisenhower juga mencemaskan kemungkinan perang dengan Uni Soviet setelah Nikita Khrushchev menyatakan dukungannya pada Mesir. Eisenhower menerapkan opsi keuangan dengan mengancam akan menjual cadangan AS dalam poundsterling dan dengan demikian akan memicu kejatuhan mata uang Britania. Walaupun invasi militer tersebut berhasil merebut kembali Terusan Suez,[177] adanya campur tangan PBB dan tekanan dari Amerika Serikat memaksa Britania untuk menarik pasukannya dengan memalukan dari Terusan Suez dan diikuti dengan pengunduran diri Eden pada tahun 1957.[178][179]

Krisis Suez ini sangat terpublikasi dan dengan sendirinya memperlihatkan kelemahan Britania kepada dunia, dan menandakan kemerosotan kekuasaannya di pentas dunia. Krisis Suez juga menunjukkan bahwa Britania tidak boleh bertindak tanpa persetujuan atau dukungan dari Amerika Serikat.[180][181][182] Peristiwa Suez ini membuat Britania "terluka" secara nasional. Seorang anggota Parlemen Britania menggambarkannya sebagai peristiwa "Waterloo Britania",[183] dan menyatakan kalau Britania sudah menjadi "satelit Amerika Serikat".[184] Margaret Thatcher kemudian mendeskripsikan pola pikir yang menimpa pendirian politik Britania sebagai "sindrom Suez", sejak Britania yang terpuruk sampai berhasil merebut kembali Kepulauan Falkland dari Argentina pada tahun 1982.[185]

Krisis Suez memang menyebabkan kekuatan Britania di Timur Tengah melemah, tetapi imperiumnya tidak runtuh.[186] Britania mengatur kembali pengiriman pasukannya ke Timur Tengah dengan intervensi di Oman (1957), Yordania (1958) dan Kuwait (1961), dan tentunya dengan persetujuan dari Amerika Serikat,[187] yang menjadi kebijakan luar negeri Perdana Menteri Britania yang baru, Harold Macmillan, untuk tetap kuat bersekutu dengan Amerika Serikat.[183] Britania mempertahankan kehadirannya di Timur Tengah selama satu dekade berikutnya dan baru menarik diri dari Aden pada tahun 1967 dan dari Bahrain tahun 1971.[188]

Perdana Menteri Britania Raya yang baru, Harold Macmillan, berpidato di Cape Town, Afrika Selatan pada bulan Februari 1960, ketika dia mengatakan tentang "angin perubahan yang bertiup di benua ini."[189] Macmillan ingin menghindari perang kolonial seperti yang dihadapi oleh Prancis di Aljazair, dan menjanjikan bahwa di bawah pemerintahannya, proses dekolonisasi akan berjalan dengan cepat.[190] Banyak koloni Britania yang diberinya kemerdekaan pada tahun 1950-an dan 1960-an, termasuk Sudan, Pantai Emas (sekarang Ghana) dan Malaysia.[191]

Koloni Britania yang tersisa di Afrika, kecuali Rhodesia Selatan, semuanya diberikan kemerdekaan pada tahun 1968. Penarikan pasukan Britania dari bagian selatan dan timur Afrika bukanlah proses yang damai. Kemerdekaan Kenya didahului oleh Pemberontakan Mau Mau selama delapan tahun. Di Rhodesia, deklarasi kemerdekaan sepihak tahun 1965 oleh minoritas kulit putih menyebabkan perang saudara antara penduduk kulit hitam dan kulit putih yang berlangsung hingga disahkannya Perjanjian Lancaster 1979 yang meletakkan Rhodesia di bawah kuasa Britania. Pemilihan umum yang diadakan pada tahun berikutnya dimenangkan oleh Robert Mugabe, yang kemudian menjadi Perdana Menteri bagi negara merdeka yang kini bernama Zimbabwe.[192]

Di Laut Tengah, perang gerilya oleh penduduk Siprus-Yunani berakhir pada tahun 1960 dengan pembentukan negara merdeka Siprus, tetapi Britania tetap mempertahankan pangkalan-pangkalan militernya di Akrotiri dan Dhekelia. Sedangkan Malta dan Gozo diberikan kemerdekaan pada tahun 1964.[193]

Sebagian besar koloni Britania di Hindia Barat memperoleh kemerdekaan setelah keluarnya Jamaika dan Trinidad dari Federasi Hindia Barat pada tahun 1961 dan 1962. Pada awalnya, Federasi Hindia Barat didirikan pada tahun 1958 dalam upaya menyatukan koloni-koloni Britania di Karibia di bawah satu pemerintahan, tetapi federasi ini dibubarkan setelah kehilangan dua anggota terbesarnya.[194] Barbados memperoleh kemerdekaan pada tahun 1966 dan pulau-pulau lain di Karibia menyusul pada tahun 1970-an dan 1980-an.[194] Tetapi, Anguilla dan Kepulauan Turks & Caicos memilih untuk kembali ke pangkuan Britania dalam perjalanan menuju kemerdekaannya.[195] Kepulauan Virgin Britania Raya,[196] Kepulauan Cayman dan Montserrat juga memilih untuk tetap bersama Britania.[197] Guyana memperoleh kemerdekaan pada tahun 1966. Koloni terakhir Britania di daratan Amerika, Honduras Britania, menjadi koloni berpemerintahan sendiri pada tahun 1964 dan dinamai Belize pada tahun 1973, sebelum meraih kemerdekaan penuh pada tahun 1981. Perselisihan antara Belize dengan Guatemala mengenai klaim atas Belize yang tersisa masih belum terselesaikan hingga saat ini.[198]

Teritori Britania di Pasifik memperoleh kemerdekaan pada tahun 1970 (Fiji) dan 1980 (Vanuatu). Proses pemberian kemerdekaan setelah itu mengalami penundaan karena adanya konflik politik antara penduduk yang berbahasa Inggris dengan penduduk yang berbahasa Prancis.[199] Fiji, Tuvalu, Kepulauan Solomon dan Papua Nugini memilih menjadi anggota Negara-Negara Persemakmuran setelah merdeka.

Persaingan dengan Prancis

Perdamaian antara Inggris dan Belanda pada tahun 1688 menandakan bahwa kedua negara tersebut akan memasuki Perang Sembilan Tahun sebagai sekutu. Namun, perang tersebut membuat Belanda harus mencurahkan sebagian besar anggaran militernya untuk kepentingan perang, hal ini pada akhirnya membuat kekuasaan kolonial Inggris lebih kuat dari Belanda.[44] Pada abad ke-18, Inggris (kemudian menjadi Britania Raya setelah bersatu dengan Skotlandia pada tahun 1707) berjaya sebagai kekuatan kolonial paling dominan di dunia, dan hanya Prancis yang menjadi saingan utamanya di ranah imperialisme.[45]

Setelah kematian Charles II dari Spanyol pada tahun 1700, tahta Spanyol beserta wilayah-wilayah koloninya jatuh ke tangan Philippe dari Anjou, cucu dari Louis XIV dari Prancis. Philippe kemudian mencetuskan ide mengenai prospek penyatuan Spanyol dan Prancis beserta wilayah koloninya masing-masing untuk membentuk suatu aliansi kolonial yang akan mengalahkan Inggris dan tak tertandingi di Eropa.[46] Pada tahun 1701, Inggris, Portugis dan Belanda bergabung dengan Kekaisaran Romawi Suci untuk melawan Spanyol dan Prancis dalam Perang Suksesi Spanyol. Perang ini berakhir pada tahun 1713 dengan disahkannya Perjanjian Utrecht,[46] yang menyatakan bahwa Kerajaan Spanyol-Prancis dibagi-bagi dan Britania mendapatkan bagian terbesar: dari Prancis, Britania mendapatkan Newfoundland dan Acadia, sedangkan dari Spanyol, Britania mendapatkan Gibraltar dan Menorca. Gibraltar (yang saat ini masih dimiliki oleh Britania Raya) dijadikan sebagai pangkalan angkatan laut penting dan memungkinkan Britania untuk mengontrol jalur perdagangan Atlantik dari dan ke Mediterania. Menorca dikembalikan kepada Spanyol dalam Perjanjian Amiens pada tahun 1802 setelah dipindah-tangankan sebanyak tiga kali. Spanyol juga menyetujui untuk memberikan hak Asiento, yaitu hak untuk menjual budak-budak di Spanyol-Amerika kepada Britania.[47]

Perang Tujuh Tahun yang meletus pada tahun 1756 menjadi perang pertama yang berlangsung dalam skala global. Perang ini berlangsung di Eropa, India, Amerika Utara, Karibia, Filipina dan pesisir Afrika. Penandatanganan Perjanjian Paris 1763 yang menandai berakhirnya perang ini memiliki konsekuensi penting terhadap masa depan Imperium Britania. Di Amerika Utara, kejayaan Prancis berakhir seiring dengan diserahkannya Dataran Rupert (Kanada) kepada Britania.[35] Prancis juga harus merelakan Prancis Baru jatuh ke tangan Britania (meninggalkan sebagian besar penduduk berbahasa Prancis yang berada di bawah kendali Britania). Sedangkan Spanyol menyerahkan Florida dan Louisiana ke tangan Britania. Di India, setelah Perang Carnatic, Prancis memang masih menguasai India-Prancis, tetapi dengan adanya pembatasan militer dan kewajiban untuk mendukung wilayah-wilayah koloni Britania, harapan Prancis untuk menguasai India pun berakhir.[48] Kemenangan Britania atas Prancis dalam Perang Tujuh Tahun menjadikannya sebagai kekuatan maritim paling kuat di dunia pada saat itu.[49]